"Selamat pagi Bu Mayra, untuk sidang pertama surat dari pengadilan akan dikirim besok ya ke alamat masing-masing?" ujar Pak Adnan dari seberang telepon."Alhamdulillah. Lalu untuk sidangnya kapan berlangsung Pak?" tanya Mayra.Dia begitu lega akhirnya panggilan untuk sidang pertamanya dengan Doni akan segera berjalan. Dia sudah tidak ingin mempertahankan lagi biduk rumah tangganya dengan lelaki tersebut. Biarlah jika Monika ingin memiliki Doni seutuhnya, Mayra dengan ikhlas hati akan menyerahkannya.Mayra yang sedang disibukkan dengan laporan keuangan dari butiknya, ketika pengacara tersebut menghubungi dirinya."Sidangnya kurang lebih dua hari kemudian Bu," jawab Adnan."Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak Pak Adnan atas bantiannya. Untuk sidang perdana biasanya yang dibahas apa ya Pak?" tanya Mayra."Biasanya mediasi dahulu Bu, jika nanti gagal biasanya akan berlanjut ke sidang selanjutnya. Untuk semua materi nanti sudah tim saya siapkan Bu Mayra," jelas Adnan panjang lebar."
Mayra memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia merasa jengah sekali dengan kelakuan Doni. Ingin rasanya dia bertanya lagi kepada Pak Adnan kapan surat sidang perceraian itu bisa dikirim, namun dirinya merasa sungkan. Takut dibilang tidak sabaran oleh Pak Adnan. Tiba-tiba ponselnya berdering kembali, tanpa melihat siapa yang menelepon langsung saja dia mengangkat dan berkata judes."Halo apa lagi sih kamu ganggu terus!" bentak Mayra."Bu Mayra?? Apa ada masalah?" suara Adnan terdengar di pendengaran telinga Mayra.Mayra mengerutkan kening dan bergegas melihat ponselnya yang ternyata adalah Adnan. Mayra merutuki tingkahnya yang kurang sopan kepada pengacara tersebut."Ma-maaf Pak Adnan saya kira mantan suami saya yang menghubungi kembali," ujar Mayra pelan.Jujur dia tidak tahu lagi dimana harus menyembunyikan rasa malunya sekarang, kalau boleh dirinya ingin bersembunyi di kutub utara agar tidak ada orang yang menemukannya."Apa Pak Hendra masih sering mengusik Bu Mayra?" tanya Adn
Bu Kartika begitu terkejut ketika mendapati surat dengan keterangan pengadilan agama yang tertera di depannya. Surat tersebut ditujukan kepada Doni, sang anak."Surat apa ini?" tanya Bu Kartika seraya membawanya masuk ke dalam rumah.Dia bergegas membuka surat tersebut ketika sudah mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Dan mulutnya ternganga ketika mendapati surat tersebut adalah surat panggilan sidang untuk Doni."Hanuummm.. Numm, sini cepet," teriak Bu Kartika.Hanum yang sedang menggunakan alis seketika mengumpat karena alisnya jadi tercoret cukup panjang. Dengan menggerutu Hanum mendatangi sang mama, yang terlihat bersungut-sungut di ruang tamu."Ada apa sih Ma? Kenapa teriak-teriak, alis Hanum jadi tercoret ini?" gerutu Hanum begitu tiba di depan Bu Kartika."Ini lihat ini, surat dari pengadilan agama buat mas mu, lihat ini!" seru Bu Kartika tidak mempedulikan gerutuan Hanum.Hanum melihat amplop coklat yang dibawa oleh Bu Kartika lalu merebutnya. Dia pun segera membuka amplop
POV MayraHari ini adalah hari dimana aku akan menjalani sidang perdana perceraian terhadap suamiku, Mas Doni. Aku merasakan gugup yang luar biasa ketika akan menjalani sidang ini."Mama, hari ini sibuk ya? Ayo kita jalan-jalan. Keynan bosan sekolah terus," rengek Keynan pagi itu.Aku terhenyak, tidak biasanya Keynam merengek meminta jalan-jalan seperti itu. Biasanya dia adalah anak yang sangat tenang. Apakah dia ikut merasakan jika hari ini adalah hari sidang perpisahan kedua orang tuanya?Aku pun menunduk ke arah Keynan, mencoba mensejajarkan posisiku dengannya hingga manik mataku tepat menatap manik matanya."Sayang, hari ini mama ada urusan dulu. Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Kan sekolah Keynan besok libur, gimana?" rayuku kepada nocah tampan yang saat ini berdiri di depanku ini."Tapi Keynan bosan sekolah Ma," ujar Keynan padaku."Memangnya kenapa Keynan kok bosan sekolah?" tanyaku mencoba mengorek informasi."Di sekolah ada yang suka nempel-nempel sama Keynan Ma, makan
'Si*l, Mayra keterlaluan, berani benar dia mengatakan hal seperti itu kepada hakim,' batin Doni kesal.Sementara itu dalam batin Monika merasa khawatir dengan kehadiran atasannya itu. Dia merasa penasaran ada hubungan apa antara pemilim butik tempat dia bekerja dengan Mayra, hingga dia meluangkan waktunya untuk datang menghadiri sidang.'Meskipun Mayra bekerja di butik tempatku tapi masak iya kalau Mayra anaknya Bu Mayang? Sepertinya baik Mas Doni dan mamanya tidak mengenali beliau. Lagipula mana mungkin seperti itu, haha, aku terlalu banyak nonton sinetron di ikan terbang sepertinya,' batin Monika bermonolog."Baik untuk saudara Tergugat silahkan jika ingin menyampaikan sanggahannya!" titah Hakim Ketua."Saya menyanggah Yang Mulia, istri saya ini adalah istri yang boros. Dia hobi belanja, lihat saja penampilannya begitu glamor dan mewah bukan. Karena itulah saya menghukum dia dengan membatasi jatah uang belanja, jadi harap Yang Mulia mempertimbangkan hal tersebut," jelas Doni panjang
"Ma, ini uang jatah untuk bulan ini aku taruh di meja ya? Papa mau makan sayur asem, balado tongkol dan semur jengkol untuk makan malam. Jangan lupa bikin sambal terasi juga, Ma. Papa berangkat kerja dulu," ujar Doni pada sang istri yang sedang menjemur baju di belakang rumahnya."Oh iya Papa sudah lebihkan untuk jajannya Keyra dan Keynan, jangan terlalu boros," nasihat Doni."Iya Pa," hanya itu jawaban yang diberikan Mayra.Setelah selesai dengan urusan menjemur bajunya, Mayra langsung melihat uang yang diberikan oleh suaminya, namun alangkah terkejutnya ketika dia melihat empat lembar seratus ribuan dan juga 4 lembar uang dua puluh ribuan yang tergeletak di atas meja."Ya Allah Mas, kamu ngasih uang segini setiap bulan tapi kamu minta makan yang enak-enak setiap hari. Dan apa ini katanya dilebihin buat jajan anak-anak, ini dikasih lebih 30 ribu aja," gerutu Mayra.Seharusnya Mayra tidak perlu berekspektasi terlalu tinggi, menjadi istri seorang Doni Alamsyah selama lima tahun tentuny
"Mama kenapa menangis? Papa nakal ya Ma?" tanya Keynan ketika melihat Mayra menangis."Oh nggak sayang, Mama nggak nangis kok tadi mata mama kelilipan debu, jadinya matanya berair.," ujar Mayra kepada anak lelakinya tersebut."Mama nggak bohong kan? Mama biasanya suka menangis kalau abis dijahatin sama papa, kenapa sih papa selalu jahat sama mama?" sahut Keyra ikut-ikutan ngomong.Mayra menatap kedua anak kembarnya dengan pandangan berkaca-kaca. Dia sedih karena anak kembarnya begitu peka terhadap keadaan mamanya, namun dia tidak bisa menunjukkan begitu saja kesedihan di depan anak-anaknya."Ah nggak kata siapa papa jahat sayang? Nggak boleh ngomong begitu ya Keyra janji sama mama?" ujar Mayra menasihati sang putri."Keya denger sendiri Ma, papa sering bentak-bentak Mama," ujar Keyra masih keukeuh dengan pendapatnya."Sudah tidak usah dilanjutkan, Keynan sama Keyra sekarang makan ya? Mama sudah bikinin telor mata sapi favorit kalian, dihabisin ya makannya jangan sampai ada yang tersis
"Assalamualaikum Ma, apa kabar?" sapa Mayra begitu tiba di depan seorang wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi tersebut."Waalaikumsam, ya Allah Mayra," jawab wanita tersebut sembari langsung memeluk Mayra dengan erat.*FLASHBACK OFF"Papa nggak bisa merestui kamu dengan dia May, kamu tahu sendiri pekerjaannya hanya seorang cleaning service. Bagaimana hidup kamu ke depan nanti? Sedangkan kamu dari kecil sudah terbiasa hidup penuh kemewahan?" ujar Pak Hendrawan kepada anaknya."Lagipula papa melihat ada yang janggal dengan sikapnya, menurut papa sikapnya terlalu dibuat-buat, terlalu palsu May," lanjut Pak Hendrawan.Mayra sedang meminta restu dari sang ayah agar diijinkan menikah dengan lelaki pilihannya. Lelaki yang menolongnya dari pencopet di kala sedang menunggu jemputan sopir di halte bus. Mayra jatuh cinta pada kebaikan hatinya, karena bagi Mayra sudah jarang di jaman sekarang ada seseorang yang rela berkorban demi menyelamatkan orang lain."Pa,
'Si*l, Mayra keterlaluan, berani benar dia mengatakan hal seperti itu kepada hakim,' batin Doni kesal.Sementara itu dalam batin Monika merasa khawatir dengan kehadiran atasannya itu. Dia merasa penasaran ada hubungan apa antara pemilim butik tempat dia bekerja dengan Mayra, hingga dia meluangkan waktunya untuk datang menghadiri sidang.'Meskipun Mayra bekerja di butik tempatku tapi masak iya kalau Mayra anaknya Bu Mayang? Sepertinya baik Mas Doni dan mamanya tidak mengenali beliau. Lagipula mana mungkin seperti itu, haha, aku terlalu banyak nonton sinetron di ikan terbang sepertinya,' batin Monika bermonolog."Baik untuk saudara Tergugat silahkan jika ingin menyampaikan sanggahannya!" titah Hakim Ketua."Saya menyanggah Yang Mulia, istri saya ini adalah istri yang boros. Dia hobi belanja, lihat saja penampilannya begitu glamor dan mewah bukan. Karena itulah saya menghukum dia dengan membatasi jatah uang belanja, jadi harap Yang Mulia mempertimbangkan hal tersebut," jelas Doni panjang
POV MayraHari ini adalah hari dimana aku akan menjalani sidang perdana perceraian terhadap suamiku, Mas Doni. Aku merasakan gugup yang luar biasa ketika akan menjalani sidang ini."Mama, hari ini sibuk ya? Ayo kita jalan-jalan. Keynan bosan sekolah terus," rengek Keynan pagi itu.Aku terhenyak, tidak biasanya Keynam merengek meminta jalan-jalan seperti itu. Biasanya dia adalah anak yang sangat tenang. Apakah dia ikut merasakan jika hari ini adalah hari sidang perpisahan kedua orang tuanya?Aku pun menunduk ke arah Keynan, mencoba mensejajarkan posisiku dengannya hingga manik mataku tepat menatap manik matanya."Sayang, hari ini mama ada urusan dulu. Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Kan sekolah Keynan besok libur, gimana?" rayuku kepada nocah tampan yang saat ini berdiri di depanku ini."Tapi Keynan bosan sekolah Ma," ujar Keynan padaku."Memangnya kenapa Keynan kok bosan sekolah?" tanyaku mencoba mengorek informasi."Di sekolah ada yang suka nempel-nempel sama Keynan Ma, makan
Bu Kartika begitu terkejut ketika mendapati surat dengan keterangan pengadilan agama yang tertera di depannya. Surat tersebut ditujukan kepada Doni, sang anak."Surat apa ini?" tanya Bu Kartika seraya membawanya masuk ke dalam rumah.Dia bergegas membuka surat tersebut ketika sudah mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Dan mulutnya ternganga ketika mendapati surat tersebut adalah surat panggilan sidang untuk Doni."Hanuummm.. Numm, sini cepet," teriak Bu Kartika.Hanum yang sedang menggunakan alis seketika mengumpat karena alisnya jadi tercoret cukup panjang. Dengan menggerutu Hanum mendatangi sang mama, yang terlihat bersungut-sungut di ruang tamu."Ada apa sih Ma? Kenapa teriak-teriak, alis Hanum jadi tercoret ini?" gerutu Hanum begitu tiba di depan Bu Kartika."Ini lihat ini, surat dari pengadilan agama buat mas mu, lihat ini!" seru Bu Kartika tidak mempedulikan gerutuan Hanum.Hanum melihat amplop coklat yang dibawa oleh Bu Kartika lalu merebutnya. Dia pun segera membuka amplop
Mayra memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia merasa jengah sekali dengan kelakuan Doni. Ingin rasanya dia bertanya lagi kepada Pak Adnan kapan surat sidang perceraian itu bisa dikirim, namun dirinya merasa sungkan. Takut dibilang tidak sabaran oleh Pak Adnan. Tiba-tiba ponselnya berdering kembali, tanpa melihat siapa yang menelepon langsung saja dia mengangkat dan berkata judes."Halo apa lagi sih kamu ganggu terus!" bentak Mayra."Bu Mayra?? Apa ada masalah?" suara Adnan terdengar di pendengaran telinga Mayra.Mayra mengerutkan kening dan bergegas melihat ponselnya yang ternyata adalah Adnan. Mayra merutuki tingkahnya yang kurang sopan kepada pengacara tersebut."Ma-maaf Pak Adnan saya kira mantan suami saya yang menghubungi kembali," ujar Mayra pelan.Jujur dia tidak tahu lagi dimana harus menyembunyikan rasa malunya sekarang, kalau boleh dirinya ingin bersembunyi di kutub utara agar tidak ada orang yang menemukannya."Apa Pak Hendra masih sering mengusik Bu Mayra?" tanya Adn
"Selamat pagi Bu Mayra, untuk sidang pertama surat dari pengadilan akan dikirim besok ya ke alamat masing-masing?" ujar Pak Adnan dari seberang telepon."Alhamdulillah. Lalu untuk sidangnya kapan berlangsung Pak?" tanya Mayra.Dia begitu lega akhirnya panggilan untuk sidang pertamanya dengan Doni akan segera berjalan. Dia sudah tidak ingin mempertahankan lagi biduk rumah tangganya dengan lelaki tersebut. Biarlah jika Monika ingin memiliki Doni seutuhnya, Mayra dengan ikhlas hati akan menyerahkannya.Mayra yang sedang disibukkan dengan laporan keuangan dari butiknya, ketika pengacara tersebut menghubungi dirinya."Sidangnya kurang lebih dua hari kemudian Bu," jawab Adnan."Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak Pak Adnan atas bantiannya. Untuk sidang perdana biasanya yang dibahas apa ya Pak?" tanya Mayra."Biasanya mediasi dahulu Bu, jika nanti gagal biasanya akan berlanjut ke sidang selanjutnya. Untuk semua materi nanti sudah tim saya siapkan Bu Mayra," jelas Adnan panjang lebar."
"Hanum ini dari Monika buat kamu," ujar Bu Kartika to the point.Hanum tersenyum kegirangan melihat paper bag yang diberikan kepada dirinya. Dia bergegas mengambilnya dan melihat isinya. Hanum begitu takjub begitu melihat isi di dalamnya, baju yang begitu simpel namun terlihat cantik sekali. Hanum dan Bu Kartika tidak tahu jika baju-baju yang sekarang berada di tangan mereka adalah baju hasil design dari orang yang selama ini mereka anggap tidak berguna, Mayra.*"Ahhhh mama ini bajunya bavus sekali, aku bisa pakai besok ketika jemput sekolah Nabila, pasti aku akan terlihat cantik sekali," teriak Hanum dengan norak.Sekilas raut wajah sinis sempat terlihat di wajah Monika namun tidak ada yang melihat perubahan wajah Monika tersebut."Lihat sayang mama dan adik aku terlihat begitu bahagia sekali," bisik Doni.Monika hanya mampu tertawa garing mendengar kalimat yang disampaikan oleh sang suami tersebut. Dia merasa jika ibu dan adik iparnya saat ini terlihat sesikit norak, namun tentu sa
"Sudah ah Ma, jangan ngomongin Mayra terus, bikin nggak mood aja," ujar Doni.Bu Kartika pun hanya terdiam ketika mendengar Doni yang tidak suka jika membahas mengenai Mayra."Iya iya Don," jawab Bu Kartika singkat."Oh iya Ma, nanti sore aku akan ajak Monika kemari ya? Sekalian Doni ingin mengenalkan wanita yang kini sudah menjadi istri Doni itu," ujar Doni.Bu Kartika menatap Doni intens, sejujurnya dia masih belum bisa menerima kehadiran istri kedua Doni. Namun dia lebih tidak suka lagi kepada Mayra."Ya terserah kamu aja lah Don, pokoknya dia nggak merepotkan mama," jawab Bu Kartika pendek.Doni pun tersenyum mendengar jawaban sang mama yang akhirnya mengijinkan Monika untuk datang ke rumah mereka."Oke deh, minggu ini kita menginap di hotel daerah Puncak ya? Kita kan udah lama nggak liburan bareng," ajak Doni."Waah iya Don, mama udah lama nggak pergi liburan," jawab Bu Kartika dengan antusias.Doni memang tahu betul apa yang bisa membuat sang mama bahagia.*Doni ijin untuk menj
Mayra terlihat begitu santai mengobrol dengan beberapa pegawai yang sedang bertugas di lantai bawah. Dia sembari bertanya-tanya model baju seperti apa yang biasanya paling sering dibeli oleh pelanggan yang datang. Para pegawai yang rata-rata masih berusia muda tersebut dengan senang hati memberi tahu seperti apa baju yang biasanya dibeli oleh pelanggan."Mbak Citra, jadi dress model sabrina seperti ini sedang laris nggak sih?" tanya Mayra.Citra selaku karyawan yang cukup senior pun menjawab dengan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya selama bekerja di butik ini.Mayra tersenyum puas dengan jawaban yang diberikan oleh para karyawan mamanya. Dia memang sengaja melakukan hal tersebut selain untuk mendekatkan diri dengan karyawannya, dia juga ingin terjun langsung ke dalam bisnis butik yang digeluti mamanya ini. Dia ingin tahu hingga se akar-akarnya, hal se detail apapun akan sangat bermanfaat bagi dirinya.Hingga Nana, karyawan yang saat ini menjadi supervisor di butik sang mama meny
Hari ini Doni dan Monika sudah berberada di sebuah showroom mobil terkenal untukembeli mobil yang dijanjikan oleh Monika. Dp pembayaran mpbil ini sepenuhnya menggunakan uang Monika dan untuk cicilan per bulannya nanti akan memakai uang Doni, begitulah perjanjian awalnya.Doni begitu senang melihat mobil mana yang kira-kira tepat umtuknya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk membeli mobil dengan 7 seat keluaran pabrikan Korea tersebut. Setelah mengurus segala pembayaran dan surat menyurat mereka pun pulang, lebih tepatnya Monika yang mengantar Doni pulang ke rumahnya, sedangkan Monika harus melanjutkan pekerjaannya di butik, karena dia hanya ijin setengah hari kepada Bu Mayang."Sayang terima kasih banyak, jadi makin cinta deh sama kamu," ucap Doni."Iya sayang sama-sama, semoga bermanfaat ya mobilnya, nanti jangan lupa cicilan per bulannya ya Mas," jawab Monika.Monika memang sudah terlanjur bucin kepada Doni sehingga dia rela menguras tabungannya untuk membantu Doni membeli mobil. M