Dengan mempercepat langkah kakinya Clarissa berjalanm ke kamar mandi. Berada di dalam ruangan ini membuat dadanya terasa begitu sangat sesak dan sakit. Clarissa masuk ke dalam kamar mandi dan duduk di closet. Saat ini ia menangis sejadi-jadinya. "Mengapa hidup ku harus seperti ini. ibu, Risa rindu Ibu. Apakah ibu benar-benar lupa sama Risa Bu," ucap Clarissa sambil mengusap air mata yang mengalir dengan derasnya.
Clarissa berusaha meredam suara tangisnya. Ia tidak tahu harus mengadu dengan siapa. Cukup lama Clarissa nenagis di dalam kamar mandi. Clarissa membasuh wajahnya dengan air keran di wastafel.
Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah menenangkan dirinya sendiri . Clarissa sangat bersyukur saat melihat Sinta sudah selesai membersihkan ruangan direktur.
"Lama banget sih,” ucap Sinta yang mengomel saat melihat Clarissa yang keluar dari dalam kamar mandi.
"Perut ku meles banget," ucap Carissa mencoba untuk tersenyum mengambil kain pel yang di tangan Sinta.
Clarissa berjalan bersama dengan Sinta kedua gadis itu masuk ke ruangan yang lain dan membersihkan ruangan-ruangan seperti biasa.
****
"Hari ini kamu nggak seperti biasa," ucap Sinta yang memandang Clarissa.
"Aku lagi ingat sama ibu," ucap Clarissa yang berbohong. Clarissa menangis di depan temannya ketika dirinya sudah tidak mampu menahan rasa sakit didadanya.
"Aku do’ain kamu secepatnya bisa berjumpa dengan ibu kamu," ucap Sinta yang berusaha menghibur Clarissa. "Sudah jangan nagis," ucap Sinta yang memeluk Clarissa.
"Sudah satu bulan aku di sini, namun aku tidak tahu bagaimana caranya menemukan Ibu," ucap Clarissa yang memandang Sinta.
"Mencari orang itu memang sulit, apalagi kita sudah tidak pernah melakukan hubungan kontak dengannya. Harus memiliki kesabaran yang tinggi dan perbanyak berdo’a," ucap Shinta yang mengusap bahu Clarissa.
Carissa hanya menangis saat mendengar ucap temannya. "Di dunia ini mungkin tidak ada yang sayang sama aku, terkecuali ibu panti. Ibu pantai begitu begitu sangat tulus menyayangi aku. Walaupun aku makan di panti serba kekurangan namun aku sangat bahagia di sana," ucap Clarissa yang mengusap air matanya.
Sinta hanya diam memandang Clarissa. Sinta memandang Clarissa dengan tatapan penuh rasa kasihan.
"Bila kita libur aku akan membantu kamu mencari ibu kamu. Anggap aja kita jalan-jalan. Walaupun aku baru mengenal kamu, namun aku sudah menganggap kamu sahabat aku. Aku sangat menyayangi kamu," ucap Sinta dengan tulus dan memeluk Clarissa.Tangis Clarissa semakin pecah saat mendengar ucapan sahabatnya. Clarissa tau bahwa sinta sangat tulus mengucapkan hal tersebut.
"Kenapa nagisnya makin kencang sih," ucap Sinta yang ikut menagis
"Terima kasih Sinta, tapi rasanya tidak perlu. Aku sudah memikirkan hal ini. Aku sudah lupa wajah Ibu aku. Aku bahkan sudah tidak ingat seperti apa suaranya. Aku tidak mungkin bisa menemukannya," ucap Clarissa yang terlihat frustasi .
"Kamu punya foto ibu kamu?" ucap Sinta yang memandang Clarissa.
"Bila aku punya fotonya, aku tidak mungkin lupa dengan wajahnya," ucap Clarissa yang berusaha meredam suara tangisnya.
Sinta hanya diam sambil terus mengusap punggung temannya.
"Kita kerja lagi, nanti kita di marahin senior," ucap Sinta yang memberikan Clarissa air putih.
"Iya," Clarissa menganggukkan kepalanya dan meminum air hangat di dalam gelas bening tersebut.
***
"Ayo cepat, aku sudah gak sabar mau makan enak," Ucap Sinta yang menarik tangan Carissa. Makan siang hari ini adalah makan siang yang sudah sangat di tunggu-tunggu oleh kedua gadis tersebut.
"Iya, tapi sabar dikit," ucap Clarissa yang mempercepat langkah kakinya.
"Kita wajib cepat. Nanti kantin penuh," ucap Sinta saat mereka berjalan menuju lantai 3 di mana kantin kantor berada.
Kedua gadis itu masuk ke dalam kantin. Berhubung kondisi kantin masih sepi sehingga mereka bisa memilih posisi tempat duduk yang nyaman. Tempat
duduk paling belakang dan juga pojok.Clarissa memandang daftar menu yang ada di atas meja. "Kamu mau apa?" ucap Clarissa yang memandang Sinta.
"Kamu makan apa?" tanya Sinta yang kembali bertanya.
"Aku mau makan bakso aja," ucap Clarissa yang memandang daftar menu yang memiliki gambar bakso yang mengunggah selera.
"Aku makan ayam penyet," ucap Sinta.
"Aku juga makan ayam penyet ajalah. Makan baksonya besok-besok aja," ucap Clarissa yang memandang daftar menu tersebut. Makan nasi dengan ayam penyet di tambah sambal terasa pasti lebih enak daripada harus memakan semangkok bakso untuk siang hari pikir nya.
"Ayam penyet 2 bagian sayap. Teh es manis 2. Nasinya di banyakan. Pakai tahu dan juga tempe ya bang," ucap Sinta memesan menu kepada pelayan kantin. Sinta sudah tidak sabar untuk makan yang banyak.
"Iya dek, CS baru ya Dek," ucap pelayan kantin tersebut memandangi Clarissa dan juga Sinta.
"Iya bang," jawab Sinta.
"Pantas baru kelihatan, tunggu sebentar ya"ucap pelayan kantin yang kemudian meninggalkan meja tersebut.
"Libur Minggu depan apa kita jadi ya jalan-jalan beli sepatu?" ucap Sinta memandang Clarissa.
Clarissa tersenyum, dengan cepat menganggukkan kepalanya.
Kedua gadis itu menghentikan obrolan ketika pelayan meletakkan menu yang tadi di pesannya."Besok-besok kalau ada uang kita makan di sini lagi ya," ucap Sinta yang berbicara dengan mulut yang penuh terisi nasi.
Clarissa hanya menganggukkan kepalanya. Saat ini ia tidak bisa berbicara, karena mulut penuh dengan nasi. Bila ada yang memperhatikan mereka, sudah pasti mereka tahu bahwa kedua gadis itu baru mencoba makan enak seperti ini.
Clarissa dan juga cinta hanya fokus dengan menu yang saat disantap mereka sambil sekali-sekali kedua gadis itu bercerita. Mereka tidak menghiraukan karyawan-karyawan yang lain yang memenuhi kantin tersebut.
"Clarissa makan di kantin ya," ucap seorang pria yang duduk di depan Clarissa.
Clarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Saat ini mulutnya penuh dengan nasi sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan pria tersebut.
"Kenapa selama ini tidak pernah makan ke kantin?" ucap pria itu.
Clarissa meminum teh dingin yang di gelas besar agar nasi di mulutnya cepat bisa ditelannya. "Nunggu gajian Bang Edo,” ucap Clarissa yang tersenyum.
Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Jadi ini karena bulan baru ya?" ucapnya.
"Iya Bang Edo," jawab Clarissa dengan sangat polosnya.
Pria itu tersenyum saat memandang Clarissa.
"Bang Edo apa nggak makan?" tanya Clarissa.
"Iya saya baru akan makan. Maaf ya abang ke meja sana soalnya teman memanggil," ucap Edo yang permisi dan meninggalkan meja tempat dimana Clarissa dan Sinta makan. Pria itu pergi bergabung dengan teman-temannya
"Iya bang," jawab Clarissa menganggukan kepala.
****
“Alhamdulillah selesai," ucap Sinta yang mengangkat tangannya ke atas.
"Akhirnya kita pulang juga," ucap Clarissa dengan wajah yang teramat lelah.
"Aku beneran capek. Besok libur, aku bangun siang," ucap Sinta yang memutar kepalanya ke samping memandang Clarissa.
"Iya, aku juga mau bangun lambat. Hanya saja, cucian sudah menumpuk," ucap Clarissa yang berjalan dengan kaki yang terasa begitu amat berat.
"Kapan nasib kita berubah," ucap Sinta yang mengangkat tangan ke atas dan mencium aroma bau ketiaknya.
Clarissa tersenyum geli melihat tingkah temannya. "Angkat tangan jangan tinggi-tinggi dong, geli aku. Mana kamu bau lagi," ucap Clarissa yang memandang Sinta dan menutup hidungnya.
Sinta tertawa saat mendengar apa yang dikatakan Clarrissa. "Aku pulang naik busway. Mana tahu aja nanti saat aku berdiri, yang di samping aku tuh cowok ganteng. Aku jadi gagal untuk melakukan tahap perkenalan, bila si cowok itu sudah tutup hidung lebih dulu," ucap Sinta yang menjelaskan secara mendetail.
Clarissa hanya tersenyum saat mendengar ucapan temannya.
"Kalau sudah jam seperti ini, busway selalu penuh, sehingga aku selalu berdiri," ucap Shinta yang sudah langganan berdiri.
Clarissa menghempaskan napasnya dengan sangat kasar. Pekerjaan yang dikerjakan bersama dengan Sinta baru selesai di jam 7 malam. Kedua gadis itu selalu datang paling cepat dan pulang paling lambat.
"Aku pengen sekali seperti Cs yang lain. Datang di saat jam kerja, dan pulang di jam kerja selesai," ucap Sinta.
"Aku juga," ucap Clarissa.
"Clarissa dan Sinta, apa baru keluar?" ucap security yang menyapa kedua gadis itu, saat Clarissa baru saja keluar dari dalam gedung kantor bersama dengan suaminya Sinta.
"Iya bang Udin," ucap Sinta.
"Kalian, datang paling cepat dan pulang paling lambat," ucap Bambang.
"Iya bang Beng, kami baru bisa pulang, bila kerjaan kami selesai," ucap Clarissa yang tersenyum lebar.
"Bang, kami pulang ya, nanti ketinggalan busway," ucap Shinta.
"Oh iya hati-hati,” ucap kedua scurity tersebut.
“Iya bang," ucap Clarissa yang berlalu di depan scurity tersebut.
"Aku tuh, kalau sempat terlambat, bisa-bisa naik gojek. Ongkosnya mehong," ucap Sinta yang tersenyum nyengir.
"Aku pulang pergi pakai Glx," ucap Clarissa yang sedikit tersenyum.
"Apa itu Glx?" ucap Sinta yang tidak mengerti.
"Goyang lutut Xali," ucap Clarissa yang membuat Sinta tertawa ngakak.
"Istilahnya keren, gitu dengar artinya langsung merana. Risa jangan lupa besok kita jalan-jalan," ucap Sinta saat kami berjalan berdua dan berhenti di pinggir jalan raya yang padat dengan kendaraan.
Clarissa tersenyuman saat Sinta yang mengingatkannya rencana jalan-jalan yang sudah di aturannya beberapa hari yang lalu.
"Kamu yang datang ke rumah ku ya. Soalnya aku belum terlalu mengerti di sini. Aku baru tahu jalan ke kantor dan ke rumah saja," jawab Clarissa yang tersenyum lebar.
"Oke siiipp,” ucap Sinta sedikit berlari ke halte bus dan naik ke atas busway yang terakhir.
Clarissa berjalan kaki pulang ke rumah kontrakannya. Sendiri seperti ini membuatnya kembali merasa sedih. "Bila ada Sinta, setidaknya aku masih punya teman. Sinta selalu berbicara seakan tidak ada capeknya sehingga aku bisa melupakan apa yang telah terjadi." Ucap Clarissa yang tersenyum mengingat tingkah lucu temannya. Clarissa mengusap airmata yang menetes dengan sendirinya.
***
Clarissa bangun ketika adzan subuh.Ia merendam pakaian kotor di dalam kamar mandi untuk mencucinya nanti.Clarissa keluar dari kamar mandi setelah berwudhu.Clarissa melaksanakan salat subuh. Ia menangis dan bersimpuh di depan sang pencipta. Cukup lama dia berdo’a. Begitu banyak yang dicurahkan di dalam do’anya. Dengan menagis sejadi-jadinya, mulutnya tetap berdoa. Seakan dia sedang berbicara kepada seseorang teman yang begitu setia mendengarkannya. Tanpa mau menyalahkan. "Ya Allah, hamba tidak akan menyalahkan takdir yang engkau berikan untuk hamba. Hamba ikhlas menjalani cobaan yang engkau berikan. Meskipun hampa merasa tidak sanggup," Clarissa menagis sejadi-jadinya. Ketika ia mencurahkan semua kepedihannya. "Ya Allah, berikan hamba kekuatan untuk menjalin ini semua. Clarissa menyudahi Doanya setelah ia mencurahkan seluruh perasaannya.Clarissa mulai merapikan sajadah dan mu
i"Iya tunggu sebentar," saut Clarissa yang mendengar Sinta mengetuk pintu dari luar. Clarissa berjalan mendekati pintu dan membukanya."Apa kamu sudah nungguin aku?" Sinta bertanya dengan yang tersenyum lebar saat memandang temannya tersebut."Ya, nungguin siap lagi. Kamu tau sendiri mau nungguin pacar, tapi gak punya," jawab Clarissa yang tersenyum."Apa masuk dulu?" Clarissa menawarkan."Iya dong. Aku capek habis berdiri di atas busway. Terus jalan kaki masuk ke sini," ucap Sinta yang masuk ke dalam rumah yang begitu sangat sederhana. Sinta duduk di lantai yang beralas dengan karpet."Berhubung kita baru siap gajian aku ada beli gula dan juga teh. Kamu mau aku buatin minum gak?" tanya Clarissa yang berdiri di dekat pintu."Boleh," jawab Sinta.Clarissa sedikit menutup pintu rumahnya. "Tunggu sebentar," ucapnya yang berjalan menuju
Carissa dan juga Sinta berdiri sambil memegang besi di atas kepala mereka."Akhirnya aku coba juga naik busway," kata Clarissa yang begitu sangat senang. Matanya memandang ke luar jendela.Sinta tersenyum memandangnya. "Naik busway walaupun berdiri tapi pakai AC," ucapnya."Iya, jadi tetap adem," jawab Clarissa yang tersenyum."Lokasi ke tanah Abang lumayan jauh dari tempat tinggal kamu jadi kita naik busway dua kali," Sinta berucap saat busway itu berhenti di halte terakhir."Apa kita harus menyambung lagi naik busway yang satu lagi, untuk menuju jurusan tanah Abang?" tanya Clarissa. mereka berdiri di halte busway."Iya,” jawab Sinta, “kamu gak pusingkan naik busway?""Enggak apa-apa aku pengen jalan-jalan." Clarissa tersenyum."Itu buswaynya ayo cepat," a
Fathir meremas-remas rambutnya dengan sangat kasar. "Apa yang telah aku lakukan,” ucapnya saat dia sadar dan memandang sekeliling ruangannya yang berantakan.Wajah pria itu memucat saat menyadari apa yang dilakukannya. Walaupun kondisinya dalam keadaan mabuk, namun pria itu masih bisa mengetahui apa yang diperbuatnya. Ia memejamkan matanya saat mengingat gadis cleaning service yang masuk ke dalam ruangannya. Baju-baju yang berserakan di lantai di kutip nya satu persatu dan memakainya. Matanya memandang lantai. "Apa yang telah kulakukan?" ucapnya yang melihat bercak darah yang menempel di lantai yang ada di ruangannya.Fathir membersihkan lantai itu dengan memakai tisu. Ia duduk di kursi sambil mengusap-ngusap wajahnya dan memijat-mijat pelipis keningnya. Berulang kali pria itu mengutuk perbuatannya. "Aku sudah menghancurkan masa depan seorang gadis," ucapnya.Fathir meminum a
“Perusahaan aku bisa bangkrut bila aku memberikan kamu kartu itu,” ucap Fathir.“Mas tahukan berapa pengeluaran yang harus aku keluarkan setiap hari setiap minggu dan setiap bulan," ungkap Farah.“Kamu sibuk dengan dunia kamu, kamu sibuk jalan-jalan dengan teman-teman mu, sedangkan kamu tidak memikirkan bagaimana aku dan juga anak kamu, anak kita itu masih kecil dia masih butuh kasih sayang ibu. Namun kamu lebih mengutamakan teman-teman mu. Satu minggu pergi dan kamu baru pulang sekarang, begitu kamu pulang kamu minta uang.” Fathir berkata dengan begitu sangat kesal memandang wajah istrinya.“Aku pergi aku bilang ya Mas.” Farah membela dirinya.“Kamu bilang iya, memang kamu bilang dengan saya, kamu pergi,” ucap Fathir.“Salah aku apa,” tanya Farah.“Kamu tanya salah
Fathir duduk di kursi kerjanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memijat pelipis keningnya. Kepalanya serasa akan pecah saat memikirkan masalah yang dihadapinya. Masalah keluarganya belum selesai. Sekarang datang masalah baru. Ingin rasanya ia memecat semua karyawan yang ada di perusahaannya saat ini. Kalau bukan karena ulah karyawannya, kesalahan seperti ini tidak mungkin dilakukannya.Berulang kali pria itu memukul mejanya sebagai tempat pelampiasan kemarahannya.Pada saat itu Ia sengaja ingin menenangkan dirinya. Ruangan tempat kerjanya merupakan tempat yang mungkin paling nyaman yang dirasakannya. Fathir memilih minum dengan harapn bisa sedikit melupakan masalahnya. Ia meminum-minuman itu setelah jam kantor berakhir. Fathir yakin sudah tidak akan ada lagi karyawan yang tersisa. Ia tidak menyangka bahwa masih ada karyawannya yang masih bekerja di malam hari.Fathir
"Aku nggak ngerti kenapa semua cleaning service diberhentikan dan sekarang masuk cleaning service yang baru." Clarissa memandang rombongan cleaning service yang baru datang. Shinta hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahunya. "Apa semuanya ada hubungan dengan kita?” tanyanya. "Maksudnya?” Clarissa bertanya dengan membesarkan matanya. “Kita diberi uang lembur, itu artinya perusahaan mungkin tahu kalau kita kerja di sini melebihi dari jam yang seharusnya." Melihat kejanggalan yang terjadi Shinta mengambil kesimpulan. “Apa karena itu mereka jadi benci sama kita?” tanya Carissa. “Aku rasa seperti itu,” ucap Sinta yang membesarkan matanya. Clarissa mengangkat telepon yang berbunyi di ruang pantry tersebut. “Halo ruang pantri di sini. Saya Clarissa. Apa ada yang bisa saya bantu," sapa Clarissa saat mengangkat panggilan tele
Sinta memandang Clarissa yang masuk ke ruang pantri. "Ada apa?" tanyanya memandang temannya tersebut. Sinta memperhatikan wajah teman yang terlihat berbeda. Matanya tampak sembab seperti habis menangis. "Apa kamu dipecat?" tanya Sinta yang begitu sangat menghawatirkan temannya.Carissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Clarissa tersenyum lebar hingga matanya terlihat begitu sangat kecil. "aku dikasi libur tiga hari." Clarissa mengangkat tiga jarinya. Clarissa berusaha menutupi masalahnya agar temannya tidak curiga.“Kenapa,” tanya Sinta.“Sewaktu aku mengantar kopi Aku pusing, jadi cangkir kopinya jatuh, makanya kata pak direktur aku libur aja dulu selama tiga hari." Clarissa berkata dengan raut wajah yang terlihat begitu sangat senang.“Aku merasa kamu sepertinya tidak sehat, ternyata pak direktur itu baik ya,” puji Sinta memandang temannya.
Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu
Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld
"Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak
Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan
Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan
Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak
"Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn
Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan
Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo