Setelah selesai ia menghabiskan makanan dan juga kopi yang tadi aku sajikan, segera ku bereskan dan membawa piring juga cangkir itu ke dapur.*Sekarang kami duduk berdua di ruang tamu, tepatnya aku duduk di samping kirinya."Kamu kepiran apa sampai mau menemuiku di rumah bapak ini?" tanyaku, aku menatapnya menuntut jawaban yang akan ia berikan."Kamu kan istriku dan beberapa hari kamu meninggalkan rumah, jadi wajar bila aku datang kemari untuk mencari istri juga anakku dan akan mengajak kalian pulang." jawabnya."Terus di mana hati dan pikiran kamu, mas, saat istri dan anakmu keluar dari rumah ibumu tanpa kamu berusaha untuk mencegahnya." cercaku padanya. "Apa kamu menghawatirkan kami saat itu? Tidak kan? Kamu lebih memilih bersama dengan keluargamu dan makan-makan enak di luar tanpa mengingat kami, tanpa kamu ingat akan istri dan anakmu sudah makan apa belum, apa pernah sekali saja kamu mengajak istri dan anakmu ini seperti kamu mengajak ibu dan juga keluargamu yang lain," cerocosku
Mungkin karena telinganya sudah panas mendengar ocehan ku, dan aku juga tidak ada niat untuk memanggilkan Zaskia yang memang sedang berada di rumah Budhenya, serta memang aku tidak ingin menawarinya untuk menginap atau ikut tinggal bersama kami, di rumah peninggalan orangtuaku ini, akhirnya Mas Guntur pun berpamitan untuk pulang.Entah maksudnya pulang itu, pulang ke rumah kontrakan atau ke rumah ibunya.*Satu Minggu setelah kedangtangannya ke rumah ini, tak terdengar lagi kabar darinya, tak ada panggilan telepon ataupun pesan yang masuk di gawaiku ini atas namanya.Hari ini aku disibukkan dengan banyaknya pesanan nasi kotak yang datang.Iya, aku dibantu oleh kakak iparku, Mbak Sari untuk mempromosikan usaha katering online milikku.Ini adalah orderan perdana setelah kepindahanku di rumah ini.Tak lupa, aku menghubungi Mbak Tatik untuk bantu-bantu seperti biasanya, karena jarak yang lumayan, aku juga menawarinya untuk mengganti uang bensinnya.Bukan tak mau mencari orang baru untuk b
POV GunturSia-sia usahaku mendatangi rumah dari orangtua Fitri, istriku. Bagaimana tidak, setelah setelah beberapa hari kamu tidak saling bertemu, tepatnya dua sendiri yang memilih kabur meninggalkan rumah.Dia, yang statusnya masih sah menjadi istriku, namun sikapnya padaku tak ubahnya seperti anj**g dan kucing saja.Awalnya dia tidak begitu menghiraukan apa yang aku lakukan, entah memang dia tidak tau atau sudah tau tapi berpura-pura saja.Semenjak mengetahui aku menguras tabungan kami, demi baktiku dan rasa sayangku kepada keluargaku sendiri, dia begitu sangat murkanya kepadaku, bahkan dia juga mulai berani kepada wanita yang telah melahirkan ku dan yang sangat aku hormati, yaitu ibuku.Kedatanganku waktu itu berniat untuk mengajaknya kembali kerumah kontrakan kami, terlebih jika hatinya bisa kembali luluh aku ingin mengajaknya kembali pulang ke rumah ibuku. Meski di sana sudah ada Yoga dan Rosi, istrinya, toh tidak apa-apa. Karena rumah semakin banyak penghuninya, maka akan semak
Sepulangnya dari rumah orangtua Fitri, segera aku menemui ibuku di rumahnya. Aku sudah memutuskan untuk sementara tinggal di rumah ini lagi.Setelah mendengar semua ceritaku, akhirnya aku dibantu oleh ibu, telah menyusun sebuah rencana untuk Fitri.Untuk sementara waktu dan selama aku tinggal bersama ibu lagi, memang aku sengaja untuk tidak memberi kabar pada Fitri, tujuanku adalah agar dia yang mencari-cari aku.Ketika dia sudah merasa membutuhkan aku, maka aku bisa memanfaatkan saat itu, untuk melancarkan rencana yang sudah kami persiapkan.*Sudah satu Minggu ini aku tidak memberikan kabar pada Fitri, berharap dia berusaha untuk mencariku, karena memang aku telah menyerahkan kembali rumah yang pernah kami kontrak tersebut, kepada pemiliknya. Untuk apa lagi aku menempati rumah itu, kalau sekarang Fitri sudah benar-benar meninggalkannya dan memilih untuk tinggal di rumah orangtuanya.Semoga saja, Fitri bisa segera berubah pikiran, berharap dia mencariku dan membujukku untuk tinggal b
Sebenarnya ijin dari suamiku juga yang menjadi pertimbanganku. Bagaimanapun juga aku masih menjadi istri sahnya, terkecuali jika memang Mas Guntur sudah benar-benar abai terhadap istri dan anaknya, maka bukan hanya tak perlu lagi ijin yang ku butuhkan darinya, dan mungkin bila perlu lebih baik aku mundur dari pernikahan yang menurutku sudah tidak ada lagi kesehatan dalam hubungan ini. Dia terlalu mementingkan dan mengedepankan keluarganya dari pada istri dan anaknya.Aku tidak mau selamanya kehidupan rumah tanggaku selalu dihantui dan dibayang-bayangi oleh keluarganya, aku hanya menginginkan kehidupan rumah tangga yang harmonis, di mana seorang suami sekaligus seorang ayah selalu memprioritaskan keluarga kecilnya terlebih dahulu bukan sebaliknya seperti yang aku rasakan dari yang mas Guntur perlakukan pada kami.Saat kami sedang membahas mengenai rencana tawaran dari Pak Zainal, tiba-tiba dari arah luar terdengar suara teriakan orang, yang sepertinya tidak asing terdengar oleh telinga
"Ingat ya, Fit, aku dan suamimu tidak akan pernah mau menginjakkan kaki kami ini, di rumahmu yang jelek itu, kamu harus segera mambangunnya, biar ibu dan suamimu ini bisa secepatnya tinggal bareng kalian, karena rumah yang sekarang kami tempati, akan ibu berikan untuk Yoga dan istrinya."Tak kuhiraukan ocehan ibu mertua yang menurutku hanya haluan belaka.Segera aku ber dan berpamitan kepadanya untuk menyiapkan makanan untuk mereka.Sengaja aku keluar melewati pintu belakang rumah ini, agar bisa sampai rumah dengan cepat.Saat melintasi dapur milik Mbak Sari, nampak olehku seperti sedari tadi kakak iparku ini sengaja telah menguping obrolan kami di depan.Segera ku beri isyarat dengan meletakkan jari telunjuk pada bibirku.Ssegera ku dekati dan kubisikkan rencanaku pada kakak iparku ini.Iya pun mendukung rencanaku dengan mengacungkan dua jempol tangannya.Aku segera pulang kerumah dan menggambil sayur capcay yang aku masak tadi pagi, juga mengambil sisa daging rendang pesanan kemaren
Terdengar suara orang gaduh yang terdengar tidak jauh dari rumah ini.Dan benar saja, dua orang yang kukira sudah pergi jauh dari tempat ini, namun ternyata mereka masih ada di halaman depan, tidak hanya itu saja, sepertinya mereka juga yang sengaja memancing keributan di sana, heran sekali rasanya, bukannya cepat pulang, malah cari-cari masalah saja di tempat orang.Mendengar suara gaduh dari luar, aku dan Mbak Sari pun mendekati mereka buang ada di luar rumah."Fit, siapa laki-laki ini, kenapa dari tadi dia terus bersama dengan Bang Ilham, apa dia sengaja mau deketin kamu?" tuduhan mas Guntur langsung di arahkan kepadaku."Apa bener, yang di katakan oleh suamimu itu, Fit?" ibu mertua ikut bertanya mungkin merasa penasaran, dengan apa yang di ucapkan oleh putranya."Kamu itu aneh, kok mas. Apa yang mendasari tuduhanmu itu,hah?" ucapku emosi."Sebelum kami datang dia sudah di rumah ini, terus tadi tiba-tiba saja dia pergi, terus kenapa setelah melihat aku dan ibuku keluar dari rumah i
POV Mila"Gun, ini sudah satu minggu lebih, dari hari kamu terima gaji, mana uang bulanan jatah, Mbak, yang seperti biasanya!" Aku sengaja mendatangi rumah ibu untuk mencari keberadaan, Guntur adikku. Karena aku tahu, sudah beberapa hari ini, dia tinggal kembali bersama dengan ibu, aku juga tidak ingin tahu ada apa dengan dia dan juga istrinya, karena itu memang bukan urusanku."Iya, Mbak, tapi semua gaji Guntur sudah dipegang sama Fitri, ini cuma disisain buat pegangan sampai bulan depan sama jatah buat ibu saja." "Hah, kamu gak lagi bercanda kan, Gun? Masa, iya, dia sengaja gak ngasih uang balas budinya, kurang aj*r sekali, Fitri, sekarang. Kamu juga, mau-maunya aja kamu dikuasai sama istrimu itu." sungutku.Bahaya, kalau sampai seterusnya aku gak di kasih jatah sama si Guntur. Uang itu kan biasanya aku pakai untuk keperluan membeli skincare sama bayar arisan juga, mana mau suamiku itu memberikan jatah lebih buat istrinya perawatan, palingan juga sayang buat beli rokoknya sendiri.