Share

4. Memohon

Автор: Liazta
last update Последнее обновление: 2024-10-29 19:42:56

"Buatkan saya kopi," ucap pria itu memerintah

"Baik Pak," ucap Clarissa yang meninggalkan ruangannya.

Clarissa turun ke pantri dengan mengangkat baskom yang berisi piring kotor. Dengan cepat Clarissa membuatkan kopi untuk direktur dan kemudian naik lagi ke atas.

"Permisi pak," ucap Clarissa yang membawa secangkir kopi untuk bosnya. Ini untuk kali pertamanya Clarissa bertemu dengan pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja. Clarissa memperhatikan pria tampan tersebut. "Ternyata pak Direktur masih terlihat muda dan juga sangat tampan," ucap Clarissa di dalam hati.  Clarissa juga tahu bahwa pria itu berstatus suami orang.

"Masuk," ucap pria itu memandang Clarissa.

Clarissa masuk ke dalam ruangan dan  meletakkan cangkir berisi kopi  di atas meja. Entah mengapa Clarissa merasakan dadanya berdebar-debar saat melihat direktur utama tersebut. Clarissa tidak pernah menyangka akan berjumpa dengan pria itu. Berada berdua dengan orang hebat seperti ini membuat Clarissa sangat grogi. Clarissa melihat botol minuman di atas meja yang semacam botol sirup, namun botolnya terlihat jauh lebih cantik. Clarissa bisa menebak bahwa itu minuman mahal. Namun dirinya tidak mau terlalu lancang saat berhadapan dengan bosnya. Clarissa hanya menundukkan kepala tanpa berani menatap pria tersebut. "Maaf pak, saya permisi," ucap Clarissa yang berencana untuk langsung keluar dari dalam ruangan tersebut.

Pria itu hanya diam menatap Clarissa.

"Kenapa tatapan pak direktur berbeda?" Ucap Clarissa saat memandang mata bosnya yang terlihat tidak normal. Caranya menatap juga sangat berbeda. Clarissa mulai merasa ketakutan. "Permisi Pak," ucap Clarissa saat pria yang bertubuh tinggi itu menghalangi jalannya.

Wajah Clarissa memucat,  jantungnya terasa akan lepas dari tempatnya Ketika pria itu memegang tangannya. "Bapak mau apa?"  tanya Clarissa yang begitu sangat takut.

"Layani saya," ucap pria yang bernama Fatir itu.

Mata Clarissa terbuka lebar saat mendengar perkataan yang diucapkan pria tersebut. Ingin rasanya Clarrissa menampar wajahnya namun Clarissa ingat dia adalah direktur utama di perusahaan tempat dirinya bekerja. "Pak, saya mohon lepaskan saya. Saya mau keluar," ucap Clarissa terbata-bata.

Fatir tersenyum dengan memiringkan bibirnya ketika mendengar ucapan gadis di depannya. Tanpa ada rasa kasihan pria itu menarik tangan Gadis itu dan memeluknya. Fathir menatap wajah gadis tersebut. Dia mencium bibir Gadis itu dengan penuh hasrat yang bergelora. Pria itu   sudah tidak mampu berpikir apa-apalagi. Ia hanya mengikuti nalurinya.

"Tolong lepas  saya," ucap Clarissa yang sudah mulai menangis. Pria itu mencium paksa bibirnya.  Ini merupakan ciuman pertama baginya. Clarissa sangat tidak mengerti dengan rasa yang diberikan oleh pria itu. Pria itu memasukkan lidahnya dan bermain-main di dalam rongga mulutnya. Pria itu juga mencium bibirnya dengan sangat keras dan menggigit Bibir bawahnya. 

Fatir melepaskan bibirnya dari bibir gadis yang saat ini diciumnya, ketika Fatir melihat gadis itu yang sudah sangat sulit untuk bernafas. Ia memberikan waktu untuk gadis itu menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan lagi apa yang ingin dilakukannya.

"Aku hanya mau kamu memuaskan aku,"  ucap Fathir tanpa ada rasa malu dan Kasihan terhadap gadis yang saat ini memohon kepada-nya. Pria itu seakan melupakan bahwa dirinya seorang bos yang penuh dengan kewibawaan. Tidak selayaknya dirinya bersikap seperti ini di depan karyawannya

"Saya mohon," ucap Clarrissa ketika tangan pria itu menjamah tubuhnya yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun.

Rasa takut semakin meningkat di rasakan Clarrissa, ketika pria itu menarik baju kemeja yang  pakainya dengan sangat keras hingga kancing baju seragam yang dipakai Clarissa rontok dan berjatuhan di lantai. Gadis itu hanya menangis ketika dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. "Auw, ucap Clarrissa yang meringis menahan rasa sakit ketika pria itu dengan sangat kasar memelintir tangannya belakang.

Clarissa berusaha minta tolong agar ada yang mau membantunya saat ini. Namun usahanya sia-sia . Hingga suaranya habis, tidak ada seorangpun yang datang membantunya.  Clarissa sudah tidak bisa lagi berbicara ketika tangan pria itu menutup mulutnya. "Bila kamu bersuara, aku akan berbuat yang lebih dari ini,"  ucap pria itu penuh ancaman.

Carissa hanya menangis ketika pria itu menjatuhkan bajunya. Clarissa tidak bisa menutup bagian tubuhnya ketika  Sebelah tangan yang besar dan lebar milik pria itu mampu mengunci kedua tangan milik Clarrissa.

Clarissa sangat malu ketika pria itu menatap bagian atas tubuhnya. Sebelah tangan pria itu begitu sangat kuat memegang tangannya. Clarissa hanya bisa menagis saat pria itu menggerayangi tubuhnya.

"Puaskan saya," ucap Fatir yang sudah dikuasai hawa nafsu.

"Tolong hentikan pak. Tolong kasihani saya," Clarissa tidak ada henti-hentinya memohon. Ia menangis meronta-ronta ketika pria itu berusaha membuka celana yang pakainya.  Kata mohon dan tolong berulang kali diucapkannya  dengan penuh harapan, meminta agar pria itu mau menghentikan niatnya.

Clarissa menagis ketika pria itu dengan sangat kasar menampar pipinya. "Aku tidak suka mendengar suara yang berisik." Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis itu. Pria itu mencari tempat untuk melampiaskan kemarahannya saat ini.

"Saya mohon pak, kasihani saya. Jangan lakukan ini. Hidup saya sudah tidak berarti bila bapak melakukannya," ucap Clarissa mengiba dan berharap pria itu tersentuh dengan ucapannya.

Fatir menjepitkan tangan di pipi gadis tersebut. "Aku sudah katakan, aku tidak suka kau berisik. Ucap Fatir yang kembali menampar pipi gadis tersebut.

Clarissa merasakan sakit di kulit kepalanya saat pria itu menarik rambutnya. Pria itu menurunkan celana kain berwarna hitam yang dipakai Clarissa.

"Kamu sangat cantik, aku baru menyadari ada gadis cantik yang menjadi cleaning service" ucap Fatir dengan gaya orang teler.

Clarissa menggelengkan kepalanya dengan air mata yang deras membasahi pipinya.

"Puaskan saya," ucap Fatir yang  semakin menguasai tubuh gadis tersebut. Fathir memeluk dengan sangat erat dan mencium bibir Clarissa dengan paksa.

Clarissa hanya diam ketika pria itu mencium bibirnya dengan sangat kuat dan menggigit-gigit nya hingga bibirnya terasa membengkak.

"Ternyata kamu masih perawan," ucap Fathir yang merebut paksa kehormatan gadis tersebut.  Ia melakukannya dengan sangat keras tanpa menghiraukan gadis itu menagis memohon pengampunan dan merasakan kesakitan.

Air mata tidak ada henti-hentinya menetes ketika pria itu mengambil paksa keperawanannya.

Clarissa terkulai lemas tidak berdaya. Ia hanya menagis merasakan sakit di sekujur tubuhnya.  Clarissa menangis dan membelakangi tubuh pria yang sudah tidak bergerak.

Clarissa ingin secepatnya bisa keluar dari ruangan itu. rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak dihiraukannya lagi. Clarissa sudah tidak ingin lagi melihat pria yang sudah menghancurkan hidupnya . Rasa kagum terhadap pria itu hilang seketika. Saat ini Clarissa memandang jijik pria yang tidak memiliki hati itu.

Clarissa memungut baju nya yang berceceran di lantai.  Clarissa meringis ketika merasakan perih di bagian intinya.  Tangannya terasa amat sakit saat memakai pakaiannya.

Clarissa keluar dari ruangan itu dengan mempercepat langkah kakinya. Rasa perih ini tidak di hiraukan Clarissa ia hanya ingin secepatnya bisa berada di ruang pantry untuk mengambil tas dan juga kunci rumahnya.

Selesai selesai mengambil barangnya Clarissa berjalan menuju ke pintu keluar.

"Clarissa, apa belum pulang?" ucap bang Udin yang melihat Clarissa yang baru keluar dari dalam gedung tersebut.

"Iya, Baru selesai kerjaan bang," ucap Clarrissa yang berusaha tersenyum. Tangannya memegang rapat baju kemeja seragam yang sudah tidak terkancing.

****

Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
hhmmm.....
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • Aku Madu   5. Terlihat aneh

    Clarissa berjalan dengan tertatih. Kakinya terasa begitu sangat lemas, dengan tubuh yang terasa sakit dan remuk. Clarissa berusaha tetap berjalan membawa tubuh lelahnya. Berada di posisi seperti ini membuatnya hanya bisa menangis meratapi takdir hidup."Haruskah aku marah dengan takdir yang terasa begitu sangat kejam untuk ku. Apakah aku tidak berhak memiliki kebahagiaan seperti orang kebanyakan. Hidup sendiri tanpa mengetahui dimana keberadaan kedua orang tua aku saja terasa sudah begitu sangat berat. Aku datang ke sini dengan harapan bisa mencari keberadaan ibu yang katanya akan pergi ke Jakarta. Namun bukanya bertemu dengan ibu, aku harus mengalami nasib tragis seperti ini. ?" Clarissa tidak ada henti-hentinya menangis dan bertanya kepada diri sendiri. Clarissa merasakan dirinya yang sudah tidak mampu lagi berjalan. Tubuhnya terasa amat lemas hingga Clarissa memutuskan untuk duduk di pinggir jalan. Duduk di tepi jalan seperti ini sambi

  • Aku Madu   6. Makan di kantin

    Dengan mempercepat langkah kakinya Clarissa berjalanm ke kamar mandi. Berada di dalam ruangan ini membuat dadanya terasa begitu sangat sesak dan sakit. Clarissa masuk ke dalam kamar mandi dan duduk di closet. Saat ini ia menangis sejadi-jadinya. "Mengapa hidup ku harus seperti ini. ibu, Risa rindu Ibu. Apakah ibu benar-benar lupa sama Risa Bu," ucap Clarissa sambil mengusap air mata yang mengalir dengan derasnya.Clarissa berusaha meredam suara tangisnya. Ia tidak tahu harus mengadu dengan siapa. Cukup lama Clarissa nenagis di dalam kamar mandi. Clarissa membasuh wajahnya dengan air keran di wastafel.Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah menenangkan dirinya sendiri . Clarissa sangat bersyukur saat melihat Sinta sudah selesai membersihkan ruangan direktur."Lama banget sih,” ucap Sinta yang mengomel saat melihat Clarissa yang keluar dari dalam kamar mandi."Perut ku meles banget," ucap Caris

  • Aku Madu   7. Rindu Panti Asuhan.

    Clarissa bangun ketika adzan subuh.Ia merendam pakaian kotor di dalam kamar mandi untuk mencucinya nanti.Clarissa keluar dari kamar mandi setelah berwudhu.Clarissa melaksanakan salat subuh. Ia menangis dan bersimpuh di depan sang pencipta. Cukup lama dia berdo’a. Begitu banyak yang dicurahkan di dalam do’anya. Dengan menagis sejadi-jadinya, mulutnya tetap berdoa. Seakan dia sedang berbicara kepada seseorang teman yang begitu setia mendengarkannya. Tanpa mau menyalahkan. "Ya Allah, hamba tidak akan menyalahkan takdir yang engkau berikan untuk hamba. Hamba ikhlas menjalani cobaan yang engkau berikan. Meskipun hampa merasa tidak sanggup," Clarissa menagis sejadi-jadinya. Ketika ia mencurahkan semua kepedihannya. "Ya Allah, berikan hamba kekuatan untuk menjalin ini semua. Clarissa menyudahi Doanya setelah ia mencurahkan seluruh perasaannya.Clarissa mulai merapikan sajadah dan mu

  • Aku Madu   8. Kirim uang

    i"Iya tunggu sebentar," saut Clarissa yang mendengar Sinta mengetuk pintu dari luar. Clarissa berjalan mendekati pintu dan membukanya."Apa kamu sudah nungguin aku?" Sinta bertanya dengan yang tersenyum lebar saat memandang temannya tersebut."Ya, nungguin siap lagi. Kamu tau sendiri mau nungguin pacar, tapi gak punya," jawab Clarissa yang tersenyum."Apa masuk dulu?" Clarissa menawarkan."Iya dong. Aku capek habis berdiri di atas busway. Terus jalan kaki masuk ke sini," ucap Sinta yang masuk ke dalam rumah yang begitu sangat sederhana. Sinta duduk di lantai yang beralas dengan karpet."Berhubung kita baru siap gajian aku ada beli gula dan juga teh. Kamu mau aku buatin minum gak?" tanya Clarissa yang berdiri di dekat pintu."Boleh," jawab Sinta.Clarissa sedikit menutup pintu rumahnya. "Tunggu sebentar," ucapnya yang berjalan menuju

  • Aku Madu   9.Berbelanja

    Carissa dan juga Sinta berdiri sambil memegang besi di atas kepala mereka."Akhirnya aku coba juga naik busway," kata Clarissa yang begitu sangat senang. Matanya memandang ke luar jendela.Sinta tersenyum memandangnya. "Naik busway walaupun berdiri tapi pakai AC," ucapnya."Iya, jadi tetap adem," jawab Clarissa yang tersenyum."Lokasi ke tanah Abang lumayan jauh dari tempat tinggal kamu jadi kita naik busway dua kali," Sinta berucap saat busway itu berhenti di halte terakhir."Apa kita harus menyambung lagi naik busway yang satu lagi, untuk menuju jurusan tanah Abang?" tanya Clarissa. mereka berdiri di halte busway."Iya,” jawab Sinta, “kamu gak pusingkan naik busway?""Enggak apa-apa aku pengen jalan-jalan." Clarissa tersenyum."Itu buswaynya ayo cepat," a

  • Aku Madu   10. Pecat

    Fathir meremas-remas rambutnya dengan sangat kasar. "Apa yang telah aku lakukan,” ucapnya saat dia sadar dan memandang sekeliling ruangannya yang berantakan.Wajah pria itu memucat saat menyadari apa yang dilakukannya. Walaupun kondisinya dalam keadaan mabuk, namun pria itu masih bisa mengetahui apa yang diperbuatnya. Ia memejamkan matanya saat mengingat gadis cleaning service yang masuk ke dalam ruangannya. Baju-baju yang berserakan di lantai di kutip nya satu persatu dan memakainya. Matanya memandang lantai. "Apa yang telah kulakukan?" ucapnya yang melihat bercak darah yang menempel di lantai yang ada di ruangannya.Fathir membersihkan lantai itu dengan memakai tisu. Ia duduk di kursi sambil mengusap-ngusap wajahnya dan memijat-mijat pelipis keningnya. Berulang kali pria itu mengutuk perbuatannya. "Aku sudah menghancurkan masa depan seorang gadis," ucapnya.Fathir meminum a

  • Aku Madu   11. Marah

    “Perusahaan aku bisa bangkrut bila aku memberikan kamu kartu itu,” ucap Fathir.“Mas tahukan berapa pengeluaran yang harus aku keluarkan setiap hari setiap minggu dan setiap bulan," ungkap Farah.“Kamu sibuk dengan dunia kamu, kamu sibuk jalan-jalan dengan teman-teman mu, sedangkan kamu tidak memikirkan bagaimana aku dan juga anak kamu, anak kita itu masih kecil dia masih butuh kasih sayang ibu. Namun kamu lebih mengutamakan teman-teman mu. Satu minggu pergi dan kamu baru pulang sekarang, begitu kamu pulang kamu minta uang.” Fathir berkata dengan begitu sangat kesal memandang wajah istrinya.“Aku pergi aku bilang ya Mas.” Farah membela dirinya.“Kamu bilang iya, memang kamu bilang dengan saya, kamu pergi,” ucap Fathir.“Salah aku apa,” tanya Farah.“Kamu tanya salah

  • Aku Madu   12. Bonus

    Fathir duduk di kursi kerjanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memijat pelipis keningnya. Kepalanya serasa akan pecah saat memikirkan masalah yang dihadapinya. Masalah keluarganya belum selesai. Sekarang datang masalah baru. Ingin rasanya ia memecat semua karyawan yang ada di perusahaannya saat ini. Kalau bukan karena ulah karyawannya, kesalahan seperti ini tidak mungkin dilakukannya.Berulang kali pria itu memukul mejanya sebagai tempat pelampiasan kemarahannya.Pada saat itu Ia sengaja ingin menenangkan dirinya. Ruangan tempat kerjanya merupakan tempat yang mungkin paling nyaman yang dirasakannya. Fathir memilih minum dengan harapn bisa sedikit melupakan masalahnya. Ia meminum-minuman itu setelah jam kantor berakhir. Fathir yakin sudah tidak akan ada lagi karyawan yang tersisa. Ia tidak menyangka bahwa masih ada karyawannya yang masih bekerja di malam hari.Fathir

Latest chapter

  • Aku Madu   119. Ulang Tahun Pernikahan

    Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu

  • Aku Madu   118. Makan Malam Bersama

    Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld

  • Aku Madu   117. Sikap Farah

    "Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak

  • Aku Madu   116. Rindu

    Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan

  • Aku Madu   115. Di Manja Suami

    Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan

  • Aku Madu   114. Siapa Namanya 

    Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak

  • Aku Madu   113. Melahirkan

    "Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn

  • Aku Madu   112. Tanda-tanda

    Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan

  • Aku Madu   111. Nostalgia di Kantor

    Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo

DMCA.com Protection Status