...Pertemuan Yana memang diberitahukan dalam waktu singkat.Kemarin Yana pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan lagi. Dini hari tadi, semua hasilnya keluar.Para dokter di rumah sakit menjadi gila karena semua sel kanker di tubuh Yana telah hilang! Kali ini mereka mengira mesinnya rusak.Yana awalnya berencana mentraktir Doni makan hari ini sebagai ucapan terima kasih. Tanpa diduga, bos langsung menelepon dan memintanya mengadakan rapat ekonomi tingkat tinggi. Yana tidak punya pilihan selain memanggil orang kepercayaannya Wakil Direktur Dorris ke kantor."Pak Yana," Dorris berkata dengan sangat hormat, "Kalau ada perintah, beri tahu saja padaku."Yana mengeluarkan setumpuk kontrak, menyerahkannya kepadanya sambil berkata, "Kamu sudah bekerja dengan baik akhir-akhir ini. Anggap saja ini sebagai kinerjamu. Keluarga Kusmoyo akan datang untuk menandatangani kontrak hari ini."Dorris melihat sekilas kontraknya dan merasa sedikit bingung. Dorris belum pernah mendengar adanya hubungan antara
Doni serta Helen tiba di depan pintu Bank Sentral Timung. Mereka hendak masuk, tapi Helen tiba-tiba berhenti.Helen merasa ada yang tidak beres sejak meninggalkan rumah, tapi dirinya sudah memikirkan bagaimana menangani urusan bank hari ini, jadi tidak pernah memikirkannya terlalu mendalam. Ketika sampai di depan pintu bank, Helen memperhatikan pakaian Doni, akhirnya mengerti dari mana perasaan ada yang tidak beres itu berasal.Helen mengerutkan kening dan berkata, "Saat kamu pergi berbisnis nantinya, bisakah kamu nggak berpakaian seperti ini?""Apa salahnya berpakaian seperti ini? Aku nggak memakai pakaian yang dibawa desa. Ini semua pakaian bermerek!""Kamu datang untuk urusan bisnis, jadi kamu harus mengenakan pakaian formal!"Doni memandang orang-orang yang keluar masuk bank. "Kecuali teller bank, siapa yang mengenakan pakaian formal? Siapa pun yang berjalan di jalan dengan mengenakan pakaian formal akhir-akhir ini terlihat seperti agen real estat. Lihat dirimu yang seperti agen re
Sialan, ini istriku, kenapa kamu terus melihatnya?Mulai sekarang, jika pergi, lebih baik Helen berpakaian tertutup saja!Kalau tidak, pasti akan terlalu menggoda bagi orang mesum!"Baiklah, kalau begitu ... kami akan menunggu." Helen masih memasang ekspresi dingin, tapi nada suaranya lebih sopan."Nona Helen nggak perlu menunggu di luar." Hendry memandangnya dengan ekspresi main-main, mengeluarkan sekotak pakaian dari laci dan meletakkannya di atas meja. "Ambil ini, pergi ke kamar 5008 di hotel sebelah. Pakai saja pakaian ini lalu tunggu di sana. Pak Dorris akan tiba di sana sebentar lagi."Doni menunduk dan menunjuk ke kotak di atas meja. "Apa ini?"Hendry mendengus dengan nada menghina, "Apa kamu sopir Nona Helen? Kamu nggak perlu khawatir! Setelah mengantarkan Nona Helen ke sini, kenapa nggak langsung pergi saja! Setelah Nona Helen serta Pak Dorris selesai berbicara, tentu saja aku akan mencarimu."Ini adalah pertama kalinya Helen menghadapi hal semacam ini. Mereka memintanya pergi
Hendry dipukul dengan sangat keras hingga wajahnya berlumuran darah sambil merengek kesakitan, tapi tetap berbicara dengan kasar."Sialan! Beraninya kamu bertindak seenaknya di Bank Sentral Timung?""Aku asisten Pak Dorris! Kalau kamu berani memukulku, pinjaman Keluarga Kusmoyo akan gagal!""Sudah kubilang! Jangankan Helen mengenakan baju gadis kelinci. Kalaupun menemui Pak Dorris tanpa mengenakan apa pun, Helen nggak akan mendapat sepeser pun!"Doni sangat marah ketika mendengar ini. Yana sialan, kenapa punya bawahan sialan seperti ini?Setelah melihat serangan kejam Doni, Helen segera menghentikannya."Berhenti! Jangan sampai ada yang terbunuh!""Aku sudah bilang padamu untuk tenang! Kenapa kamu masih seperti ini?""Berhenti! Jangan bertengkar lagi!"Doni mendengus, melemparkan Hendry ke samping seolah-olah membuang sampah, mengambil tisu, menyeka tangannya, lalu menunjuk ke hidungnya. "Segera hubungi Pak Dorris! Kalau nggak datang dalam tiga menit, aku akan mematahkan kakimu!"Hendr
"Apa maksudnya ini?""Apa yang terjadi di sini?""Siapa yang bisa menjelaskannya kepadaku?"Hendry akhirnya menghela napas lega, menutupi jari-jarinya, berdiri dan mencibir pada Doni, "Bocah tengil, Pak Dorris sudah datang. Kalau kamu hebat, coba saja pukul aku."Plak!Begitu Hendry selesai berbicara, Doni menampar wajahnya. "Dalam hidupku, ini pertama kalinya aku mendengar seseorang memohon seseorang untuk memukulku! Apa rasanya enak?"Kebisingan di luar pintu segera berhenti.Para pegawai Bank Sentral Timung yang berkumpul di depan pintu semuanya memandang Doni dengan heran.Hendry adalah orang kepercayaan Dorris! Bukan hanya asistennya, tapi juga termasuk kerabatnya.Beraninya bocah yang tidak jelas asal usulnya ini menampar Hendry di depan Dorris. Besar sekali nyalinya!Setelah menerima tamparan ini, Hendry berbalik tiga kali baru duduk di bawah. Kepalanya pusing dan tidak bisa berdiri sama sekali untuk beberapa saat.Raut wajah Dorris menjadi suram, menatap Doni, lalu mengalihkan
Helen tidak menyangka Dorris akan mengajukan syarat setinggi itu. Pipinya memerah karena marah dan terdiam sesaat.Staf pria yang berdiri di depan pintu semuanya terlihat cabul. Jika wanita cantik seperti itu tinggal bersama Pak Dorris selama sebulan, suami Helen mungkin akan menerima pengkhianatan yang sangat besar."Sepertinya kamu nggak mau?" Dorris tertawa, "Apa kamu malu sekamar denganku? Biar kuberi tahu, ada banyak wanita yang mengantre untukku! Dasar nggak tahu malu!"Helen benar-benar marah. "Pak Dorris, tolong jangan kurang ajar!"Dorris tertawa dan berkata, "Menyuruhku jangan kurang ajar? Apa kamu pantas mendapatkannya? Jangan sok menjadi wanita suci! Jangan berpikir sudah melayani Pak Yana saja sudah cukup? Aku katakan padamu, kalau kamu melayaniku dengan baik, kamu juga harus melayani Hendry!""Sialan!"Doni benar-benar tidak tahan lagi dan mengangkat tangannya untuk memukul."Tenang! Tenang!"Helen meraih lengan Doni dengan paksa dan berbisik, "Ini Bank Sentral Timung! Sa
Wakil direktur!Keluarga Kusmoyo sepertinya sudah tidak ingin bertahan lagi di Kota Timung.Membuat masalah dengan Pak Dorris pasti akan menyebabkan Grup Kusmoyo bangkrut dalam beberapa hari.Kalaupun Pak Dorris tidak mengambil tindakan sendiri, selama mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap Keluarga Kusmoyo, beberapa perusahaan besar bersedia mengambil tindakan untuk menangani Grup Kusmoyo.Setelah menyinggung Dorris, sisa waktu Grup Kusmoyo pasti tidak akan lama!"Bocah tengil, beraninya kamu memukul Pak Dorris!"Seorang anggota staf teriak marah dan bergegas menuju Doni sambil ingin memukul. Sekarang adalah kesempatan untuk menunjukkan kesetiaannya. Jika bisa menghadapi bocah tengil ini, pasti akan dihargai oleh Dorris.Bumm!Dorris dipukul dengan cepat.Doni bahkan tidak melihat dan menendangnya keluar pintu.Semua orang teriak dan menjauh, membiarkannya terjatuh ke lantai.Dorris sudah bereaksi, menunjuk ke arah Doni dan berkata, "Beraninya kamu memukulku? Dasar bocah tengil, bera
"Welly, tunggu apa lagi? Pukul dia!""Apa kamu nggak mau kerja lagi! Dia sudah mematahkan jariku!"Dorris memegang tangannya dan teriak seperti sapi yang disembelih.Melihat Doni memberikan pukulan keras lagi pada Dorris, Helen merasa sangat cemas. Meskipun Doni membelanya, Doni tidak bisa mengendalikan emosinya dan berbuat seenaknya. Doni benar-benar orang yang emosional dan sangat ceroboh. Dalam masyarakat sekarang, orang-orang seperti itu biasanya berakhir sengsara.Terlebih lagi, suami yang ceroboh seperti itu jelas bukan suami ideal di hati Helen. Pasangan idealnya haruslah seorang elite bisnis atau cendekiawan yang lembut, berpengetahuan luas, lemah lembut, dan penuh perhatian. Dan dia jelas bukan pria seperti Doni yang penuh cibiran dan temperamen buruk.Namun, saat ini, Helen tidak punya waktu untuk memikirkannya. Helen mengangkat ponselnya dan berteriak, "Jangan lakukan itu! Aku menelepon Pak Yana! Pak Dorris! Beri aku waktu sebentar! Aku sudah menyalakan speaker ponselnya!""
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a