Berbanding seratus delapan puluh derajat dengan kondisi sang mantan suami. Fitri semakin terbang tinggi mengepakkan sayapnya, meski tidak memiliki keterampilan khusus, namun hobi yang digelutinya itu mendatangkan kesuksesan serta pundi-pundi rupiah yang semakin bertambah. Semua kerja keras dan ketekunan dalam menjalani sebuah bisnis telah membuahkan hasil.Kini Fitri sudah terbiasa menjalani perannya sebagai seorang singel parent juga sebagai pembisnis. Dia biasa menjalaninya secara beriringan. Tanpa suami bukan berarti membuatnya meratapi nasib. Justru dengan posisinya saat ini Fitri seolah tanpa ada beban. Baik fisik maupun batin. Ia bisa menentukan arah hidupnya sendiri juga putri semata wayangnya. Baginya hidup tanpa atau ada suami tidak ada bedanya. Toh sewaktu dirinya masih berstatuskan seorang istri. Kehadirannya dan juga putri seolah tidak pernah dianggap oleh keluarga suaminya. Setelah berhasil mengembangkan warung makan miliknya dan juga berhasil menambah cabang dari warung
"lho...lho...lho..., Kalian mau apa dengan barang-barang sebanyak ini dirumahku." selidik Mila yang melihat ibu serta kedua saudaranya dengan kondisi lesu serta membawa banyak barang di depan pintu rumahnya."Mil, ibu dan adik-adikmu akan ikut tinggal di rumah ini." ucap Bu Surti yang begitu saja masuk kerumah Mila setelah pintu rumah tersebut baru saja dibuka oleh pemiliknya."Apa? Apa aku tidak salah dengar, Bu. Ibu kan tahu rumahku ini bukan hotel yang bisa menampung banyak orang, apa nanti kata mas Yadi kalo dia pulang dari pabrik." Mila berusaha menolak secara halus pada keluarganya."Mbak Mila, ibu kan juga ikut nyumbang waktu pembangunan rumah ini." sela Yoga tidak terima ucapan kakak sulungnya."Iya itu kan memang sudah kewajiban ibu pada anaknya. Kenapa kalian tidak tinggal saja di rumah besar milik menantu baru ibu yang kaya ini." cibir Mila sambil mengarahkan bola matanya pada Susi."Susi sudah bangkrut, Mbak, tuh lihat sudah kembali ke bentuk semula." cibir Guntur pada ist
Pupus sudah harapan Guntur. Kedatangan menemui Fitri di rumahnya bak karma nyata atas ucapan dari istri sirih yang telah di ceraikannya. Bagai melangkah menuju gerbang kesengsaraan. Ditinggal istri, di keluarkan dari tempat kerjanya tanpa uang pesangon, lengkap sudah penderitaannya.Guntur tidak menyangka bahwa pernikahan sirih yang ia dan keluarganya rahasiakan ternyata telah di ketahui oleh istri sahnya. Ternyata semua itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Niat hati ingin berlimpah harta dengan menikahi Susi dengan tanpa menceraikan istri tuanya. Namun ternyata keserakahan tersebut malah mendatangkan musibah yang beruntun untuk dirinya juga Keluarganya.Dengan gontai, Guntur meninggalkan halaman rumah yang ditempati oleh mantan istrinya."Gimana Bang, sama Mbak Fitri?" tanya Yoga pada kakaknya. Yang ditanya pun hanya menjawabnya dengan gelengan kepada.Mengetahui ekspresi yang tidak bersahabat di raut saudaranya. Yoga pun enggan untuk melanjutkan melontarkan pertanyaan pada ka
"Fit ... fit, kamu kok betah punya keluarga model mereka," ejek Sari pada adik iparnya."Ya, dikuat-kuatin Mbak, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur terjadi," balas Fitri dengan nada pasrah."Untung saja sekarang kamu sudah pisah sama keluarga eda*n itu.""Iya Mbak, ada hikmahnya juga dari kejadian ini.""Makanya, cepetan nikahnya, biar keluarga benalu itu tidak nganggu kamu lagi.""Doain saja Mbak, semoga ini yang terbaik untuk kedepannya.""Aamiin."*"Kita gak bisa terus-terusan seperti ini!" teriak Bu Surti frustasi."Guntur juga gak mau Bu, kita jadi seperti ini.""Ini semua gara-gara kamu, kalau berhasil merayu Fitri pasti kita sudah dapatin itu rumah serta tanahnya, kemudian bisa kita jual lagi. Tapi apa, sudah gak dapat surat tanahnya, kamu malah dibuang sama Si Fitri." kesal Bu Surti pada Guntur."Jangan cuma nyalahin Guntur, Bu. Ibu juga kenapa gak manfaatin Si Susi untuk ngasih sebagian dari harta yang di miliki suami tuanya. Ibu keenakan menikmati harta Si Susi sendiri sam
Berbeda di tempat yang lain, di mana kini Rosi dan keluarganya berada. Setelah mereka berhasil mendapatkan surat tanah milih Bu Surti dan berhasil menjualnya untuk melunasi semua hutang keluarganya. Kini mereka hidup pun dengan kondisi yang tidak jauh seperti keluarga suaminya, yaitu Yoga.Saat ini mereka hidup dari sisa uang hasil penjualan rumah serta tanah milik Bu Surti. Mereka hidup di sebuah sebuah kontrakan di sebuah perkampungan di pinggiran kota. Rosi yang kini telah melahirkan seorang bayi laki-laki dari hasil hubungan gelapnya dengan mantan pacarnya dulu, namun Sang pacar enggan untuk mengakui bahwa itu adalah anak dari darah dagingnya. Mereka berbuat hal yang tidak sepantasnya sewaktu Rosi baru dilamar untuk menjadi istri dari Yoga.Rosi harus menjalani kehidupan yang keras. Ada rasa penyesalan yang tumbuh dibenaknya. Menyesal karena telah keluar dari rumah ibu mertuanya. Harusnya ia bisa menahan emosinya saat itu. Namun karena keterlaluannya Sang suami dan rasa jengkelnya
"Bulek, bukannya itu Guntur mantan suaminya Fitri dan keponakannya Bulek?" tanya Zainal kepada Bulek Sri, yang mana saat ini mereka berdua berada di tempat yang sama dengan Guntur dan juga seorang wanita yang sedang bersama dengan Guntur. Mereka saat ini berada di sebuah pusat perbelanjaan dan sedang melakukan santap siang yang kebetulan berada di tempat makan yang sama. "Iya Nal, itu memang Guntur. Benar-benar dia itu. Sudah kawin sembunyi-sembunyi dari Fitri, sekarang malah ngandeng perempuan lain yang berbeda." ucap Bulek Sri gemas. Sebagai saudara, adik kandung dari ayah Guntur. Bulek Sri sungguh dibuat malu oleh keponakannya sendiri dan juga keluarga dari kakak iparnya tersebut. Tidak ikut menikmati nangkanya tapi masih kena getahnya juga.Sebelum Guntur menyadari keberadaan mereka berdua, segera Zainal dan Buleknya mencari tempat yang aman yang sekiranya masih dapat menjangkau dan mengintai mereka berdua.*"Gimana Gun, lancar acara kopi daratnya?" tanya Mila sesaat setelah G
Saat ini, mereka, Guntur dan ibunya sedang berada di atas awan, hingga membuat mereka melupakan daratan. Kenyamanan yang mereka peroleh dengan instan membuat mereka lupa.Guntur tidak sadar bahwa kesenangan yang saat ini ia rasakan hanyalah sesaat. Belum tahu kedepannya, entah nanti atau esok semua pasti akan berubah, berubah menjadi lebih baik lagi atau bahkan berubahnya jauh lebih buruk dari yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Semenjak menikah dan tinggal di rumah besar milik Susi, istri barunya. Gaya hidup Guntur maupun ibunya, kini telah berubah. Mereka ingin di hormati dan di layani bak seorang raja oleh para asisten dan pekerja yang bekerja pada Susi. Tidak hanya itu Bu Surti, ibu dari Guntur juga semena-mena terhadap asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Susi tersebut. Sering kali mereka mengadukan perbuatan tidak menyenangkan yang di lakukan oleh mertua majikannya tersebut, namun itu belum ditanggapi serius oleh Susi. Susi sangat memanjakan suami dan ibu mertuany
Saat ini mereka telah pindah di rumah besar milik Rahayu. Karena Guntur telah sah menjadi suaminya. Rahayu meminta pada Guntur untuk membantunya mengelolah sebagian dari usaha yang dimilikinya. Rahayu meminta Guntur bertugas mengawasi cabang-cabang dari minimarket yang ia kelolah. Oleh sebab itu, Rahayu memberikan fasilitas mobil pribadi untuk Gutur. Bu Surti dan Mila yang kini diangkat derajatnya berasa menjadi ratu di rumah tersebut. Mereka berkuasa seperti pemilik rumah. Mereka tidak sadar bahwa mereka hanyalah menumpang hidup di rumah itu. Mereka memerintah asisten yang bekerja di rumah itu layaknya merekalah yang menggaji para asisten tersebut. Begitupun dengan kedua anak Mila yang berbuat sesuka hati mereka layaknya di rumah mereka sendiri.*"Bik, Bibik sebenarnya sebel gak sih sama kelakuan dari keluarga suaminya mama?" sapa Marta ketika usai berganti baju usai pulang sekolah, dan kini ia berada di dapur. Marta yang merupakan putri bungsu dari Rahayu yang saat ini ia duduk di