"Tunggu aku siap-siap dulu mau ikut," ujar Doni kepada Mayra memintanya untuk menunggu dirinya."Buat apa Mas ikut? Bukannya biasanya Mas selalu berpergian sama keluarga Mas tanpa mengajak kami?" sindir Mayra seraya keluar rumah tanpa mendengarkan Doni yang masih berteriak memanggilnya."Aku juga ikut dong Bang, Nabila dari tadi merengek ingin makan di restoran." sahut Hanum kali ini tanoa rasa bersalah.Mendengar celetukan Hanum membuat Mayra menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Hanum."Tuh Mas, adikmu tercinta dan keponakan tersayangmu juga ingin diajak jalan-jalan. Sana gih sana jalan-jalan sendiri. Karena aku mau quality time sama abang kandungku juga," ujar Mayra seraya meninggalkan rumah menuju mobil Reza yang sudah dinyalakan."May.. Mayra tunggu May," teriak Doni namun rupanya tidak dipedulikan oleh Mayra.Di dalam mobil Reza bertanya kepada Mayra yang datang dengan menggerutu sembari memanyunkan bibirnya."Kenapa May?" tanya Reza penasaran."Biasa Mas Doni mau minta ik
Mayra sudah dampai di rumah kedua orang tuanya. Hari ini memang Mayra berencana mengunjungi mama dan papanya di rumah."Waaah mama, ini rumah siapa? Bagus sekali," ujar Keyra yang langsung heboh sejak tiba di depan gerbang."Ah kamu Key, bericik tau nggak," gerutu Keynan pada saudara kembarnya itu.Mayra hanya tersenyum mendengar perbebatan kedua anak kembar tersebut. Sedangkan Reza yang sudah selesai memarkirkan mobil langsung bergegas menghampiri mereka berdua."Ini rumah orang tua Om Reza," jawab Reza seraya menggandeng tangan bocah kembar tersebut."Looh berarti ini rumahnya mama juga ya? Kan mama juga adiknya Om Reza," sahut Keynan dengan pintar."Bukan Inan, mama kan tinggal sama kita sama papa, berarti ini bukan rumah mama. Ah kamu ini gimana sih, gitu aja nggak tahu," gerutu Keyra sembari berdecak sebal.Mayra tertawa mendengar jawaban cerdas yang diberikan oleh anak lelakinya tersebut. Dan tergelak dengan logika yang disampaikan anak perempuannya. Mereka memang anak-anak yang
"Kakek punya hadiah untuk cucu kakek," ucap Pak Hendrawan seraya menyuruh asisten runah tangganya mengambil sepeda motor mini yang sudah dia persiapkan kepada kedua cucunya."Asiiikkkk!!!" teriak kedua bocah tersebut dengan riang lalu langsung berebutan mengendarai sepeda motor tersebut."Makasiih kakeek, Keya suka sekali akhirnya bisa punya mainan kayak gini. Nabila aja nggak punya, ya kan Kenan?" ujar Keyra berceloteh dengan riang.Pak Hendrawan terharu dengan pengakuan dari sang cucu sekaligus merasa sedih. Karena cucu seorang Hendrawan yang mempunyai banyak hotel di dalam maupun di luar negeri, juga beberapa mall besar, namun cucunya hidup dalam kekurangan.Sedangkan Bu Mayang sedari tadi hanya diam sembari menitikkan air mata karena kebahagiaan keluarganya akhirnya mulai kembali. Kebahagiaan yang dulu pernah terenggut dari keluarganya kini akhirnya kembali juga."Mau main sama Om Reza? Kita main di halaman belakang yuk nanti kita renang juga," ajak Om Reza seraya menggandeng kedu
Mayra dan sisi kembar menghabiskan waktu seharian di rumah oeang tua Mayra. Si kembar terlihat begitu senang dengan kehadian kakek dan neneknya, apalagi mereka memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Oma Kartika, ibu dari Doni.Ketika Mayra diantarkan kembali ke rumah oleh Rizal, terlihat keadaan di rumah cukup sepi seperti tidak berpenghuni."Kok sepi Dek?" tanya Rizal kepada Mayra."Halah paling Mas Doni sedang di rjmah selingkuhannya Bang," ujar Mayra pelang seraya menengok ke arah kedua anaknya karena tidak ingin sang anak mengetahui keadaan orang tua mereka yang sedang tidak baik-baik saja."Kamu betah amat sih May? Kenapa nggak kamu tingggalin aja lelaki kayak begitu?" ujar Reza sembari berdecak sebal dengan kelakuan adik iparnya tersebut."Mayra belum ada bukti Bang, lagipula kasihan si kembar kalau harus keluarganya harus tercerai berai," ujar Mayra sembari mendesah pelan."May, kamu harus bahagia sebelum kamu membahagiakan orang lain. Ingat itu," ujar Bang Reza semb
Doni sudah seminggu tidak pulang ke rumah, Mayra sudah mencoba untuk menghubunginya namun rupanya nomernya tidak aktif. Sejak saat itu Mayra memulih untuk cuek dan bersikap tidak peduli. Jujur, Mayra justru lebih senang sekali kalau tidak ada Doni di rumah, berarti tidak ada yang menggangunya saat sedang mendesain baju.Selain itu Mayra lebih bisa merasakan hawa tenang ketika tidak melihat Doni di rumah, karena Mayra tau setiap Mayra bertemu dengan Doni bawaannya selalu ingin berantem terus.Apalagi sekarang Mayra sedang ada pesanan baju pesta dari Bu Rosita yang tidak lain adalah sahabat mamanya. Bu Rosita dulu adalah penggemar berat dari karya-karya Mayra. Dia sempat sedih ketika Mayra menghilang selama beberapa tahun hingga saat dia mendengar berita jika designer kesayangannya sudah kembali, dia langsung memesan gaun pesta."Mama, papa kok sudah seminggu nggak pulang sih? Apa papa memang sengaja ninggalin kita?" tanya Keyra tiba-tiba."Halah biarin saja Key, justru aku senang kalau
"Ya minta sama Mas Doni lah Ma, ngapain mama kemari? Mas Doni nggak ada sudah seminggu dia nggak pulang," ujar Mayra enteng."Nggak mungkin kalau Doni nggak ada di rumah, kamu jangan coba sembunyikan Doni ya. Kamu licik sekali Mayra, pasti kamu kamu ingin menguasai harta Doni untuk kamu sendiri kan," ujar Bu Kartika geram.Mayra tidak habis pikir dengan pola pikir mertuanya yang selalu beranggapan kalau Doni banyak uang. Padahal Mayra tahu Doni hanyalah seorang staff biasa, dengan gaji UMR yang tentu akan cepat habis jika diberikan untuk orang-orang serakah seperti Bu Kartika dan Hanum ini."Yaudah kalau nggak percaya mungkin Mas Doni sedang asik ngabisin duit di rumah istri keduanya kali," sentil Mayra sembari tersenyum sinis kepada dua orang di depannya ini.*Wajah kedua orang di depan Mayra tersebut tampak pias ketika Mayra menyebutkan tentang kalimat istri kedua. Membuat Mayra semakin yakin jika dua orang di depannya ini pasti mengetahui tentang pernikahan kedua Mas Doni."Kamu!!
Doni pulang ke rumah dalam keadaan letih, dua minggu ini dia memang sengaja pulang ke rumah Monica karena dia ingin memberi pelajaran kepada Mayra agar tidak melawan dirinya. Mentang-mentang ada kakaknya yang melindungi, dia jadi berbuat semaunya sendiri.Namun alangkah terkejutnya Doni, ketika melihat rumahnya terlihat sunyi. Bahkan lampu depan pun tidak menyala sehingga menambah kesan angker pada rumah Doni."Eh Don, baru pulang liburan ya? Si kembar mana kok nggak ada?" tanya Bu Rusli celingukan mencari keberadaan si kembar yang biasanya selalu memberikan suasana ramai itu."Engg eh anu," jawab Doni terbata seraya menggaruk rambutnya."Iya minggu kemarin Ibu nanya ke Mayra katanya mau nyusulin kamu yang lagi ditugasin ke luar kora sekalian liburan sama si kembar," jawab Bu Rusli lagi."Eh iyaa Bu, Mayra sama si kembar sedang menginap di rumah neneknya, mereka kecapekan abis pulang liburan," jawab Doni memberikan alasan."Nah gitu donk Don, sekali-kali ajak Mayra sama si kembar libu
"Kamu ngapain Don? Kusut banget mukanya? Itu juga ngapain bawa koper besar begitu?" selidik Bu Kartika ketika melihat Doni datang dengan membawa koper besar."Engg anu Ma, Mayra nggak ada di rumah, jadi Doni kesini," jawab Doni seraya menghempaskan badannya ke kursi di ruang keluarga."Hah? Nggak ada gimana maksud kamu?" tanya Bu Kartika tidak mengerti."Ya nggak ada Ma, rumah sepi, si kembar pun juga nggak ada," jelas Doni."Loh kok bisa? Memangnya kamu abis darimana sih kok bisa nggak tahu kalau Mayra pergi?" tanya Bu Kartika penasaran. Sudah dua minggu ini memang Bu Kartika tidak mengunjungi rumah menantunya itu karena dia sedang disibukkan dengan urusan renovasi dapur rumahnya. Dia harus mengawasi kegiatan para tukang agar semua pekerjaan rapi."Eng anu Ma, Doni sudah dua minggu menginap di tempatnya Monica," jawab Doni dengan jujur.Bu Kartika menghela nafas mendengar kelakuan anaknya yang lebih memberatkan istri keduanya itu."Menurut Mama, mending kamu gugat aja lah si Mayra i
'Si*l, Mayra keterlaluan, berani benar dia mengatakan hal seperti itu kepada hakim,' batin Doni kesal.Sementara itu dalam batin Monika merasa khawatir dengan kehadiran atasannya itu. Dia merasa penasaran ada hubungan apa antara pemilim butik tempat dia bekerja dengan Mayra, hingga dia meluangkan waktunya untuk datang menghadiri sidang.'Meskipun Mayra bekerja di butik tempatku tapi masak iya kalau Mayra anaknya Bu Mayang? Sepertinya baik Mas Doni dan mamanya tidak mengenali beliau. Lagipula mana mungkin seperti itu, haha, aku terlalu banyak nonton sinetron di ikan terbang sepertinya,' batin Monika bermonolog."Baik untuk saudara Tergugat silahkan jika ingin menyampaikan sanggahannya!" titah Hakim Ketua."Saya menyanggah Yang Mulia, istri saya ini adalah istri yang boros. Dia hobi belanja, lihat saja penampilannya begitu glamor dan mewah bukan. Karena itulah saya menghukum dia dengan membatasi jatah uang belanja, jadi harap Yang Mulia mempertimbangkan hal tersebut," jelas Doni panjang
POV MayraHari ini adalah hari dimana aku akan menjalani sidang perdana perceraian terhadap suamiku, Mas Doni. Aku merasakan gugup yang luar biasa ketika akan menjalani sidang ini."Mama, hari ini sibuk ya? Ayo kita jalan-jalan. Keynan bosan sekolah terus," rengek Keynan pagi itu.Aku terhenyak, tidak biasanya Keynam merengek meminta jalan-jalan seperti itu. Biasanya dia adalah anak yang sangat tenang. Apakah dia ikut merasakan jika hari ini adalah hari sidang perpisahan kedua orang tuanya?Aku pun menunduk ke arah Keynan, mencoba mensejajarkan posisiku dengannya hingga manik mataku tepat menatap manik matanya."Sayang, hari ini mama ada urusan dulu. Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Kan sekolah Keynan besok libur, gimana?" rayuku kepada nocah tampan yang saat ini berdiri di depanku ini."Tapi Keynan bosan sekolah Ma," ujar Keynan padaku."Memangnya kenapa Keynan kok bosan sekolah?" tanyaku mencoba mengorek informasi."Di sekolah ada yang suka nempel-nempel sama Keynan Ma, makan
Bu Kartika begitu terkejut ketika mendapati surat dengan keterangan pengadilan agama yang tertera di depannya. Surat tersebut ditujukan kepada Doni, sang anak."Surat apa ini?" tanya Bu Kartika seraya membawanya masuk ke dalam rumah.Dia bergegas membuka surat tersebut ketika sudah mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Dan mulutnya ternganga ketika mendapati surat tersebut adalah surat panggilan sidang untuk Doni."Hanuummm.. Numm, sini cepet," teriak Bu Kartika.Hanum yang sedang menggunakan alis seketika mengumpat karena alisnya jadi tercoret cukup panjang. Dengan menggerutu Hanum mendatangi sang mama, yang terlihat bersungut-sungut di ruang tamu."Ada apa sih Ma? Kenapa teriak-teriak, alis Hanum jadi tercoret ini?" gerutu Hanum begitu tiba di depan Bu Kartika."Ini lihat ini, surat dari pengadilan agama buat mas mu, lihat ini!" seru Bu Kartika tidak mempedulikan gerutuan Hanum.Hanum melihat amplop coklat yang dibawa oleh Bu Kartika lalu merebutnya. Dia pun segera membuka amplop
Mayra memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia merasa jengah sekali dengan kelakuan Doni. Ingin rasanya dia bertanya lagi kepada Pak Adnan kapan surat sidang perceraian itu bisa dikirim, namun dirinya merasa sungkan. Takut dibilang tidak sabaran oleh Pak Adnan. Tiba-tiba ponselnya berdering kembali, tanpa melihat siapa yang menelepon langsung saja dia mengangkat dan berkata judes."Halo apa lagi sih kamu ganggu terus!" bentak Mayra."Bu Mayra?? Apa ada masalah?" suara Adnan terdengar di pendengaran telinga Mayra.Mayra mengerutkan kening dan bergegas melihat ponselnya yang ternyata adalah Adnan. Mayra merutuki tingkahnya yang kurang sopan kepada pengacara tersebut."Ma-maaf Pak Adnan saya kira mantan suami saya yang menghubungi kembali," ujar Mayra pelan.Jujur dia tidak tahu lagi dimana harus menyembunyikan rasa malunya sekarang, kalau boleh dirinya ingin bersembunyi di kutub utara agar tidak ada orang yang menemukannya."Apa Pak Hendra masih sering mengusik Bu Mayra?" tanya Adn
"Selamat pagi Bu Mayra, untuk sidang pertama surat dari pengadilan akan dikirim besok ya ke alamat masing-masing?" ujar Pak Adnan dari seberang telepon."Alhamdulillah. Lalu untuk sidangnya kapan berlangsung Pak?" tanya Mayra.Dia begitu lega akhirnya panggilan untuk sidang pertamanya dengan Doni akan segera berjalan. Dia sudah tidak ingin mempertahankan lagi biduk rumah tangganya dengan lelaki tersebut. Biarlah jika Monika ingin memiliki Doni seutuhnya, Mayra dengan ikhlas hati akan menyerahkannya.Mayra yang sedang disibukkan dengan laporan keuangan dari butiknya, ketika pengacara tersebut menghubungi dirinya."Sidangnya kurang lebih dua hari kemudian Bu," jawab Adnan."Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak Pak Adnan atas bantiannya. Untuk sidang perdana biasanya yang dibahas apa ya Pak?" tanya Mayra."Biasanya mediasi dahulu Bu, jika nanti gagal biasanya akan berlanjut ke sidang selanjutnya. Untuk semua materi nanti sudah tim saya siapkan Bu Mayra," jelas Adnan panjang lebar."
"Hanum ini dari Monika buat kamu," ujar Bu Kartika to the point.Hanum tersenyum kegirangan melihat paper bag yang diberikan kepada dirinya. Dia bergegas mengambilnya dan melihat isinya. Hanum begitu takjub begitu melihat isi di dalamnya, baju yang begitu simpel namun terlihat cantik sekali. Hanum dan Bu Kartika tidak tahu jika baju-baju yang sekarang berada di tangan mereka adalah baju hasil design dari orang yang selama ini mereka anggap tidak berguna, Mayra.*"Ahhhh mama ini bajunya bavus sekali, aku bisa pakai besok ketika jemput sekolah Nabila, pasti aku akan terlihat cantik sekali," teriak Hanum dengan norak.Sekilas raut wajah sinis sempat terlihat di wajah Monika namun tidak ada yang melihat perubahan wajah Monika tersebut."Lihat sayang mama dan adik aku terlihat begitu bahagia sekali," bisik Doni.Monika hanya mampu tertawa garing mendengar kalimat yang disampaikan oleh sang suami tersebut. Dia merasa jika ibu dan adik iparnya saat ini terlihat sesikit norak, namun tentu sa
"Sudah ah Ma, jangan ngomongin Mayra terus, bikin nggak mood aja," ujar Doni.Bu Kartika pun hanya terdiam ketika mendengar Doni yang tidak suka jika membahas mengenai Mayra."Iya iya Don," jawab Bu Kartika singkat."Oh iya Ma, nanti sore aku akan ajak Monika kemari ya? Sekalian Doni ingin mengenalkan wanita yang kini sudah menjadi istri Doni itu," ujar Doni.Bu Kartika menatap Doni intens, sejujurnya dia masih belum bisa menerima kehadiran istri kedua Doni. Namun dia lebih tidak suka lagi kepada Mayra."Ya terserah kamu aja lah Don, pokoknya dia nggak merepotkan mama," jawab Bu Kartika pendek.Doni pun tersenyum mendengar jawaban sang mama yang akhirnya mengijinkan Monika untuk datang ke rumah mereka."Oke deh, minggu ini kita menginap di hotel daerah Puncak ya? Kita kan udah lama nggak liburan bareng," ajak Doni."Waah iya Don, mama udah lama nggak pergi liburan," jawab Bu Kartika dengan antusias.Doni memang tahu betul apa yang bisa membuat sang mama bahagia.*Doni ijin untuk menj
Mayra terlihat begitu santai mengobrol dengan beberapa pegawai yang sedang bertugas di lantai bawah. Dia sembari bertanya-tanya model baju seperti apa yang biasanya paling sering dibeli oleh pelanggan yang datang. Para pegawai yang rata-rata masih berusia muda tersebut dengan senang hati memberi tahu seperti apa baju yang biasanya dibeli oleh pelanggan."Mbak Citra, jadi dress model sabrina seperti ini sedang laris nggak sih?" tanya Mayra.Citra selaku karyawan yang cukup senior pun menjawab dengan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya selama bekerja di butik ini.Mayra tersenyum puas dengan jawaban yang diberikan oleh para karyawan mamanya. Dia memang sengaja melakukan hal tersebut selain untuk mendekatkan diri dengan karyawannya, dia juga ingin terjun langsung ke dalam bisnis butik yang digeluti mamanya ini. Dia ingin tahu hingga se akar-akarnya, hal se detail apapun akan sangat bermanfaat bagi dirinya.Hingga Nana, karyawan yang saat ini menjadi supervisor di butik sang mama meny
Hari ini Doni dan Monika sudah berberada di sebuah showroom mobil terkenal untukembeli mobil yang dijanjikan oleh Monika. Dp pembayaran mpbil ini sepenuhnya menggunakan uang Monika dan untuk cicilan per bulannya nanti akan memakai uang Doni, begitulah perjanjian awalnya.Doni begitu senang melihat mobil mana yang kira-kira tepat umtuknya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk membeli mobil dengan 7 seat keluaran pabrikan Korea tersebut. Setelah mengurus segala pembayaran dan surat menyurat mereka pun pulang, lebih tepatnya Monika yang mengantar Doni pulang ke rumahnya, sedangkan Monika harus melanjutkan pekerjaannya di butik, karena dia hanya ijin setengah hari kepada Bu Mayang."Sayang terima kasih banyak, jadi makin cinta deh sama kamu," ucap Doni."Iya sayang sama-sama, semoga bermanfaat ya mobilnya, nanti jangan lupa cicilan per bulannya ya Mas," jawab Monika.Monika memang sudah terlanjur bucin kepada Doni sehingga dia rela menguras tabungannya untuk membantu Doni membeli mobil. M