"Tau gini sudah dari dulu ibu suruh Guntur nikah sama Si Rahayu. Meski janda dan lebih tua dari Guntur. Tapi hartanya gak kalah banyak sama punyanya Si Susi. Eh Susi cuma nipu kita, yang kaya itu mantan suaminya yang sudah tua." Bu Surti menikmati cemilan yang berada dalam toples yang kini diletakkan di atas pangkuannya sambil menikmati acara televisi favoritnya."Benar kata ibu. Dari dulu hidup seperti ini gak mungkin kita akan ngerasain yang namanya sakit kepala mikirin kebutuhan hidup sama hutang." Mila membenarkan ucapan ibunya."Imah, sini kamu!" Bu Surti memanggil salah satu dari asisten yang ada di rumah itu."Iya, Bu. Ada apa panggil-panggil Imah. Imah masih banyak kerjaan di belakang.""Eh bab*, panggil saya Nyonya. Saya di sini itu, juga majikan kalian. Kalian harus mengikuti perintah kita. Kamu tahu kan, kalau Rahayu itu istri anak saya!" maki Bu Surti pada Imah. "Kalian di sini itu di gaji jadi suka-suka kita perintah-perintah sama kalian. Mau kamu aku adukan sama anakku b
Kalau saja sedari dulu dapat menantu yang seperti ini sudah pasti hidupku dan juga anak-anakku yang lain sudah dapat di pastikan kami akan bahagia tidak kekurangan apapun juga tidak akan mendapatkan perlakuan yang memalukan. Awalnya hidupku dan juga anak-anakku yang lain tentram dan aman-aman saja, begitu pula dengan keuangan juga keperluan semuanya dapat dikendalikan.Kesialan itu bermula ketika menantu pertamaku mengetahui tentang kecurangan yang aku dan anakku lakukan dibelakangnya. Sudah menjadi niatku memang dari awal bahwa yang aku kehendaki untuk menjadi menantu dari anak-anakku ada dari kalangan orang berada bukan dari keluarga yang miskin seperti Fitri. Bagiku masalah fisik tidaklah masalah toh masih bisa untuk di perbaiki kalau kita ada duit. Karena cintanya pada wanita yang menjadi pilihannya mau tidak mau aku harus mendapatkan cara agar tetap bisa terpenuhi semua keinginanku. Untung saja meski bucunnya anakku pada istrinya, dia madih tetap bisa untuk aku kendalikan.Aku t
Tak ingin terus berlarut-larut dalam penyesalan. Entah yang aku rasakan ini hanyalah sebuah penyesalan atau rasa bersalah atau apapun itu, yang jelas sempat terpikir olehku bahwa inikah hukuman dari perbuatanku karena telah menghianati istriku sendiri dengan menikah secara diam-diam di belakangnya.Namun tidak semestinya aku yang harus menanggung kesalahan itu, karena aku berbuat seperti itu atas ridho dari ibuku. Aku pernah mendengar dan yakin bahwa ridho dari ibu pasti di rodhoi juga oleh Tuhan.Ibuku juga tidak sepatutnya untuk di salahkan karena ibu berbuat semacam itu, dengan memberikanku dorongan untuk menikahi Susi juga bukan tanpa sebab dan alasan, melaikan itu semua kami lakukan demi keberlangsungan hidup keluargaku pastinya.Aku sudah sekali berbuat yang membuat ibuku kecewa. Aku ingin menebus rasa bersalahku itu pada ibu dengan mau menerima permintaannya untuk menikah kembali dan itu dengan Susi. Tak perlu perpikir beberapa kali lagi, karena sudah pasti aku pun menyetujuin
Prank!Terdengar ada sesuatu yang terjatuh dari arah luar.Zainal yang berada di dalam kamar usai mandi, bergegas ke luar kamar dan mencari tahu sumber suara tersebut. Pasalnya, Fitri istrinya tidak berada di kamar mereka. Sedangkan Si kecil Zahra masih tertidur pulas di atas ranjang king size milik mereka.Setelah di cari tahu ternyata suara tersebut berasal dari pecahan piring yang baru saja selesai di cuci oleh Fitri. Karena kaget dengan suara yang barusan di dengarnya segera Zainal menghampiri istrinya dan bertanya apa yang baru saja terjadi. "Dek, ada apa ini? Kenapa sampai piring ini terjatuh kelantai?" tanya Zainal lembut sambil melihat serpihan pecahan piring yang berada tepat di bawah kaki istrinya. Sedangkan Fitri sendiri tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Tiba-tiba saja rasa pusing yang tidak tertahankan menyerang dirinya."Ini Mas, tiba-tiba saja kepalaku pusing sekali dan tangan ini gemetar untuk memegang sesuatu." Fitri mencoba berdiri dari tempat duduknya,
"Bik Onah, Mbak Imah!" terdengar suara seruan yang tidak asing lagi, suara mama."Mama," Aku berlari menyambut dan segera memeluk wanita yang telah melahirkanku ke dunia ini. "Mama tumben tiba-tiba saja pulangnya, terus...," ucapanku terjedah, aku mengedarkan pandangan namun orang yang semula pergi bersama dengan mama kenapa tidak terlihat dan kenapa mama pulangnya sendirian saja."Urusan mama sudah selesai sayang. Sedangkan ayahmu masih di luar kota mengurusi cabang-cabang minimarket kita yang lain." Mama membalas pelukanku seraya menciumi keningku."Sini Ma, biar Marta yang bawain tasnya mama." Aku mengambil alih tas yang ada di tangan mamaku.Kemudian kami berjalan beriringan untuk masuk ke dalam rumah, seusai kami melepas rindu.Mama berjingkat kaget ketika melintasi ruang keluarga rumah kami. Bagaimana tidak rumah yang biasanya bersih dan juga tertata rapi. Namun semenjak kehadiran para parasit yang di tolong oleh mamaku. Rumah kami ini berasa seperti rumah penampungan dan kumuh.
Kalau saja tidak terpaksa dan ditekan karena kondisi keuangan keluargaku, rasanya ogah sekali harus menjadi suami dari wanita yang sepantasnya menjadi ibuku. Sebenarnya aku malu, tapi kembali lagi ke awal tujuanku akhirnya aku menebalkan telinga ini ketika mendengar cibiran juga cemoohan orang lain yang mengatakan bahwa aku ini laki-laki matre yang mau saja menjadi simpanan tante-tante. Aku acuh dan lebih baik tak ku hiraukan ocehan dari mereka. Asal hidupku dan juga ibu serta saudaraku terjamin dari perempuan yang kini telah sah menjadi istriku. Entah kenapa istriku ini dengan mudahnya menerimaku juga Keluargaku yang lain untuk tinggal di rumah mereka yang besar itu. Apa karena saking hausnya ia akan belaian seorang laki-laki hingga melakukan apapun untuk bisa mendapatkan itu.Aku harus bisa bersikap sewajarnya jika sedang berada di sampingnya. Bukan karena kenyamanan melainkan karet tekanan kebutuhan hidup. Dari pada harus bersusah-susah hidup di luaran sana. Lebih baik aku menjad
Hari Minggu ini Mamaku berencana ingin mengumpulkan seluruh anggota keluarganya, termasuk kakakku Martin yang lebih memilih tetap tinggal di tempat kostnya dan juga kakak pertamaku Marvel yang sedari Mama menikah beberapa waktu yang lalu belum menyalemoatkan waktunya untuk pulang ke rumah ini. Dengan paksaan dari Mamaku akhirnya kedua kakak laki-lakiku tersebut mau menanuhi undangan Mama untuk datang ke rumah ini. Rencananya Mamaku ingin memperkenalkan kakak pertamaku kepada keluarga barunya Mama dan juga Mamaku ingin agar kami bisa saling mengenal lebih jauh satu sama lain.Sebenarnya aku kurang suka atas acara yang akan Mamaku ini adakan. Namun demi kepulangan kedua kakakku tersebut ada baiknya aku menuruti saja. Dan kesempatan ini akan aku gunakan untuk merencanakan sesuatu untuk kebaikan keluarga kami kedepannya.Aku pun sebenarnya sudah menceritakan alasan kenapa sampai kakak Martin keluar dari rumah ini. Namun sepertinya Mamaku menanggapinya dengan setengah hati dan berpikir ji
Ternyata benar dugaan kami selama ini. Benar-benar ada niat yang terselubung dari mereka. Sudah beberapa bukti telah kami kumpulkan. Selain kesaksian Kak Marvel yang memergoki suami Mama bersama wanita lain di dalam hotel, juga aku sendiri dan Mbak Imah yang berhasil merekam kejahatan yang di lakukan oleh ketiga anggota keluarganya yang lain.Sewaktu Mbak Imah mengambilkan handuk untukku. Saat hendak masuk ke kamarku. Mbak Imah mendapati nenek Surti beserta kedua anaknya berjalan mengendap-endap dan masuk ke dalam kamar Mama. Mungkin pikiran mereka mencari waktu yang tepat. Selain Mama yang memang sudah kembali melakukan pekerjaannya di luar rumah. Juga Kak Martin yang sudah kembali pulang dan tinggal bersama kami lagi. Setelah perundingan kami waktu makan malam yang lalu. Kami sepakat untuk mengawasi segala gerak gerik yang dilakukan oleh keluarga baru Mama.Mereka mengira kali ini adalah waktu yang pas untuk bersaksi. Namun keberuntungan sedang memihak pada kami yang bertujuan untuk