Mardi telah menggigit leher Risna hingga membekas, sedangkan Risna telah menghirup terlalu banyak udara yang mengandung obat dan sulit baginya untuk mendapatkan kembali kekuatannya.Begitu merasakan gigi Mardi di lehernya, Risna menangis.Helen tidak tahan melihatnya, jadi menarik Doni lalu berkata, "Tolong bantu dia.""Kamu baik hati juga." Doni mengangkat bahunya. "Bukankah lebih baik membiarkan mereka saling menggigit?""Risna hanya menuruti perintah. Kalau dibiarkan seperti ini, akan terlihat menyedihkan.""Oke." Doni mengangguk.Sebenarnya, meskipun Helen tidak mengatakan apa pun, Doni akan membantunya. Mungkin karena Risna memiliki temperamen yang mirip dengan Helen, juga tidak ingin melihat Risna dipermalukan di depan umum.Doni berjalan di belakang Mardi dalam beberapa langkah, mengambil sebotol anggur merah dari meja anggur lalu memukulkannya ke kepalanya.Plak!Terdengar suara nyaring, botol anggurnya langsung pecah.Darah langsung muncul di kepala Mardi. Mardi pusing lalu se
Ada banyak ejekan di mana-mana.Helen tidak tahan mendengarkan lagi dan berbisik pada Doni, "Hari ini, Keluarga Wongso membayar dividen pada investor sesuai dengan jumlah investasinya.""Sial!" Doni marah, "Demi melarikan diri dengan tenang, mereka benar-benar melakukannya.""Jangan bicara omong kosong!" Bernard berkata dengan marah, "Doni, biar kuberi tahu, kamu bertanggung jawab atas urusan Keluarga Winta. Jangan membawa masalah pada Keluarga Kusmoyo!"Doni terlalu malas untuk memperhatikannya lalu berkata kepada Helen, "Kalian pulang dulu! Ada yang harus kulakukan!"Setelah mengatakan itu, Doni segera pergi.Helen segera mengejarnya. "Apa yang akan kamu lakukan?""Temukan cara untuk mengembalikan Keluarga Wongso.""Apa kamu masih peduli dengan urusan Keluarga Wongso?" Helen mengerutkan kening. "Tahukah kamu berapa banyak masalah yang kamu timbulkan? Bagaimana dengan Keluarga Winta?"Doni tersenyum acuh tak acuh. "Bukankah kita kenal Bos Melvin? Minta saja bantuannya.""Kamu ...." He
Ketika Doni sampai di rumah Keluarga Wongso, Susi serta Susan keluar setelah memeriksa keadaan di dalam.Kedua kakak beradik itu semuanya mengenakan kaos putih ketat dan hot pants denim, kaki panjang mereka begitu indah yang membuat Doni merasa terpesona.Begitu melihat Doni, mereka mulai melaporkan."Tuan Muda Doni, nggak ada orang lain selain pelayan di dalam rumah.""Ada tanda-tanda mereka memelihara anjing di rumah itu, tapi anjingnya juga hilang.""Ada satu mobil yang diparkir di garasi, tapi dilihat dari jejaknya, pasti ada satu mobil lagi.""Mobil lainnya hilang!"...Setelah mendengarkan laporan kedua orang itu, Doni hanya bisa menghela napas. "Sialan, mereka sudah siap melarikan diri! Sudah terlambat!""Tuan Muda Doni, apa Keluarga Wongso sudah menyinggungmu?" tanya Susi dengan penasaran."Periksa ke perusahaan Keluarga Wongso." Doni masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Susi. "Cepat! Kita bicara di dalam mobil saja.""Oke!" Mereka segera masuk ke dalam mobil. Susi menginj
Keenam orang itu bingung. Hari ini ada apa? Kenapa Tuan Muda Mardi tertarik pada mereka? Biasanya, bagaimana mungkin Tuan Muda Mardi bisa menyukai mereka?Namun, ketika keenam orang itu memasuki rumah dan melihat kemunculan Mardi, mereka semua mengerti.Saat ini, Mardi telah sadar.Matanya langsung tertuju pada keenam pelacur itu. Pikirannya tidak lagi jernih dan pandangannya kabur. Semua orang tampak seperti Helen. Sekarang enam Helen muncul sekaligus.Suasana di dalam ruangan dengan cepat menjadi tak terlukiskan.Kindo berdiri di luar, mendengarkan raungan pelan dan jeritan yang datang dari dalam lalu diam-diam mendecakkan lidahnya, "Risna, bagaimana mungkin Tuan Muda Mardi secara nggak sengaja meminum obatmu?"Risna mengerutkan kening. "Tunggu sampai Tuan Muda Mardi baik-baik saja, lalu siapkan beberapa bahan obat yang ampuh.""Bagaimana denganmu?"Risna menunjuk bekas gigi di lehernya. "Aku akan merawat lukaku."...Berbagai raungan dan jeritan di ruangan itu berlangsung selama ham
Di kamar mandi rumah Keluarga Pangestu, uap air yang pekat menyelimuti seorang wanita cantik yang memukau. Wajahnya sangat menawan, bentuk tubuhnya yang seksi, kulitnya sehalus kue krim dan seluruh tubuhnya memancarkan daya tarik yang indah.Orang itu tidak lain adalah Reani.Sebagai kepala Keluarga Pangestu, Reani telah mengeluarkan kekuatan yang tidak berani diremehkan oleh siapa pun. Semua orang di Kota Timung tahu bahwa meskipun kecantikan Reani tak tertandingi, Reani adalah wanita yang tidak bisa disentuh sama sekali sama seperti ular.Sekarang, wanita cantik ini sedang berbaring malas di bak mandi, matanya berkilat karena sedikit kebingungan dan sedikit kebencian.Tangannya dengan lembut mengusap kulit di dalam air, giginya dengan lembut menggigit bibirnya, mengeluarkan suara napas yang akan membuat pria bernafsu.Tiba-tiba, tatapan Reani berubah, niat membunuhnya pun berkilat di matanya."Bocah sialan! Apa yang kamu inginkan?""Beraninya kamu melakukan ini padaku!""Sekarang man
Susan dan Susi duduk di sebelah Doni, yang satu menggosok pelipisnya dan yang lainnya memijat kakinya."Pak Doni, kamu belum istirahat sejak kemarin.""Jangan abaikan kesehatanmu!""Istana Senorim masih mengandalkanmu!""Bagaimana kalau kamu istirahat dulu?"Suara lembut kedua orang itu membuat Doni merasa sedikit mengantuk.Doni menghela napas. "Oke, oke, kalian juga belum istirahat? Tidurlah, aku akan pulang.""Ah? Tuan Muda Doni, istirahat dulu baru pergi.""Tidur saja di taksi." Doni berdiri sambil tersenyum pahit. "Berita bahwa Keluarga Wongso melarikan diri mungkin akan segera keluar. Keluargaku akan berada dalam kekacauan. Aku harus pulang untuk menanganinya.""Oh ... Tuan Muda Doni, kita masih harus mencarinya?"Doni berpikir sejenak. "Untuk saat ini berhenti mencari dulu. Masalah ini mungkin bukan hal yang buruk. Mungkin kita bisa mendapatkan keuntungan!"Setelah mengatakan itu, Doni meninggalkan Vila Genting dan naik taksi ke rumah Keluarga Kusmoyo.Saat ini, Keluarga Kusmoyo
Risna memimpin sekelompok orang ke halaman Keluarga Kusmoyo.Demi menghindari konflik langsung dengan Melvin, Bibi Omas dari Keluarga Pangestu sudah memancing orang-orang Melvin pergi. Risna membuka pintu lalu memandang orang-orang di dalam dengan dingin. "Hari ini aku hanya mencari Doni! Sudah nggak ada hubungannya dengan yang lainnya."Sherline dengan cepat berkata, "Kami nggak ada hubungannya dengan Doni!"Bernard menunjuk ke luar. "Doni, kamu yang bertanggung jawab. Cepat keluar!""Diam!" Seno marah, "Selama aku hidup, nggak ada yang bisa bertindak seenaknya di Keluarga Kusmoyo! Apa kamu Risna? Kenapa mencari Doni? Katakan padaku!""Ayah!" Bernard berteriak, "Jangan lindungi Doni! Doni sudah menyinggung Keluarga Winta, Ayah nggak akan bisa melindunginya, Ayah juga akan menghancurkan Keluarga Kusmoyo!""Doni! Kalau kamu seorang pria, jangan melibatkan kami!" teriak Sherline sambil menunjuk ke arah Doni.Doni tersenyum dan berkata kepada Seno, "Kakek, nggak apa-apa. Aku akan keluar d
Bernard mencibir, "Sebenarnya, yang aku maksud adalah kalau kamu mengenal baik Bos Melvin, kamu bisa menelepon lagi. Kamu bilang nggak dekat dengannya, Bos Melvin sudah melindungi keluarga kami. Nggak mungkin kalau memintanya untuk melindungi Doni."Helen mengerutkan kening. Meskipun merasa tidak nyaman, Helen setuju dengan kata-kata Bernard.Helen menghela napas. "Aku punya nomor telepon Nyonya Irene, aku akan meneleponnya.""Jangan!" Sherline segera menghentikannya. "Jangan memanfaatkan bantuan Nyonya Irene dengan mudah! Sama sekali nggak layak untuk Doni!"Bernard meliriknya. "Mungkin sudah terlambat untuk menelepon Nyonya Irene. Nyonya Irene nggak akan secepat Bos Melvin. Kalau kamu meminta bantuannya, aku kira Doni akan mati dulu."Helen ragu-ragu sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya. "Nggak, sebaiknya aku menelepon. Bagaimanapun, Doni adalah suamiku. Doni menyinggung Keluarga Winta karena menyelamatkanku.""Helen, cepat telepon!" Seno berkata, "Aku juga meminta bantuan Terry. Ter