Kulihat pagi ini Mas Rizwan membuka tudung saji, dia sepertinya lapar pagi ini. Bisa dilihat dari wajahnya yang lapar."Kamu beberapa hari ini enggak pernah masak untuk sarapan, Lai," ujar Mas Rizwan yang sudah tidak masak beberapa hari ini. Aku terpaksa melakukannya, percuma saja aku menuruti permintaannya namun dia tak pernah menghargaiku."Uangnya udah aku balikin ke kamu, Mas." aku sibuk merapikan rambutku yang akan kucepol ke atas karena membuatku lebih nyaman dan tidak gerah."Iya, tapi udah habis." Yang benar saja, baru beberapa hari, uang sebanyak itu sudah habis. Jika aku yang mengatur pasti cukup untuk sebulan, hanya saja aku sudah tak mau lagi. "Iya itu masalah kamu, Mas! Lagian kamu udah berhak menalakku sekarang juga.""Maksudmu apa, Lai?" sungguh, saat ini aku benar-benar ingin mencakar wajahnya."Kamu sudah mengingkari perjanjian kita, jadi kamu sudah boleh menalakku, Mas!""Tunggu sampai empat belas hari, Lai.""Empat belas hari untuk mengingkari janjimu, Mas? Untuk ap
Sejak Laila memutuskan kembali bergabung di perusahaanku, tentu saja hal ini membuatku semangat bekerja kembali. Tak ada hari terlewatkan untuk tetap masuk kerja. Laila adalah wanita yang tangguh. Adanya Laila di perusahaanku membuat perubahan yang gemilang. Sengaja kuhadiahkan sebuah apartemen mewah dengan fasilitas lengkap. Hanya saja sebelum kuberikan, ternyata Laila tiba-tiba mengundurkan diri. Akhirnya kubiarkan saja apartemen ini, berharap bisa memberikannya kepada Laila suatu hari nanti.Semenjak Laila mengundurkan diri, segera kucari pengganti Laila. Ternyata penampilan mereka tak sepadan dengan kecerdasan Laila. Penampilan Laila sangat sederhana tetapi memiliki otak yang cerdas.Mencari pengganti Laila, aku berharap akan membawa kesuskesan untuk perusahaanku. Tapi ternyata bukan itu yang kudapatkan dan tidak sesuai kenyataan. Berkali - kali aku berganti sekretaris dan semua tak sesuai dengan ekspektasiku. Beberapa tahun kemudian Laila datang kembali untuk melamar pekerjaan. H
Seperti biasa pukul delapan pagi aku sudah sampai di tempat kerjaku. Aku melihat sosok wanita berpakaian kurang bahan terkesan seksi berdiri di depan pintu ruangan Pak Doni. Wajahnya bahkan terlihat kurang bersahabat sama sekali dan terkesan sombong."Kamu tidak mengucapkan selamat pagi padaku?" terlihat sekali dia sangat angkuh, bahkan memintaku mengucapkan selamat lagi padanya. Padahal sama sekali aku tidak mengenalnya."Maaf, anda siapa? saya baru melihat hari ini," tanyaku membuat wanita itu terperanjat dan kedua matanya membulat sempurna ke arahku."Oh, pasti kamu pegawai baru, Kenalkan aku Alexandra tunangannya atasan kamu. Jadi jika bertemu aku kamu harus salam selayaknya aku atasan kamu?" ketus wanita itu. Baru saja tunangan, layaknya sudah menjadi bos besar di perusahaan Pak Doni. Ternyata Pak Doni sudah punya tunangan macam wanita sombong yang ada di depanku. "Baik, Nyonya." Segera menuju ke meja kerjaku dan menyiapkan berkas untuk hari ini."Jam berapa atasanmu datang ke ka
Alexandra gemas sekali dengan sikap Doni padanya. Terpaksa Alexsandra menuju ke kediaman Doni untuk mengadukan sikap Doni kepada Ibunya. Alexsandra meneteskan air di kedua matanya supaya terlihat sedang bersedih."Tante, Alexandra dicuekin sama Doni," rengek Alexandra kepada Vera, Ibu dari Doni. "Kok bisa?" tanya Vera keheranan, Vera pura-pura terkejut atas aduan Alexsandra kepadanya."Sandra juga tidak tau. Padahal sandra udah berusaha maksimal," rengek Alexandra layaknya anak kecil."Kamu tenang dulu, nanti tante yang bicara dengan Doni. Kamu tenang aja ya." Vera masih membujuk Sandra supaya tetap tenang dan tidak merengek."Baik, Tante," Alexandrapun mengangguk setelah ditenangkan Vera. Namun Sandra diam-diam tersenyum licik setelah mengadukan sikap Doni padanya.Drrtttt ddrttttSuara panggilan di ponsel Alexandra, secepat mungkin Alexandra menjauh dari Vera. Vera curiga ada sesuatu yang disembunyikan Alexandra."Sandra angkat telepon dulu, Tante," ucap Alexandra dan keluar menjauh
"Kalian dari mana? Waktunya bekerja malah keluyuran. Mana belanja tas mahal lagi, kalian itu tidak pantas pakai tas mahal. Tau!" ucap seseorang dengan tatapan tajam kepada mereka berempat. Keempat wanita itu hanya diam dan menunduk ketika Alexandra berdiri menyambut kedatangan mereka dengan angkuhnya. Tak ada yang tahu dengan yang diinginkan Alexandra sebenarnya."Nyonya Alexandra!" Rini terkejut keberadaan wanita sombong di depannya. Sandra tidak tahu jika Vera yang mengajak mereka semua pergi jalan-jalan."Jangan buat keributan di sini, Sandra, Mamaku yang mengajak mereka keluar!" Alexandra terkejut mendengar ucapan Doni yang membela mereka. Sandra tentu saja kesal karena tidak ada yang membelanya sama sekali. Sandra bahkan terkejut dengan pengakuan Doni bahwa yang mengajak mereka adalah Vera, Ibunya Doni."Tapi kan--." suara Sandra mulai melunak ketika Doni berbicara tegas kepadanya."Pulanglah! jangan buat keributan di sini!" perintah Doni kepada Alexandra. Alexandra akhirnya ke
Ting nungSuara bel dari pintu Appartmen Laila. Gegas Laila membuka dan terkejut Doni datang ke apartemennya sore ini."Pak Doni, ada yang perlu saya bantu, sampai malam begini datang ke apartemen saya?" Laila terkejut ketika mendapati bosnya bertamu di sore hari tanpa memberitahu terlebih dahulu."Oh, tidak ada apa-apa. Itu cream apa di wajah kamu?" Doni menunjuk olesan cream di wajahku yang belum di ratakan. Laila meraba wajahnya dan benar saja, Cream yang dioleskan belum diratakan. Hal ini tentu saja membuat malu dirinya sendiri di depan bosnya."Oh, maaf, Pak. Saya sedang perawatan sendiri, hanya perawatan kulit wajah," ucap Laila menahan malu dan Doni tertawa melihatnya kikuk. Laila mempersilahkan Doni masuk ke apartemennya, sedangkan Laipa dengan cepat meratakan cream di wajahnya."Kenapa, Pak Doni tertawa?" Laila tahu jika Doni sedang menertawakannya."Oh, tidak apa-apa. Kamu sudah makan?" tanya Doni kepada Laila."Sudah, Pak. Pak Doni sendiri apa sudah makan?""Belum, Lai. Bis
Sengaja malam ini aku menginap di Apartemenku, sengaja modus ke Laila. Menikmati mie instan itu sangat membuatku bahagia. Aku tak pernah makan mie lagi setelah Laila mengundurkan diri.Saat menikmati malam di balkon, tanpa sengaja diriku mematung saat melihat Laila juga berada di balkon. Hanya saja dia tak melihatku. Kesempatanku saat dia tak melihatku, segera kurogoh saku celanaku untuk mengambil ponselku. Ya, aku mengambil foto Laila saat berada di balkon. Wajah cantik alami tanpa polesan make up membuatku takjub. Andai saja dia tahu perasaanku. Aku siap menolak perjodohanku dengan Alexandra. Gadis sombong tak beretika, berbeda dengan Laila. Wanita cantik yang sederhana dan cerdas. 'MasyaAllah... bidadari pujaanku'Selain cantik, Laila juga mandiri dan tegar. Membuatku sangat menyukainya. Hanya saja aku tak yakin dengan restu Mamaku. Mama terus saja mengingatkanku untuk dekat dengan Alexandra. Ingin sekali aku mengatakan jika aku hanya mencintai Laila. Namun aku takut jika Laila m
(Pov laila)Seperti biasa kumulai dengan persiapan untuk berangkat kerja. 'Oh ya aku ingat, aku akan menghubungi Mas Rizwan untuk mengurus perceraian, atau aku akan meminta ijin absen hari ini. Segera kuhubungi Pak Doni untuk absen satu hari mengurus perceraianku dengan Mas Rizwan. Semoga dia memaklumi keinginanku.Tut tutKuhubungi ponsel Pak Doni, baru menghubunginya saja sudah begini perasaanku. Aku ketar ketir jika dia menolak ijinku hari ini."Assalamu alaikum, Pak.""Waalaikum salam, ada apa Lai.""Pak, saya mau ijin hari ini. Saya mau ke rumah mantan suami saya untuk meminta segera mengurus perceraian saya.""Perlu didampingi, Lai? saya siap mendampingimu." Selalu mencari kesempatan padaku. Semalam saja sudah membuatku tak bisa tidur, apalagi jika hari ini aku jalan berdua dengannya. Bisa jadi gosip satu erte."Saya rasa itu tidak perlu, Pak. Biar saya sendiri yang menyelesaikannya.""Baiklah, hati - hati.""Terimakasih, Pak."Baiklah hari ini aku akan menuju rumah mantan suam