Risna dipeluk lalu dengan cepat mendorong Mardi pergi."Wanita! Aku membutuhkan seorang wanita!" Mardi kehilangan akal sehatnya seperti anjing gila yang kepanasan, menggunakan kedua tangannya untuk menarik pakaian Risna. "Beri aku seorang wanita! Cepat!""Minggir!" Risna menendangnya dengan cemas dan melompat dengan cepat.Seolah tidak ada yang salah, Mardi terus mengejar Risna. "Berikan padaku secepatnya! Cepat! Ah! Panas sekali! Ah!"Risna dengan cepat menghindar lagi, menggunakan kursi di ruangan itu untuk menghalangi Mardi.Risna benar-benar frustrasi. Jika pria lain, pasti akan menendangnya hingga pingsan. Namun, Mardi adalah Tuan Muda dari Keluarga Winta. Jika seperti itu, hanya akan membawa bencana bagi Keluarga Pangestu.Begitu melihat Mardi yang hampir gila, semua orang perlahan keluar ruangan."Helen, sudah lihat?" Doni menunjuk ke arah Mardi. "Kalau aku nggak datang hari ini, obat ini akan dimasukkan ke dalam gelas anggurmu oleh Reyhan."Helen menggertakkan giginya. "Aku ngg
Mardi telah menggigit leher Risna hingga membekas, sedangkan Risna telah menghirup terlalu banyak udara yang mengandung obat dan sulit baginya untuk mendapatkan kembali kekuatannya.Begitu merasakan gigi Mardi di lehernya, Risna menangis.Helen tidak tahan melihatnya, jadi menarik Doni lalu berkata, "Tolong bantu dia.""Kamu baik hati juga." Doni mengangkat bahunya. "Bukankah lebih baik membiarkan mereka saling menggigit?""Risna hanya menuruti perintah. Kalau dibiarkan seperti ini, akan terlihat menyedihkan.""Oke." Doni mengangguk.Sebenarnya, meskipun Helen tidak mengatakan apa pun, Doni akan membantunya. Mungkin karena Risna memiliki temperamen yang mirip dengan Helen, juga tidak ingin melihat Risna dipermalukan di depan umum.Doni berjalan di belakang Mardi dalam beberapa langkah, mengambil sebotol anggur merah dari meja anggur lalu memukulkannya ke kepalanya.Plak!Terdengar suara nyaring, botol anggurnya langsung pecah.Darah langsung muncul di kepala Mardi. Mardi pusing lalu se
Ada banyak ejekan di mana-mana.Helen tidak tahan mendengarkan lagi dan berbisik pada Doni, "Hari ini, Keluarga Wongso membayar dividen pada investor sesuai dengan jumlah investasinya.""Sial!" Doni marah, "Demi melarikan diri dengan tenang, mereka benar-benar melakukannya.""Jangan bicara omong kosong!" Bernard berkata dengan marah, "Doni, biar kuberi tahu, kamu bertanggung jawab atas urusan Keluarga Winta. Jangan membawa masalah pada Keluarga Kusmoyo!"Doni terlalu malas untuk memperhatikannya lalu berkata kepada Helen, "Kalian pulang dulu! Ada yang harus kulakukan!"Setelah mengatakan itu, Doni segera pergi.Helen segera mengejarnya. "Apa yang akan kamu lakukan?""Temukan cara untuk mengembalikan Keluarga Wongso.""Apa kamu masih peduli dengan urusan Keluarga Wongso?" Helen mengerutkan kening. "Tahukah kamu berapa banyak masalah yang kamu timbulkan? Bagaimana dengan Keluarga Winta?"Doni tersenyum acuh tak acuh. "Bukankah kita kenal Bos Melvin? Minta saja bantuannya.""Kamu ...." He
Ketika Doni sampai di rumah Keluarga Wongso, Susi serta Susan keluar setelah memeriksa keadaan di dalam.Kedua kakak beradik itu semuanya mengenakan kaos putih ketat dan hot pants denim, kaki panjang mereka begitu indah yang membuat Doni merasa terpesona.Begitu melihat Doni, mereka mulai melaporkan."Tuan Muda Doni, nggak ada orang lain selain pelayan di dalam rumah.""Ada tanda-tanda mereka memelihara anjing di rumah itu, tapi anjingnya juga hilang.""Ada satu mobil yang diparkir di garasi, tapi dilihat dari jejaknya, pasti ada satu mobil lagi.""Mobil lainnya hilang!"...Setelah mendengarkan laporan kedua orang itu, Doni hanya bisa menghela napas. "Sialan, mereka sudah siap melarikan diri! Sudah terlambat!""Tuan Muda Doni, apa Keluarga Wongso sudah menyinggungmu?" tanya Susi dengan penasaran."Periksa ke perusahaan Keluarga Wongso." Doni masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Susi. "Cepat! Kita bicara di dalam mobil saja.""Oke!" Mereka segera masuk ke dalam mobil. Susi menginj
Keenam orang itu bingung. Hari ini ada apa? Kenapa Tuan Muda Mardi tertarik pada mereka? Biasanya, bagaimana mungkin Tuan Muda Mardi bisa menyukai mereka?Namun, ketika keenam orang itu memasuki rumah dan melihat kemunculan Mardi, mereka semua mengerti.Saat ini, Mardi telah sadar.Matanya langsung tertuju pada keenam pelacur itu. Pikirannya tidak lagi jernih dan pandangannya kabur. Semua orang tampak seperti Helen. Sekarang enam Helen muncul sekaligus.Suasana di dalam ruangan dengan cepat menjadi tak terlukiskan.Kindo berdiri di luar, mendengarkan raungan pelan dan jeritan yang datang dari dalam lalu diam-diam mendecakkan lidahnya, "Risna, bagaimana mungkin Tuan Muda Mardi secara nggak sengaja meminum obatmu?"Risna mengerutkan kening. "Tunggu sampai Tuan Muda Mardi baik-baik saja, lalu siapkan beberapa bahan obat yang ampuh.""Bagaimana denganmu?"Risna menunjuk bekas gigi di lehernya. "Aku akan merawat lukaku."...Berbagai raungan dan jeritan di ruangan itu berlangsung selama ham
Di kamar mandi rumah Keluarga Pangestu, uap air yang pekat menyelimuti seorang wanita cantik yang memukau. Wajahnya sangat menawan, bentuk tubuhnya yang seksi, kulitnya sehalus kue krim dan seluruh tubuhnya memancarkan daya tarik yang indah.Orang itu tidak lain adalah Reani.Sebagai kepala Keluarga Pangestu, Reani telah mengeluarkan kekuatan yang tidak berani diremehkan oleh siapa pun. Semua orang di Kota Timung tahu bahwa meskipun kecantikan Reani tak tertandingi, Reani adalah wanita yang tidak bisa disentuh sama sekali sama seperti ular.Sekarang, wanita cantik ini sedang berbaring malas di bak mandi, matanya berkilat karena sedikit kebingungan dan sedikit kebencian.Tangannya dengan lembut mengusap kulit di dalam air, giginya dengan lembut menggigit bibirnya, mengeluarkan suara napas yang akan membuat pria bernafsu.Tiba-tiba, tatapan Reani berubah, niat membunuhnya pun berkilat di matanya."Bocah sialan! Apa yang kamu inginkan?""Beraninya kamu melakukan ini padaku!""Sekarang man
Susan dan Susi duduk di sebelah Doni, yang satu menggosok pelipisnya dan yang lainnya memijat kakinya."Pak Doni, kamu belum istirahat sejak kemarin.""Jangan abaikan kesehatanmu!""Istana Senorim masih mengandalkanmu!""Bagaimana kalau kamu istirahat dulu?"Suara lembut kedua orang itu membuat Doni merasa sedikit mengantuk.Doni menghela napas. "Oke, oke, kalian juga belum istirahat? Tidurlah, aku akan pulang.""Ah? Tuan Muda Doni, istirahat dulu baru pergi.""Tidur saja di taksi." Doni berdiri sambil tersenyum pahit. "Berita bahwa Keluarga Wongso melarikan diri mungkin akan segera keluar. Keluargaku akan berada dalam kekacauan. Aku harus pulang untuk menanganinya.""Oh ... Tuan Muda Doni, kita masih harus mencarinya?"Doni berpikir sejenak. "Untuk saat ini berhenti mencari dulu. Masalah ini mungkin bukan hal yang buruk. Mungkin kita bisa mendapatkan keuntungan!"Setelah mengatakan itu, Doni meninggalkan Vila Genting dan naik taksi ke rumah Keluarga Kusmoyo.Saat ini, Keluarga Kusmoyo
Risna memimpin sekelompok orang ke halaman Keluarga Kusmoyo.Demi menghindari konflik langsung dengan Melvin, Bibi Omas dari Keluarga Pangestu sudah memancing orang-orang Melvin pergi. Risna membuka pintu lalu memandang orang-orang di dalam dengan dingin. "Hari ini aku hanya mencari Doni! Sudah nggak ada hubungannya dengan yang lainnya."Sherline dengan cepat berkata, "Kami nggak ada hubungannya dengan Doni!"Bernard menunjuk ke luar. "Doni, kamu yang bertanggung jawab. Cepat keluar!""Diam!" Seno marah, "Selama aku hidup, nggak ada yang bisa bertindak seenaknya di Keluarga Kusmoyo! Apa kamu Risna? Kenapa mencari Doni? Katakan padaku!""Ayah!" Bernard berteriak, "Jangan lindungi Doni! Doni sudah menyinggung Keluarga Winta, Ayah nggak akan bisa melindunginya, Ayah juga akan menghancurkan Keluarga Kusmoyo!""Doni! Kalau kamu seorang pria, jangan melibatkan kami!" teriak Sherline sambil menunjuk ke arah Doni.Doni tersenyum dan berkata kepada Seno, "Kakek, nggak apa-apa. Aku akan keluar d
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a