Home / Romansa / Aku Lelah Denganmu, Mas! / Bab 7. Rizwan Sakit

Share

Bab 7. Rizwan Sakit

Author: Eka Sa'diyah
last update Last Updated: 2023-02-14 19:33:03

Tak lama setelah aku pulang kerja teedengar deru mobil Mas Rizwan, saat ini memang waktunya Mas Rizwan pulang kerja. Kudengar suara sepatunya begitu kentara saat memasuki rumah kontrakan kami. Namun aku sendiri tidak tahu mengapa, perasaanku padanya terasa hambar. Entah rasa cintaku padanya kini perlahan mulai menghilang, bukan karena nafkah saja namun perhatiannya padaku kini sudah tidak ada lagi. Ditambah rencana perjodohannya dengan wanita bernama Shilla membuatku semakin muak.

"Assalamu alaikum," kudengar salam dari Mas Rizwan saat berada di ambang pintu. Aku segera berdiri dan ikut menyambut suamiku meski hati terasa begitu berat.

"Waalaikum salam," jawaban salam dari ibu mertuaku. Kulihat sikap Ibu mertua begitu berbeda seakan ingin sesuatu kepada Mas Rizwan.

"Rizwan, belikan Ibu makanan, Ibu belum makan!" Ibu mertua mertua bagai anak kecil meminta Rizwan membelikan makanan. Sungguh tak tahu malu sekali melihat anaknya baru saja pulang kerja sudah minta dibelikan makan malam.

"Maaf, Bu. Uang Rizwan sudah mepet sekali. Kok, cepet banget uang Ibu habis padahal lima hari yang lalu Rizwan memberi uang ke Ibu lima juta lima ratus," jawab Mas Rizwan dengan nada kesal.

Aku terperangah mendengar jika Ibu mertua mendapatkan jatah lebih besar dariku. Nominal yang begitu besar ternyata diberikan kepada Ibunya, itupun tidak sampai satu bulan akan meminta jatah lagi kepada Mas Rizwan.Aku melihat wajahnya begitu pucat dan tidak seperti biasanya. Bahkan kedua matanya begitu sayu seperti orang kelelahan.

"Anu, emmmm, ya uang segitu mah cepet habis, belum bayar arisan dan lain-lain," tukas ibu mertua yang terlihat gugup namun tetap saja berkilah supaya mendapatkan uang tambahan dari Mas Rizwan.

"Rizwan tidak punya uang, Bu." ucap Mas Rizwan dengan raut wajah yang tidak memiliki rasa semangat sama sekali. Mas Rizwan duduk di kursi sembari memijid pelipisnya. Aku rasa dugaanku benar jika dirinya sedang sakit.

"Halah, bilang aja kamu pelit! lemari es juga kosong melompong gitu. Enggak bisa ambil stok makanan deh," ibu mertua terkejut saat membuka isi lemari es kami. Ya, memang jarang sekali terisi bahan makanan karena aku sudah tahu sikap mertua jika kerumah pasti akan membawa stok bahan makanan yang sudah sangat minim.

Semua membuatku tidak heran atau terkejut sama sekali karena Mas Rizwan membebaskan Ibunya keluar masuk rumah kontrakan kami. Bahkan kunci cadangan pun diberikan pada Ibu mertua.

"Beneran, Bu. Rizwan lagi tidak punya uang. Uang Rizwan juga dipinjam Mbak Rina, padahal tiap bulan Rizwan udah beri satu juta lima ratus buat Mbak Rina," jawab Mas Rizwan, aku bahkan baru tahu jika Mbak Rina masih mengganggu nafkah suamiku dan nominalnya sama besarnya dengan yang diberikan padaku. Dan Mbak Rina ternyata melakukan hal yang sama dengan Ibunya meminta atau meminjam uang meskipun sudah diberi jatah masing-masing.

"Cari pinjaman sana, biar ibu enggak kekurangan!" ibu mertua seenaknya memerintah mencarikan pinjaman. Kulihat Mas Rizwan semakin frustasi dengan sikap Ibunya yang semena-mena padanya bahkan lebih mirip sapi perah.

"Bu, Rizwan lagi tidak enak badan, ibu bisa tidak sementara diam dulu."

Sumpah, aku ingin tertawa saat melihat Mas Rizwan untuk pertama kalinya berkata lebih keras dari pada biasanya. Biasanya Mas Rizwan akan memberikan apapun yang diminta Ibunya tanpa memikirkan kebutuhan aku yang istri sahnya. Bukan aku suka melihat Mas Rizwan ribut dengan Ibunya namun sikap tegasnya kali ini yang membuatku sangat terkejut.

"Kamu membentak Ibu!" aku tak habis pikir ketika Ibu mertua bersiap akan pura-pura menangis namun tak ada air mata yang hendak keluar.

"Maafkan Rizwan, Bu!" akhirnya Mas Rizwan meminta maaf juga kepada Ibunya setelah melihat Ibunya pasang muka sedih. Aku hanya mencebik sambil melihat tayangan yang akan disandiwarakan Ibu mertua. Ibu mertua kini duduk di samping Mas Rizwan sembari mengusap bahunya.

"Bu, boleh Rizwan minta bikinkan minuman jahe?" ucap Mas Rizwan pada ibunya akan tetapi ibu mertua terlihat malah bersungut-sungut padahal sang anak sedang sakit dan hanya meminta dibuatkan jahe.

"Apa, minta bikinkan minuman jahe?" Aku dan Mas Rizwan bahkan tersentak kaget mendengar ucapan Ibu mertua. Aku tak menyangka jika Ibu mertua akan bersikap seperti itu kepada suamiku.

Ibu mertua yang tadinya duduk di samping Mas Rizwan kini berdiri tegak seakan ingin menjauhi Mas Rizwan yang sedang sakit sembari berkata, "Minta saja sama istrimu itu. Ibu mau pulang percuma kesini tidak dapat apa-apa!" ucap Ibu mertua dan berlalu. Segera kucegah kepergiannya, enak sekali mengabaikan Mas Rizwan di saat sakit seperti ini.

Aku merentangkan tanganku di depan pintu saat mereka berdua akan keluar, "Eitttttsss! mau kemana, Bu? Anaknya sakit kok ditinggal. Lagian aku juga sudah bilang di awal kalau ada apa-apa langsung saja ke Ibu, karena aku tidak ikut makan hasil kerja Mas Rizwan. Kalau Mas Rizwan sakit, Ibu dan Mbak Rina dong yang merawat," aku berkacak pinggang didepan mereka bertiga tanpa ingin membantu beban Mas Rizwan saat ini, semua sengaja kubuat mereka agar menyadari perbuatannya.

"Kamu kebangetan Lai, durhaka kamu sama suami," Mbak Rina ikut-ikutan menimpali saat aku mencegahnya keluar dari rumah. Ingin sekali aku menarik mulut Mbak Rina karena ucapannya yang suka membolak balikkan fakta.

"Durhaka mana dengan suami yang tidak memberi nafkah istrinya demi kakak dan Ibunya? hitung-hitung impas lah. Adiknya sakit minta dibikinkan jahe hangat malah kayak gitu. Masa mau enaknya doang, Mbak," saat mendengar ucapanku, terlihat wajah Mbak Rina bersungut dan rahangnya mengeras. Aku hampir saja kehabisan kesabaran kepada mereka berdua.

"Tidak bisa dong! ini tanggung jawabmu!" ibu mertua juga tak mau mengalah, ingin enaknya saja. Sekilas kulirik ekspresi Mas Rizwan melihat sikap Ibunya saat dirinya sedang sakit dan ternyata ada raut wajah kekecewaan.

"Mas Rizwan saja lupa sama kewajibannya. Sudahlah cepat bikinkan, nanti kalau Mas Rizwan tidak sembuh-sembuh malah tidak bisa kerja dan gajinya dipotong. Ibu dan Mbak Rina mau jatah bulanannya di potong? Kalau aku mah santai karena aku sudah bekerja," ucapku sambil berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu. Kubiarkan dua wanita berpikir sejenak. Mungkin otaknya akan nyambung jika disuruh berfikir setelah sekian lama tidak dipakai berfikir.

"Rin, segera bikinkan Rizwan minuman jahe hangat dari pada Rizwan tidak sembuh-sembuh," tukas mertua sambil berkacak pinggang.

Terlihat ibu mertua begitu khawatir juga jika gaji Rizwan dipotong. Aku terkekeh mendengar ucapan Ibu mertua yang akhirnya meminta Mbak Rina membuat jahe hangat untuk Mas Rizwan.

"Kenapa sih, kalian ribut sekali kalau aku minta jahe hangat, apa karena aku tidak punya uang sehingga Ibu dan Mbak Rina seperti ini? Hampir seluruh gajiku aku berikan kepada kalian berdua. Tapi saat aku sakit kenapa seperti tidak ada yang mau merawatku?" ucapan Mas Rizwan terlihat lebih keras karena kesal.

Sepertinya termakan omonganku yang kubuat memanas-manasi kakak dan Ibunya. Ternyata ucapanku berhasil juga sehingga Mas Rizwan kini mengucapkan ucapan yang lebih keras dari biasanya.

"Bu, bukan begitu Rizwan, Ibu tidak suka bau jahe," ibu mertua berkilah lagi, aku tidak percaya sama sekali dengan ucapan Ibu mertua, memang sudah menjadi kebiasaanya beliau tidak suka di dapur. "Biar Rina saja, Bu, yang membuatkan jahe untuk Rizwan. Rina juga tidak mau jatah Rina dipotong!" Mbak Rina kemudian masuk ke dapurku tanpa permisi.

Aku mengintip di balik pintu kamarku dan melihat Mbak Rina mulai membuat jahe hangat untuk Mas Rizwan.

"Ini, Riz jahenya, segera diminum dan cepat sembuh. Jangan sampai bolos kerja!" tukas Mbak Rina sebelum meninggalkan rumah kontrakan kami. Aku geleng-geleng kepala melihat sikap Mbak Rina memberi peringatan kepada Mas Rizwan yang sedang sakit.

Bener - bener ipar somplak, adiknya sakit masih mikirin uang jatah bulanannya supaya tidak dipotong. Ini lagi adiknya, mau banget dimanfaatin Kakaknya.

"Iya sudah, Ibu dan Rina pulang dulu, besok Ibu kesini lagi ada perlu sama kamu. Ini penting," tukas ibu mertua sebelum pergi meninggalkan rumah kontrakan kami.

"Baiklah kalau begitu, Bu. Besok Rizwan cuti sehari biar badan Rizwan kembali sehat," jawab Mas Rizwan berharap dirinya bisa kembali sehat dengan cuti satu hari namun entah ada sesuatu yang direncanakan untuk Mas Rizwan. Mungkin saja perjodohan dengan sosok wanita bernama Shilla akan segera dilangsungkan.

"Baiklah, besok Ibu mau kedatangan tamu spesial," ucap ibu mertua. Aku yang mendengarnya dari kamar membuat hatiku sakit namun tetap kutahan supaya tak berubah menjadi emosi yang tinggi.

"Siapa, Bu?" tanya Mas Rizwan ingin tahu. Aku bersiap menguping pembicaraan Ibu mertua dengan suamiku.

"Besok kamu akan tahu siapa," jawab ibu mertua.

Aku bergegas kembali keluar kamar dan bergabung kembali dengan mereka. "Shilla kah, Bu?" sengaja ku sebut namanya di depan mas Rizwan. Aku sudah tahu rencana ibu dan mbak Rina di depan mataku sendiri.

"Kamu nguping ya?" tanya mbak Rina penuh selidik.

"Enggak nguping mbak, Mbak Rina tadi telpon suaranya kedengeran sampai depan jadinya aku dengar. Telingaku masih normal, Mbak!" sediki kubuat suaraku agak ngegas.

"Oh! jadi kamu sudah tahu tamu Ibu besok?" aku mengangguk saat Mas Rizwan bertanya.

"Ibumu mau menjodohkanmu sama Shilla karena Shilla orang kaya jadi bisa memberikan apa yang diinginkan Ibu dan Mbak Rina nanti," ucapku pada Mas Rizwan. Dia sepertinya mulai kebingungan mencerna ucapanku sehingga dengan tiba-tiba Ibu mertua mengambil alih penjelasan mengenai rencana besok.

"Hmm, gini Rizwan, baktimu masih sama Ibu jadi kamu harus nurut dong jika kamu Ibu jodohkan sama Shilla. Keluarga Shilla sekelas sama kita beda sama istrimu yang orang miskin. Tinggalnya saja dulu di panti asuhan," ucapan ibu mertua terdengar merendahkanku. Tak masalah saat ini aku direndahkan, suatu saat aku bisa membuatnya tak bisa lagi merendahkan aku.

"Dengan Shilla? Apa Ibu yakin Shilla bisa menerimaku?" Aku berharap dia menolaknya dan berubah memperbaiki hubungan rumah tanggaku dengannya. Semoga saja harapanku menjadi kenyataan.

"Lalu bagaimana dengan Laila?" Mas Rizwan bertanya keadaanku dan melihat ke arahku. Meski sakit namun aku tetap berusaha bersabar. Ternyata harapanku meleset sempurna, dia tidak memikirkan perasaanku sama sekali.

"Ya ceraikan saja, kalau tidak mau ya harus bersedia dimadu. Lagian mau hidup di mana kalau tidak dikontrakan kamu!" ibu mertua terlihat masih memandang rendah diriku dan beranggapan jika aku akan menempel pada Mas Rizwan.

"Terima sajalah Mas, perintah Ibumu loh. Nanti dikira anak durhaka lagi. Cuma ceraikan aku sekarang kalau kamu setuju dengan perjodohan ini," ucapku santai tanpa ingin menitikkan air mata sedikitpun. Kutahan semua rasa sakit ini demi harga diriku yang semakin diinjak-injak. Hanya harga diri yang sanggup aku lindungi.

"Laila saja setuju, Riz. Kamu bisa kabulkan keinginannya saat ini juga untuk menceraikannya," timpal Mbak Rina dengan sok anggun dengan mengibaskan rambutnya di depanku memberikan tanda kemenangannya di depanku.

"Biar kupikir besok, aku sakit dan ingin istirahat," Mas Rizwan berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Ya sudah Ibu tunggu keputusanmu besok!" ucap ibu mertua saat akan meninggalkan rumah kami tanpa berpamitan, akupun dianggap seperti patung yang tidak berguna.

"Dan kamu Laila! siap - siap aja kamu akan jadi janda," aku tak takut dengan ancaman menjadi janda sekalipun.

"Yuk, Rin! kita pulang, ibu males di sini gak ada apapun yang bisa dimakan," tukas ibu mertua. Mbak Rina dan ibu mertua akhirnya pulang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
dasar ipar dan mertua domplak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 8. Jangan butuh aku

    Pagi hari saat akan berangkat kerja, kulihat Mas Rizwan termenung di ruang tamu. Sepertinya dia memikirkan permintaan Ibu dan Kakaknya semalam. Semalam tidak ada percakapan apapun saat di kamar karena aku lebih memilih tidur lebih dulu. Aku tak mau terbebani dengan masalab perjodohan suamiku."Nih, Mas! Diminum jahenya dan aku berangkat kerja dulu," sebelum berangkat aku terlebih dahulu mencium takdzim punggung tangan Mas Rizwan. "Kamu tidak mau menemani aku di rumah Lai?" sepertinya Mas Rizwan mau aku tinggal di rumah dan menemaninya di saat sedang sakit. Ingin sekali aku menemaninya hanya saja akan menambah sakit hatiku karena hari ini adalah perjodohan suamiku."Kalau sakit ingat aku kalau banyak uang ingat sama saudara dan ibunya. Aku telpon ibu sama mbak Rina saja. Biar ada yang jaga kamu, Mas. Masa mau enaknya doang," ucapku dan segera menelpon mereka berdua supaya segera datang. Sebenarnya aku tidak tega namun aku juga harus bersikap tegas supaya Mas Rizwan bisa berfikir."Kamu

    Last Updated : 2023-02-14
  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 9. Kedatangan Shilla

    Pekerjaan hari ini sungguh melelahkan, namun aku tidak boleh mengeluh atas semua nikmat yang sudah diberikan kepadaku, Bekerja sama saja membuatku melupakan masalah rumah tangga sejenak apalagi diberikan circle pertemanan yang cukup baik. Saat pulang kerja, terlihat rumah begitu ramai dengan obrolan para wanita. Pastinya aku sudah bisa menebaknya, aku rasa acara perjodohan belum selesai. Mungkin memang sangat berbahagia karena perjodohan ini adalah perjodohan yang sangat dinantikan oleh pihak suamiku."Assalamu alaikum," salamku saat akan memasuki rumah kontrakanku."Waalaikum salam." jawaban dari mereka serempak termasuk sosok wanita yang pernah mencintai suamiku yaitu Shilla. Shilla, sosok yang diinginkan Ibu mertuaku untuk menjadi pendamping Rizwan karena status keluarganya termasuk orang berada. Wanita berkulit putih terawat serta wajah yang menunjukkan senyum manisnya membuat siapa saja akan jatuh cinta padanya. Namun siapa sangka jika gadis ini lebih mencintai suamiku dan mener

    Last Updated : 2023-02-15
  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 10. Hari Pertama

    Hari pertama di mulai hari ini, pagi ini aku berkutat di dapur memasak sarapan untukku dan Mas Rizwan. Anggap saja kita berdua mulai memperbaiki hubungan sampai emoat belas hari seperti yang diucapkan Mas Rizwan."Masak apa, Lai?" tanya Mas Rizwan usai mandi dan menuju ke dapur saat aku sedang memasak."Hanya masak ayam balado saja," ucapku singkat sambil mengaduk campuran ayam goreng dan bumbu balado. Ayam balado yang lama sekali tak kunikmati karena harganya tak mampu aku belim"Aku makan ya?" tanya Mas Rizwan sembari berkedip mata ke arahku. Sepertinya Mas Rizwan tergoda dengan aroma balado ayam buatanku."Ini memang menu sarapan kita, Mas. Lagian juga kamu tidak perlu minta ijin untuk sarapan." Kulihat ayam balado sudah matang dan aku segera menyajikannya ke meja makan. "Em, Lai. Ini ada uang lemburku satu juta lima ratus untuk belanja sampai empat belas hari dan tolong rahasiakan ini pada Ibu dan Mbak Rina," ucapan Mas Rizwan membuatku terperangah. Ada baiknya juga ternyata memb

    Last Updated : 2023-02-15
  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 11. Hari kedua

    Aku kecewa dengan sikapnya kemarin yang katanya ingin bersamaku sebelum perceraian, namun ternyata mulutnya hanya sekedar janji belaka."Kamu tidak masak, Lai?" tanya Mas Rizwan saat membuka tudung saji dan tidak ada isi di dalamnya."Makan di luar saja, Mas," jawabku datar tanpa memperhatikan Mas Rizwan dan aku menyibukkan sendiri menyemir sepatu kerjaku yang berwarna hitam."Bukannya kemarin aku sudah memberi uang belanja, Lai?" protes Mas Rizwan atas sikapku yang acuh padanya. Aku benar-benar sudah kecewa dengannya, rasa percaya menguap sempurna."Nih, Mas! kukembalikan uangmu. Lagian juga kamu sebentar lagi menikah dengan Shilla jadi kamu harus menjaga Shilla mulai dari sekarang.""Lai, kok kamu berubah?" "Yang berubah itu kamu, kamu yang menghianati perjanjian kita kan? Ya sudah nikmati saja." aku beranjak meninggalkannya namun tangannya mencekal tanganku. Sudah berselingkuh masih saja mengelak ternyata."Menghianati bagaimana, Lai?" aku memutar bola mataku dengan malas ke arahn

    Last Updated : 2023-02-15
  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 12. Sepatu

    Usai makan siang, Pak Doni mengemudikan mobilnya menuju ke galeri sepatu. Aku jadi grogi jika berdua bersamanya, entah karena lama tidak bertemu atau bagaimana, yang jelas aku tidak percaya diri sama sekali. Dulu berdua seperti tak membuatku gugup sama sekali. Malah aku bisa cerita banyak sekali padanya meski tanggapannya sangatlah kaku."Kamu kenapa, Lai?" dia memperhatikanku ternyata saat mengingat kenangan saat menjadi sekretaris pertamanya dulu."Oh, tidak apa-apa, Pak!" aku sedikit lega ketika mobil yang dikendarai Pak Doni sudah sampai di sebuah galeri sepatu yang cukup menguras kantong bagiku. Meski dulu gajiku besar namun aku hanya membeli sepatu yang harganya tiga ratus ribuan. Bagiku sayang sekali jika hanya menghambur-hamburkan uang untuk sepatu yang harganya jutaan. Aku dan Pak Doni kini masuk ke galeri sepatu, segera aku ke bagian sepatu khusus pantofel."Silahkan pilih sepatu yang kamu suka, anggap hari ini aku memberikan hadiah untuk sekretarisku yang berprestasi!" Sun

    Last Updated : 2023-02-16
  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 13. Hari ke 3, 4 dan 5

    Kulihat pagi ini Mas Rizwan membuka tudung saji, dia sepertinya lapar pagi ini. Bisa dilihat dari wajahnya yang lapar."Kamu beberapa hari ini enggak pernah masak untuk sarapan, Lai," ujar Mas Rizwan yang sudah tidak masak beberapa hari ini. Aku terpaksa melakukannya, percuma saja aku menuruti permintaannya namun dia tak pernah menghargaiku."Uangnya udah aku balikin ke kamu, Mas." aku sibuk merapikan rambutku yang akan kucepol ke atas karena membuatku lebih nyaman dan tidak gerah."Iya, tapi udah habis." Yang benar saja, baru beberapa hari, uang sebanyak itu sudah habis. Jika aku yang mengatur pasti cukup untuk sebulan, hanya saja aku sudah tak mau lagi. "Iya itu masalah kamu, Mas! Lagian kamu udah berhak menalakku sekarang juga.""Maksudmu apa, Lai?" sungguh, saat ini aku benar-benar ingin mencakar wajahnya."Kamu sudah mengingkari perjanjian kita, jadi kamu sudah boleh menalakku, Mas!""Tunggu sampai empat belas hari, Lai.""Empat belas hari untuk mengingkari janjimu, Mas? Untuk ap

    Last Updated : 2023-02-16
  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 14. Pov Doni

    Sejak Laila memutuskan kembali bergabung di perusahaanku, tentu saja hal ini membuatku semangat bekerja kembali. Tak ada hari terlewatkan untuk tetap masuk kerja. Laila adalah wanita yang tangguh. Adanya Laila di perusahaanku membuat perubahan yang gemilang. Sengaja kuhadiahkan sebuah apartemen mewah dengan fasilitas lengkap. Hanya saja sebelum kuberikan, ternyata Laila tiba-tiba mengundurkan diri. Akhirnya kubiarkan saja apartemen ini, berharap bisa memberikannya kepada Laila suatu hari nanti.Semenjak Laila mengundurkan diri, segera kucari pengganti Laila. Ternyata penampilan mereka tak sepadan dengan kecerdasan Laila. Penampilan Laila sangat sederhana tetapi memiliki otak yang cerdas.Mencari pengganti Laila, aku berharap akan membawa kesuskesan untuk perusahaanku. Tapi ternyata bukan itu yang kudapatkan dan tidak sesuai kenyataan. Berkali - kali aku berganti sekretaris dan semua tak sesuai dengan ekspektasiku. Beberapa tahun kemudian Laila datang kembali untuk melamar pekerjaan. H

    Last Updated : 2023-02-16
  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 15. Mengaku Tunangan

    Seperti biasa pukul delapan pagi aku sudah sampai di tempat kerjaku. Aku melihat sosok wanita berpakaian kurang bahan terkesan seksi berdiri di depan pintu ruangan Pak Doni. Wajahnya bahkan terlihat kurang bersahabat sama sekali dan terkesan sombong."Kamu tidak mengucapkan selamat pagi padaku?" terlihat sekali dia sangat angkuh, bahkan memintaku mengucapkan selamat lagi padanya. Padahal sama sekali aku tidak mengenalnya."Maaf, anda siapa? saya baru melihat hari ini," tanyaku membuat wanita itu terperanjat dan kedua matanya membulat sempurna ke arahku."Oh, pasti kamu pegawai baru, Kenalkan aku Alexandra tunangannya atasan kamu. Jadi jika bertemu aku kamu harus salam selayaknya aku atasan kamu?" ketus wanita itu. Baru saja tunangan, layaknya sudah menjadi bos besar di perusahaan Pak Doni. Ternyata Pak Doni sudah punya tunangan macam wanita sombong yang ada di depanku. "Baik, Nyonya." Segera menuju ke meja kerjaku dan menyiapkan berkas untuk hari ini."Jam berapa atasanmu datang ke ka

    Last Updated : 2023-02-17

Latest chapter

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 78. Kenyataan (Danu Dan Damar)

    Danu sengaja bergerak mendekat tanpa diketahui Damar. Tangan sudah terkepal kuat ingin sekali menghajar Damar saat ini juga. Lelaki yang sudah merusak rumah tangga serta menyebabkan istrinya meninggal dunia."Ah sayang, kamu baik deh!" suara seorang wanita sedang bermesraan dengan Damar. "Bagaimana kabar si Rina?" tiba-tiba pertanyaan dilontarkan oleh wanita tersebut. Danu diam dan mendengarkan percakapan mereka berdua yang akan membahas Rina."Dia sudah meninggal, sepadan dengan apa yang terjadi dengan ibuku. Ibuku meninggal karena dia," Danu mencoba menahan amarah setelah mendengar ucapan dari mulut Damar."Dia adalah anak dari seorang pelakor, wanita itu merebut ayahku dari ibuku. Bahkan ayah mencampakkan kami berdua. Aku masih ingat kejadian itu dengan jelas," Damar menerawang ke langit. Teringat kisah buruknya di masa kecil bersama Ibunya."Bisa kau jelaskan apa alasanmu sesungguhnya?" Damar terkejut ketika Danu sudah ada di depannya. Tatapan marah terlihat jelas dari kedua bola

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 77. Siapa Kamu?

    Pagi sekali, Shilla mempersiapkan menu sarapan khusus untuk suami. Shilla sengaja ikut makan menu yang sama dengan suaminya. Tak masalah bagi Shilla menemani Rizwan diet yang sama."Sedap sekali masakan istriku," Rizwan keluar dari kamar setelah mencium harumnya masakan Shilla. Akhir-akhir ini Rizwan tak pernah sekalipun melewatkan masakan Shilla. Baginya, makanan buatan Shilla selalu memanjakan perutnya."Iya dong, Shilla kan mulai suka sekali dengan memasak," tukas Shilla sembari sibuk mengaduk sayur yang ada di atas kompor."Mas mandi dulu, setelah itu kita sarapan bareng Mas," kata Shilla tanpa memoleh ke aras Rizwan. Rizwan hanya tersenyum melihat istrinya yang sibuk memasak tanpa menoleh padanya. "Mas, Shilla lagi masak nih! jangan peluk-peluk ah!" Shilla protes karena tiba-tiba Rizwan memeluknya dari belakang. Rizwan suka sekali mengganggu Shilla jika sedang memasak. Cintanya kepada Laila sudah berangsur hilang sejak Shilla selalu membuatnya nyaman di rumah."Habisnya, aku dic

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 76. Semangat Baru

    Shilla begitu senang setelah membaca pesan yang diterimanya. Shilla tak menyangka jika akan mendapatkan tawaran menarik seperti ini."Alhamdulillah," Shilla bersyukur sekali, rona bahagia terpancar dari wajah Shilla. "Aku harus memberi kabar ini pada Mas Rizwan, bagaimanapun harus mendapat persetujuan darinya," Shilla segera pulang ke rumah dan mencuci gamis barunya. Sudah menjadi kebiasaan Shilla jika membeli baju baru, maka dia akan mencuci dan menyetrika terlebih dahulu."Selesai," Shilla menjemur gamis barunya di depan kontrakan, tiba-tiba datang seorang wanita yang menyapanya."Mbak Shilla," Shilla begitu terkejut melihat wanita yang menyapa dirinya."Fila?" Senyum mengembang dari wajah Shilla karena bertemu dengan teman lamanya. Meski teman tetapi Fila sangat menghormati Shilla walaupun usianya terpaut satu tahun saja."MasyaAllah mbak, aku tadi sampek takut salah orang. Mbak Shilla berubah banget, semakin cantik dengan hijabnya," Fila memuji Shilla karena perubahannya yang me

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 75. Berubah

    Ada rasa iri dan menyesal di hati Rizwan ketika melihat kebahagiaan yang tengah di dapat oleh Laila."Aku tak boleh iri dengan kebahagiannya, aku yang telah membuatnya seperti ini." Rizwan berusaha menyemangati dirinya. Rizwan sadar jika dirinya tak berhak ikut campur atas segala hal yang menjadi kebahagiaan Laila."Mas, kapan kita adopsi seorang anak?" ucapan Shilla mengejutkan lamunan Rizwan."Tunggu Mas jika libur kerja bagaimana?" senyum Shilla mengembang ketika mendengar jawaban dari Rizwan."Shilla setuju, Mas. Shilla enggak sabar ingin segera punya momongan," Shilla terlihat begitu bahagia di samping Rizwan.Tanpa sadar air mata Rizwan jatuh juga, keinginannya memiliki momongan sejak menikah dengan Laila. Rizwan merasa gagal menjadi suami yang memiliki gangguan pada organ reproduksinya."Kenapa Mas Rizwan menangis? maafkan Shilla, jika Shilla terlalu memaksamu," Shilla kembali menunduk, tak ingin menyakiti perasaan suaminya."Maafkan suamimu ini, Shil. Suami yang tak bisa membe

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 74. Kebahagiaan Laila

    Usia kandungan Laila kini sudah memasuki trisemester ketiga dan itu tandanya sebentar lagi Laila akan menghadapi persalinan. Beberapa bulan ini Doni bahkan lebih protektif dengan semua kegiatan Laila."Mas, aku kok mengeluarkan darah dan lendir. Perutku mules juga," Laila terlihat merintih kesakitan bahkan keringat sudah membanjiri wajahnya."Don, siapkan mobil! Laila sepertinya akan melahirkan," Doni menyambar kunci mobil dan tas berisi perlengkapan bayi. Sedangkan Vera memapah Laila masuk ke dalam mobil."Sakit, Ma." Laila merintih karena merasakan sakit yang melilit. Tangannya bahkan mengepal kuat menahan rasa sakit."Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai," Doni menenangkan Laila karena sebentar lagi akan sampai di rumah sakit."Sabar, ya. Sebentar lagi sampai," Vera mengelus punggung Laila. Doni mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama, mobil Doni sudah berada di depan lorong UGD. Tampak beberapa perawat membawa brankar untuk membawa Laila masuk ke da

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 73. Akhir Hidup Rina

    Sudah tiga hari Rina tidak sadarkan diri, tiga hari pula Danu mendampingi Rina. Rizwan membesuk setiap pulang kerja untuk menggantikan Danu begitu juga dengan Shilla.Tak berapa lama kedua mata Rina mengerjab dan melihat Danu tepat berada di sampingnya. Rina sangat malu kepada Danu, meski sudah menyakitinya Danu tetap mendampingnya saat sakit. Air mata tumpah juga di depan Danu, dengan pelan Danu mengusap air mata Rina."Mas," Danu menunjukkan senyum kepada Rina."Cepatlah sembuh, kita akan pulang bersama," Danu mengusap bagian rambut Rina tak tidak ikut diperban. "Maaf," hanya kata maaf yang mampu Rina ucapkan kepada Danu. Dosa besar yang pernah dilakukannya di belakang Danu membuat Rina sangat malu dan tak pantas dimaafkan olehnya."Semua manusia pernah salah, cepat sembuh dan kita pulang!" Tak ada sahutan dari Rina hanya derai air mata sedari tadi yang lolos begitu saja."Mas.""Ada apa, Sayang." Danu merasa ada sesuatu yang akan dikatakan Rina. "Aku mencintaimu," Danu mengangguk

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 72. Kesetiaan Danu

    Danu dan Lisa sengaja meluangkan waktu untuk menemani Rina hari ini. Danu ingin Rina menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan kembali bersamanya. Digenggamnya kembali tangan Rina yang hangat.Rizwan terharu dengan ketulusan Danu, masih bersedia meluangkan waktu liburnya untuk Rina."Rizwan, pulanglah! Biar aku yang menemani Rina," Danu menghampiri Rizwan dan Shilla yang duduk di bawah pohon. Rizwan diam sejenak untuk mempertimbangkan permintaan Danu."Kau tenanglah, Rina masih istriku dan kau tak perlu mengkhawatirkannya," Rizwan dan Shilla akhirnya pulang lebih dulu atas perintah Danu. Bersyukur sekali Rizwan memiliki ipar yang begitu tulus mencintai kakaknya.Rizwan dan Shilla akhirnya undur diri, kekhawatiran dan kegelisahan karena keadaan Rina kini berangsur membaik. Tak ada percakapan serius selama perjalanan kembali ke rumah. Shilla larut dalam pikirannya begitu juga Rizwan.Dua jam berlalu, Rina mulai mengerjabkan kedua matanya. Danu dan Lisa tentu saja senang sekali saat R

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 71. Keadaan Rina

    Semakin hari keadaan Rina semakin kacau, bahkan setiap malam Rina akan berteriak histeris memanggil Damar dan Ibunya, bahkan kepala dibenturkan di dinding. Tak jarang kalimat umpatan kepada ibunya sendiri pun terlontar begitu saja.Perawat sengaja tak membiarkan Rina keluar ruangan karena kondisi Rina belum stabil. Diajak bicarapun hanya diam kadang menyanyi lagu nina bobo yang selalu dinyanyikan Rina. Pagi ini Rizwan dan Shilla membesuk Rina, beberapa hari Rizwan tak sempat membesuknya karena ada beberapa masalah yang harus diselesaikan. Hari libur ini Rizwan memanfaatkan untuk menjaga Rina di rumah sakit jiwa."Mbak," sama sekali tak ada tanggapan dari Rina ketika Rizwan mencoba memanggilnya. "Mbak, bagaimana kabarmu?" Keadaan Rina semakin memprihatinkan, bahkan menoleh kepada adiknya pun tidak. Hanya tatapan kosong sambil menyanyi lagu nina bobo yang mampu Rina ucapkan. Shilla bahkan tak tega melihat keadaan Rina semakin memburuk."Mbak, kita belanja yuk!" Rizwan membujuk Rina su

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 70. Istri gendutku

    Malam ini Doni teringat tatapan Rizwan siang tadi begitu lekat kepada Laila. Hati Doni begitu rapuh saat Laila kembali dekat dengan Rizwan. Tatapan Rizwan tergambar jelas jika dirinya rindu sosok Laila. Mantan istri yang pernah diabaikan oleh Rizwan.Doni sama sekali tak bisa tidur, perlahan beranjak dari ranjang dan duduk di balkon sendiri. Doni sudah membayangkan jika suatu saat Laila akan kembali kepada Rizwan. Mendapatkan Laila saja cukup sulit baginya, apalagi jika Laila tiba-tiba meninggalkannya."Aku tak mau mereka bersatu kembali, aku harus menjauhkan Laila dari Rizwan," gumam Doni. Begitu cintanya kepada Laila hingga tak akan membiarkan siapapun menyentuh atau menginginkan Laila."Tanpa Laila sama saja aku hidup tanpa nyawa," Doni menyugar rambutnya, teringat tatapan Rizwan saja sudah membuatnya frustasi. Seorang bos hampir gila karena pesona sang istri berhasil memikat mantan suaminya.Sekembalinya ke kamar, Doni membaringkan tubuhnya di samping Laila yang sudah tidur dengan

DMCA.com Protection Status