Home / Romansa / Aku Madu / 5. Terlihat aneh

Share

5. Terlihat aneh

Author: Liazta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Clarissa berjalan dengan tertatih. Kakinya terasa begitu sangat lemas, dengan tubuh yang terasa sakit dan remuk. Clarissa berusaha tetap berjalan membawa tubuh lelahnya. Berada di posisi seperti ini membuatnya hanya bisa menangis meratapi takdir hidup.

"Haruskah aku marah dengan takdir yang terasa begitu sangat kejam untuk ku. Apakah aku tidak berhak memiliki kebahagiaan seperti orang kebanyakan. Hidup sendiri tanpa mengetahui dimana keberadaan kedua orang tua aku saja terasa sudah begitu sangat berat. Aku datang ke sini dengan harapan bisa mencari keberadaan ibu yang katanya akan pergi ke Jakarta. Namun bukanya bertemu dengan ibu, aku harus mengalami nasib tragis seperti ini. ?" Clarissa tidak ada henti-hentinya menangis dan bertanya kepada diri sendiri.

Clarissa merasakan dirinya yang sudah tidak mampu lagi berjalan. Tubuhnya terasa amat lemas hingga Clarissa memutuskan untuk duduk di pinggir jalan. Duduk di tepi jalan seperti ini sambil memandang ke arah jalan yang padat dengan Mobil-mobil yang berjalan seperti semut yang berderettan.  Clarissa menatap mobil yang melaju dengan kecepatan sedang. Kondisi jalan padat membuat mobil itu tidak bisa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Clarissa memejamkan matanya dan menutup wajahnya dengan sebelah telapak tangannya. “Apakah mati jalan terbaik,” pikir Clarissa yang sudah sangat putus asa. "Aku yakin bila aku mati tidak akan ada yang menangis." Air mata semakin membanjiri pipi gadis malang itu, saat harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Hidup sebatang kara membuatnya nyawa ini tidak berharga. Hidup ini terasa begitu sangat pahit baginya. Bila tubuhnya  dihantam mobil, tubuhnya akan terkapar di aspal. Tanpa ada yang perduli. Bagaimana bila dirinya tidak mati, bagaimana bila dirinya cacat seumur hidup. Pikirkan-pikiran itu membuat dirinya merasa takut dan ngeri saat membayangkan penderita selanjutnya yang akan dihadapinya. Pada akhirnya Clarissa membatalkan niatnya untuk bunuh diri.

Cukup lama gadis itu duduk di pinggir jalan menghilangkan rasa lemas di tubuhnya. "Sudahlah, semua ini sudah takdir yang harus aku terima. Aku harus kuat demi diri sendiri," ucap Clarissa yang kembali berjalan dengan langkah yang begitu sangat berat.

Ia berjalan di jalan yang sepi dengan penerangan yang tidak memadai. Namun tidak membuat dirinya merasa takut. Tubuh yang lunglai, rasa sakit di sekujur tubuh, dan rasa perih di bagian kewanitaan nya tidak menghentikan langkah kakinya. Clarissa berjalan terus menerus di kegelapan malam. Yang ada di dalam pikirannya hanya ingin secepatnya bisa sampai ke rumah kontrakannya dan merebahkan tubuhnya di sana. Air matanya terus mengalir.

Clarissa sampai di depan pintu rumah yang sudah jelek. Ia menyewa rumah papan yang sangat Reyot namun setidaknya ia sangat bersyukur bisa menyewa rumah ini. Walaupun kondisinya jelek dan sudah sangat rusak namun masih bisa tidur nyenyak saat malam, tidak kepanasan di siang hari. Di sini hanya rumah ini satu-satunya yang kondisinya sangat jelek.

Clarissa masuk ke dalam rumahnya. Di rumah ini hanya ada karpet plastik di ruang tamu. karpet yang selalu dipakainya untuk alas duduk ketika makan dan juga berbaring di saat siang hari Bisa masuk ke dalam kamarna

Clarissa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menagis sejadi-jadinya. Ia kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuhnya dengan air. Cukup lama Clarissa berada di dalam kamar mandi mengosok sekujur tubuhnya dengan sangat keras dan berharap semua penderitaannya akan hilang.

Clarissa keluar dari dalam kamar mandi, dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Clarissa memakai baju tidurnya. Ia melihat wajahnya di depan pantulan cermin kecil yang berada di atas meja kecil yang dibuatnya sendiri.   Pipinya merah bekas telapak tangan pria yang memperkosanya. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa tubuhnya begitu sangat sakit, tangan pria itu  memegang pergelangan tangannya dengan sangat kuat sehingga meninggalkan bekas biru di pergelangan tangannya.

“Ibu, Risa sendiri. Risa harus mengadu dengan siapa? Apa ibu sudah melupakan Risa?” ucap Clarrissa yang masih menangis dengan sejadi-jadinya sehingga membuat ia lelah dan tertidur.

***

"Sa, pulang jam berapa semalam?" tanya Sinta saat melihat Clarissa yang baru masuk ke gedung kantor.

Clarissa sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya memandang sahabatnya.  Ingin rasanya ia menangis dan memeluk sahabatnya itu. Saat ini ia sangat membutuhkan teman untuk mengadu namun hal itu sudah pasti tidak mungkin di lakukannya. Apa yang terjadi bila perusahaan sebesar ini geger dengan berita yang disampaikannya.  Bisa saja dirinya akan diseret masuk ke penjara dengan alasan pencemaran nama baik. 

"Aku tanya pulang jam berapa kamu malah menganggukkan kepala," ucap Sinta yang tidak puas melihat jawaban sahabatnya.

"Semalam aku pulang jam 8, ucap Clarissa berbohong.

"Tenang aja hari ini kita akan kerja sama-sama dan kalau kamu mau pulang duluan tidak apa-apa," ucap Sinta.

Wajah Clarissa memucat saat mendengar ucapan Sinta. Dengan cepat Clarissa menggelengkan kepalanya.   "Apapun yang terjadi kita pulang sama-sama," ucap Clarissa yang berusaha menahan tangisnya. Clarissa tidak ingin Sinta mengalami nasib yang sama sepertinya. Bekerja di ruangan yang begitu sangat besar sendirian sehingga diperkosa.

Sinta tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Sejak tadi aku ngomong kamu cuma iya-iya tidak-tidak ngangguk-ngangguk Kenapa sih?" tanya Sinta yang melihat Clarissa.

"Sakit gigi," jawab Clarissa memberi alasan.

"Ya sayang,  padahal kita baru saja gajian dan rencananya ingin makan di kantin," ucap Sinta yang sudah memajukan bibirnya.

"Aku sakit gigi bukan puasa,"  ucap Clarissa.

Sinta tertawa saat mendengar ucapan temannya.

Saat ini kedua gadis itu membersihkan ruangan di lantai 10.  Clarissa berdiri di depan lift tanpa melanjutkan kaki ku untuk melangkah.

"Ayo," ucapnya Sinta yang menatap aneh ke arah Clarissa.

"Aku bersihkan ruangan di sebelahnya saja," ucap Clarissa.

"Jangan, kerja nggak enak kalau sendiri," ucap Sinta yang menarik tangan Clarissa dan membawa Clarissa masuk ke dalam ruangan tersebut.

Sinta memandang lantai yang ada bekas darah yang sudah dilap namun tetap masih ada darah yang menempel. "Ini darah apa?" tanyanya memandang Clarissa.

Clarissa menggelengkan kepalanya, kakinya terasa lemas, keringat  bercucuran di pelipis keningnya. Berada di ruangan ini membuat tangannya terasa dingin. Clarissa tidak bisa menyembunyikan rasa ketakutannya.

"Ini juga banyak kancing baju berserakan," ucap Sinta yang terlihat memikirkan sesuatu.

Clarissa masih diam tanpa berbicara apa-apa. Apa yang terjadi semalam masih terekam dalam ingatannya. Ingin rasanya Clarrissa menangis saat ini ketika dirinya benar-benar tidak tahan dan tidak sanggup berada di ruangan ini.

"Risa, kamu kenapa?" Ucap Sinta saat memandang wajah Clarissa yang begitu amat pucat.

Clarissa menggeleng kepalanya. "Perut aku mules aku mau ke WC," ucap Clarissa.

Sinta diam dan menganggukkan kepalanya. "Iya sudah cepat," ucap Sinta yang membersihkan meja kaja yang besar itu. Sinta memandang Clarissa yang berlari keluar dari dalam ruangan. "Tadi sakit gigi sekarang sakit perut aneh," ucap Sinta yang melanjutkan pekerjaannya.

****

Related chapters

  • Aku Madu   6. Makan di kantin

    Dengan mempercepat langkah kakinya Clarissa berjalanm ke kamar mandi. Berada di dalam ruangan ini membuat dadanya terasa begitu sangat sesak dan sakit. Clarissa masuk ke dalam kamar mandi dan duduk di closet. Saat ini ia menangis sejadi-jadinya. "Mengapa hidup ku harus seperti ini. ibu, Risa rindu Ibu. Apakah ibu benar-benar lupa sama Risa Bu," ucap Clarissa sambil mengusap air mata yang mengalir dengan derasnya.Clarissa berusaha meredam suara tangisnya. Ia tidak tahu harus mengadu dengan siapa. Cukup lama Clarissa nenagis di dalam kamar mandi. Clarissa membasuh wajahnya dengan air keran di wastafel.Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah menenangkan dirinya sendiri . Clarissa sangat bersyukur saat melihat Sinta sudah selesai membersihkan ruangan direktur."Lama banget sih,” ucap Sinta yang mengomel saat melihat Clarissa yang keluar dari dalam kamar mandi."Perut ku meles banget," ucap Caris

  • Aku Madu   7. Rindu Panti Asuhan.

    Clarissa bangun ketika adzan subuh.Ia merendam pakaian kotor di dalam kamar mandi untuk mencucinya nanti.Clarissa keluar dari kamar mandi setelah berwudhu.Clarissa melaksanakan salat subuh. Ia menangis dan bersimpuh di depan sang pencipta. Cukup lama dia berdo’a. Begitu banyak yang dicurahkan di dalam do’anya. Dengan menagis sejadi-jadinya, mulutnya tetap berdoa. Seakan dia sedang berbicara kepada seseorang teman yang begitu setia mendengarkannya. Tanpa mau menyalahkan. "Ya Allah, hamba tidak akan menyalahkan takdir yang engkau berikan untuk hamba. Hamba ikhlas menjalani cobaan yang engkau berikan. Meskipun hampa merasa tidak sanggup," Clarissa menagis sejadi-jadinya. Ketika ia mencurahkan semua kepedihannya. "Ya Allah, berikan hamba kekuatan untuk menjalin ini semua. Clarissa menyudahi Doanya setelah ia mencurahkan seluruh perasaannya.Clarissa mulai merapikan sajadah dan mu

  • Aku Madu   8. Kirim uang

    i"Iya tunggu sebentar," saut Clarissa yang mendengar Sinta mengetuk pintu dari luar. Clarissa berjalan mendekati pintu dan membukanya."Apa kamu sudah nungguin aku?" Sinta bertanya dengan yang tersenyum lebar saat memandang temannya tersebut."Ya, nungguin siap lagi. Kamu tau sendiri mau nungguin pacar, tapi gak punya," jawab Clarissa yang tersenyum."Apa masuk dulu?" Clarissa menawarkan."Iya dong. Aku capek habis berdiri di atas busway. Terus jalan kaki masuk ke sini," ucap Sinta yang masuk ke dalam rumah yang begitu sangat sederhana. Sinta duduk di lantai yang beralas dengan karpet."Berhubung kita baru siap gajian aku ada beli gula dan juga teh. Kamu mau aku buatin minum gak?" tanya Clarissa yang berdiri di dekat pintu."Boleh," jawab Sinta.Clarissa sedikit menutup pintu rumahnya. "Tunggu sebentar," ucapnya yang berjalan menuju

  • Aku Madu   9.Berbelanja

    Carissa dan juga Sinta berdiri sambil memegang besi di atas kepala mereka."Akhirnya aku coba juga naik busway," kata Clarissa yang begitu sangat senang. Matanya memandang ke luar jendela.Sinta tersenyum memandangnya. "Naik busway walaupun berdiri tapi pakai AC," ucapnya."Iya, jadi tetap adem," jawab Clarissa yang tersenyum."Lokasi ke tanah Abang lumayan jauh dari tempat tinggal kamu jadi kita naik busway dua kali," Sinta berucap saat busway itu berhenti di halte terakhir."Apa kita harus menyambung lagi naik busway yang satu lagi, untuk menuju jurusan tanah Abang?" tanya Clarissa. mereka berdiri di halte busway."Iya,” jawab Sinta, “kamu gak pusingkan naik busway?""Enggak apa-apa aku pengen jalan-jalan." Clarissa tersenyum."Itu buswaynya ayo cepat," a

  • Aku Madu   10. Pecat

    Fathir meremas-remas rambutnya dengan sangat kasar. "Apa yang telah aku lakukan,” ucapnya saat dia sadar dan memandang sekeliling ruangannya yang berantakan.Wajah pria itu memucat saat menyadari apa yang dilakukannya. Walaupun kondisinya dalam keadaan mabuk, namun pria itu masih bisa mengetahui apa yang diperbuatnya. Ia memejamkan matanya saat mengingat gadis cleaning service yang masuk ke dalam ruangannya. Baju-baju yang berserakan di lantai di kutip nya satu persatu dan memakainya. Matanya memandang lantai. "Apa yang telah kulakukan?" ucapnya yang melihat bercak darah yang menempel di lantai yang ada di ruangannya.Fathir membersihkan lantai itu dengan memakai tisu. Ia duduk di kursi sambil mengusap-ngusap wajahnya dan memijat-mijat pelipis keningnya. Berulang kali pria itu mengutuk perbuatannya. "Aku sudah menghancurkan masa depan seorang gadis," ucapnya.Fathir meminum a

  • Aku Madu   11. Marah

    “Perusahaan aku bisa bangkrut bila aku memberikan kamu kartu itu,” ucap Fathir.“Mas tahukan berapa pengeluaran yang harus aku keluarkan setiap hari setiap minggu dan setiap bulan," ungkap Farah.“Kamu sibuk dengan dunia kamu, kamu sibuk jalan-jalan dengan teman-teman mu, sedangkan kamu tidak memikirkan bagaimana aku dan juga anak kamu, anak kita itu masih kecil dia masih butuh kasih sayang ibu. Namun kamu lebih mengutamakan teman-teman mu. Satu minggu pergi dan kamu baru pulang sekarang, begitu kamu pulang kamu minta uang.” Fathir berkata dengan begitu sangat kesal memandang wajah istrinya.“Aku pergi aku bilang ya Mas.” Farah membela dirinya.“Kamu bilang iya, memang kamu bilang dengan saya, kamu pergi,” ucap Fathir.“Salah aku apa,” tanya Farah.“Kamu tanya salah

  • Aku Madu   12. Bonus

    Fathir duduk di kursi kerjanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memijat pelipis keningnya. Kepalanya serasa akan pecah saat memikirkan masalah yang dihadapinya. Masalah keluarganya belum selesai. Sekarang datang masalah baru. Ingin rasanya ia memecat semua karyawan yang ada di perusahaannya saat ini. Kalau bukan karena ulah karyawannya, kesalahan seperti ini tidak mungkin dilakukannya.Berulang kali pria itu memukul mejanya sebagai tempat pelampiasan kemarahannya.Pada saat itu Ia sengaja ingin menenangkan dirinya. Ruangan tempat kerjanya merupakan tempat yang mungkin paling nyaman yang dirasakannya. Fathir memilih minum dengan harapn bisa sedikit melupakan masalahnya. Ia meminum-minuman itu setelah jam kantor berakhir. Fathir yakin sudah tidak akan ada lagi karyawan yang tersisa. Ia tidak menyangka bahwa masih ada karyawannya yang masih bekerja di malam hari.Fathir

  • Aku Madu   13. Bertemu Direktur Utama

    "Aku nggak ngerti kenapa semua cleaning service diberhentikan dan sekarang masuk cleaning service yang baru." Clarissa memandang rombongan cleaning service yang baru datang. Shinta hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahunya. "Apa semuanya ada hubungan dengan kita?” tanyanya. "Maksudnya?” Clarissa bertanya dengan membesarkan matanya. “Kita diberi uang lembur, itu artinya perusahaan mungkin tahu kalau kita kerja di sini melebihi dari jam yang seharusnya." Melihat kejanggalan yang terjadi Shinta mengambil kesimpulan. “Apa karena itu mereka jadi benci sama kita?” tanya Carissa. “Aku rasa seperti itu,” ucap Sinta yang membesarkan matanya. Clarissa mengangkat telepon yang berbunyi di ruang pantry tersebut. “Halo ruang pantri di sini. Saya Clarissa. Apa ada yang bisa saya bantu," sapa Clarissa saat mengangkat panggilan tele

Latest chapter

  • Aku Madu   119. Ulang Tahun Pernikahan

    Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu

  • Aku Madu   118. Makan Malam Bersama

    Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld

  • Aku Madu   117. Sikap Farah

    "Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak

  • Aku Madu   116. Rindu

    Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan

  • Aku Madu   115. Di Manja Suami

    Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan

  • Aku Madu   114. Siapa Namanya 

    Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak

  • Aku Madu   113. Melahirkan

    "Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn

  • Aku Madu   112. Tanda-tanda

    Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan

  • Aku Madu   111. Nostalgia di Kantor

    Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo

DMCA.com Protection Status