Risna memimpin sekelompok orang ke halaman Keluarga Kusmoyo.Demi menghindari konflik langsung dengan Melvin, Bibi Omas dari Keluarga Pangestu sudah memancing orang-orang Melvin pergi. Risna membuka pintu lalu memandang orang-orang di dalam dengan dingin. "Hari ini aku hanya mencari Doni! Sudah nggak ada hubungannya dengan yang lainnya."Sherline dengan cepat berkata, "Kami nggak ada hubungannya dengan Doni!"Bernard menunjuk ke luar. "Doni, kamu yang bertanggung jawab. Cepat keluar!""Diam!" Seno marah, "Selama aku hidup, nggak ada yang bisa bertindak seenaknya di Keluarga Kusmoyo! Apa kamu Risna? Kenapa mencari Doni? Katakan padaku!""Ayah!" Bernard berteriak, "Jangan lindungi Doni! Doni sudah menyinggung Keluarga Winta, Ayah nggak akan bisa melindunginya, Ayah juga akan menghancurkan Keluarga Kusmoyo!""Doni! Kalau kamu seorang pria, jangan melibatkan kami!" teriak Sherline sambil menunjuk ke arah Doni.Doni tersenyum dan berkata kepada Seno, "Kakek, nggak apa-apa. Aku akan keluar d
Bernard mencibir, "Sebenarnya, yang aku maksud adalah kalau kamu mengenal baik Bos Melvin, kamu bisa menelepon lagi. Kamu bilang nggak dekat dengannya, Bos Melvin sudah melindungi keluarga kami. Nggak mungkin kalau memintanya untuk melindungi Doni."Helen mengerutkan kening. Meskipun merasa tidak nyaman, Helen setuju dengan kata-kata Bernard.Helen menghela napas. "Aku punya nomor telepon Nyonya Irene, aku akan meneleponnya.""Jangan!" Sherline segera menghentikannya. "Jangan memanfaatkan bantuan Nyonya Irene dengan mudah! Sama sekali nggak layak untuk Doni!"Bernard meliriknya. "Mungkin sudah terlambat untuk menelepon Nyonya Irene. Nyonya Irene nggak akan secepat Bos Melvin. Kalau kamu meminta bantuannya, aku kira Doni akan mati dulu."Helen ragu-ragu sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya. "Nggak, sebaiknya aku menelepon. Bagaimanapun, Doni adalah suamiku. Doni menyinggung Keluarga Winta karena menyelamatkanku.""Helen, cepat telepon!" Seno berkata, "Aku juga meminta bantuan Terry. Ter
Risna meminta anak buahnya mundur jauh. Setelah itu, melambaikan tangannya ke Doni dan berkata, "Terima kasih sebelumnya karena sudah membantuku kemarin!"Doni tersenyum tipis. "Sama-sama, selanjutnya apa?""Kalau begitu ...." Risna berkata dengan suara yang keras, "Aku sarankan agar kamu nggak melawan. Aku akan mematahkan kakimu dan membawamu ke hadapan Mardi. Kalau kamu meminta maaf padanya, aku akan membantumu menjadi perantara, dengan begitu nyawamu akan selamat."Doni mengangkat alisnya. "Kamu masih ingin mematahkan kakiku? Menurutmu apak aku harus berterima kasih atau membencimu?""Aku akan berhati-hati dalam bertindak. Kakimu nggak akan mengalami masalah besar nantinya. Aku akan memberikan obat penghilang rasa sakit." Risna berkata dengan sikap yang dingin, "Meskipun kamu membantuku kemarin, tapi hanya itu yang bisa aku lakukan."Doni mengusap dagunya. "Risna, apa Mardi masih bisa melawanku?""Aku bisa meminta ibuku untuk menyerangmu!" Risna berkata, "Dengan nama Reani saja suda
Tiga puluh menit berlalu, dahi Risna sudah dipenuhi butiran keringat. Doni tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kekuatan fisik, masih mempertahankan penampilan yang sama seperti saat baru saja memulai pertarungan.Risna hanya bisa mengerutkan kening, kekuatan orang ini benar-benar menakutkan!Yang membuatnya sedikit panik adalah Risna sudah menyadari sedikit rasa lelah di tubuhnya. Risna mengatupkan giginya, merasa inilah saatnya untuk mengeluarkan kekuatan sepenuhnya. Risna tidak berani mengendur, tapi juga meningkatkan serangannya....Empat puluh menit berlalu, dan ekspresi Bing Risna benar-benar berubah. Doni masih tanpa luka, bergerak dengan sangat lancar, tetapi dirinya mulai terengah-engah, terutama karena baru saja memperkuat serangannya dan konsumsinya meningkat. Lengannya sedikit pegal hingga menguras kekuatannya.Kekuatan dalam Doni begitu menakutkan. Apa orang ini sudah berlatih sejak dalam kandungan ibunya?Risna diam-diam menarik napas dalam-dalam, menghentikan seranga
Melihat anggota Keluarga Pangestu menyerang secara bersama, Doni tidak bergeming dan pertama-tama meluncurkan pukulan ke arah Risna, memaksanya untuk mundur terhuyung beberapa langkah sebelum menyerbu ke arah anggota Keluarga Pangestu dengan sengit.Dia menyerang sambil tertawa, "Para anggota keluargamu ini benar-benar nggak bertanggung jawab, baru bisa membantu sampai waktunya sudah terlambat. Kalau bertarung sebentar lagi, nonamu akan mati kelelahan!"Buk!Buk!Buk!Saat suara tinju dan tendangan terus bergema, tidak ada satu pun dari anggota Keluarga Pangestu yang bisa melawan. Mereka semua melayang oleh pukulan Doni hingga jatuh ke lantai dan berguling-guling kesakitan tanpa ada yang bisa berdiri lagi.Risna tampak cemas, dia sama sekali tidak menyangka Doni akan begitu kuat. Ini benar-benar telah melampaui pengetahuan Risna. Dia sampai merasa mungkin kalau Reani sang ibu turun tangan, dia tetap bukan lawan Doni.Melihat anak buahnya tumbang, Risna takut Doni akan membunuhnya dan m
Melihat Risna yang memaksakan diri, Doni pun tersenyum, "Tidurlah kalau lelah, jangan memaksakan diri kalau nggak mau meninggalkan luka yang kelam. Sudah kubilang aku akan mengampunimu. Kalau kamu merasa pertarungan hari ini nggak menyenangkan, ayo bertarung lagi lain kali."Setelah mengatakan itu, dia mengembuskan napas ke arah wajah Risna, "Tidur, tidurlah dengan tenang!"Risna merasakan bulu matanya gatal dan tidak bisa menahan diri untuk memejamkan matanya, lalu dia pun langsung tertidur."Gadis yang keras kepala!" Doni memutar kepalanya untuk melihat ke arah dua anggota Keluarga Pangestu yang baru saja berdiri dan berkata, "Nona kalian kelelahan, gendong dia kembali. Ingat, jangan pergi ke tempat Mardi, langsung kembali ke kediaman Keluarga Pangestu! Kalau nggak, takutnya nona kalian pasti akan dilecehkan oleh Mardi! Mengert?"Kedua anggota Keluarga Pangestu itu menatap Doni dengan wajah ketakutan dan menganggukkan kepala.Doni mendengus dengan mengancam dan berjalan ke kejauhan,
Ruang tamu Keluarga Kusmoyo hampir penuh dengan orang dan sekelompok kerabat Keluarga Kusmoyo yang dipimpin oleh Rupert mengelilingi empat orang Seno di tengah, semuanya menunjuk ke arah mereka dan mengumpat."Kembalikan uang kami, kami berpartisipasi dalam proyek Keluarga Wongso karena dipaksa oleh kalian!""Nggak kusangka kalian bersekongkol dengan Keluarga Wongso untuk merampas uang kami!""Kalian nggak setia pada keluarga!""Begitu banyak uang yang hilang dan cuma ada jaminan beberapa tanah usang! Keluarga Wongso melarikan diri, kalian harus mengganti kerugian kami!""Kalau nggak memercayai kalian, kami nggak akan kehilangan begitu banyak uang!"...Doni mengerti setelah mendengarkan beberapa kalimat, ternyata informasi Keluarga Wongso telah melarikan diri telah menyebar dan kerabat ini sangat tertekan dengan kerugian mereka sehingga mereka pergi ke rumah Keluarga Kusmoyo untuk menagih utang bersama."Heh!" Doni mencibir, "Kalian sendiri yang mengeluarkan uang itu dan nggak ada yan
Seno menghela napas, "Doni, sebaiknya kamu jangan terlibat dalam masalah hari ini. Aku sangat menyesal saat itu ....""Kakek, jangan khawatir ...." Doni memikirkannya dan berkata dengan sopan, "Sekarang perkembangan Kota Timung sangat cepat, aku melihat daerah perkotaan sudah sangat padat dan pasti akan diperluas. Sekarang ada tanah di tangan, cepat atau lambat nilainya akan meningkat."Begitu kata-kata itu terlontarkan dari mulutnya, semua orang yang hadir mencibir."Doni, kalau nggak berpendidikan jangan bicara omong kosong. Ada banyak tempat yang bagus di Kota Timung, pesisir ini adalah yang terburuk.""Benar! Masih mau dikembangkan? Apakah para pemimpinnya sudah gila? Kalau ingin mengembangkannya, mereka harus melakukannya di tempat yang bagus!""Bisa dikatakan harga saham ini akan naik dan turun lagi dalam 70 atau 80 tahun mendatang, sepertinya aku nggak akan melihat hari itu lagi!""Selain itu, kalau sebidang tanah ini memang punya nilai, apakah Keluarga Wongso masih akan melarik