Home / Romansa / Aku Lelah Denganmu, Mas! / Bab 5. Sikap Bos Besar

Share

Bab 5. Sikap Bos Besar

Lega sekali melihat Pak Doni kembali masuk ke ruangannya. Ketika dia datang suasana seakan mencekam lebih tepatnya tatapannya sangat kaku sekali. Lelaki bijak dan kaku namun bisa merintis perusahannya yang dulunya kecil dan kini berubah menjadi perusahaan besar.

'Berat amat pekerjaanku. Tak apalah aku menikmatinya. Kangen juga dengan bekerja seprti dulu'

Pekerjaan sudah selesai dan aku segera ke ruangan Pak Doni. Baru sampai di depan pintu, degub jantung mulai.berdetak tak beraturan, tapi kucoba kembali menenangkan diriku sendiri dan berharal semoga hasilnya memuaskan. Aku takut jika berakhir membuatnya kecewa karena hasil pekerjaanku.

Tok tok tok

"Masuk!" suaranya saja sudah terdengar begitu dingin.

Aku membuka pintu ruangannya, dan terlihat Pak Doni serius dengan laptopnya sepertinya banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, bisa dilihat beberapa berkas menumpuk di meja kerjanya.

"Kamu kenapa, kembali bekerja?" tanya Pak Doni dingin.

'Tanya kok seperti orang yang mau menginterogasi tersangka' batinku. Hanya bisa membatin saja tanpa berani berucap, bisa-bisa aku dipecat jika bertanya macam-macam padanya.

"Saya ingin punya penghasilan sendiri," jawabku jujur tanpa ada rasa ingin menutup-nutupinya.

"Oh," ucap Pak Doni ber Oh ria kemudian melanjutkan pekerjaannya tanpa melihatku.

"Kalau memang ingin punya penghasilan sendiri kenapa dulu mengundurkan diri?" tanya Pak Doni tanpa melihatku dan sibuk mengulas beberapa berkas yang ada di meja kerjanya.

"Mm, maksud saya bukan seperti itu, Pak," ucapku terbata. Tak bisa menjawab alasanku dulu saat mengundurkan diri karena akan menikah dengan Mas Rizwan.

"Proposalnya sudah selesai, Pak. Pak Doni bisa tanda tangan di sini." segera kusodorkan Proposal yang telah kukerjakan sembari mengalihkan pertanyaan yang dia lontarkan padaku. Jujur saja, aku gugup jika harus berdua seperti ini.

"Saya keluar sebentar, apa kamu ingin makan sesuatu?" tanya Pak Doni datar dan tanpa ekspresi usai menandatangi berkas yang kuberikan padanya.

'benar - benar terbuat dari batu nih orang' batinku.

"Oh! tidak perlu, Pak. Saya ucapkan terimakasih sebelumnya namun saya hanya meminta maaf, biar nanti saya makan siang setelah proposal yang kedua selesai," jawabku menolak secara halus namun sikap dingin masih terlihat yang ditampakkan Pak Doni padaku.

Tanpa bicara apapun lagi Pak Doni keluar entah kemana, mungkin saja sekedar minum kopi di kantin atau makan siang. Setelah tiga jam aku berkutat dengan proposal dan file yang kedua, untuk presentasi meeting yang cukup membuatku menguras tenaga dan pikiran. Namun akhirnya selesai juga, bahkan jam makan siangpun terlewatkan. Tak lama dia kembali ke ruang kerjanya tanpa memperhatikanku yang rela tidak beristirahat dan melewatkan makan siang.

Ceklek

"Segera makan, kamu belum istirahat!" ucap Doni dengan meletakkan makan siang di meja kerjaku.

"Terimakasih, Pak," ucapku setelah menerima sebuah nasi kotak dari Pak Doni.

"Meeting saya tunda besok, setelah ini kamu siapkan untuk presentasi besok." Perintah Pak Doni padaku. Masih ada beberapa antrian pekerjaan yang harus kukerjakan setelah makan siang.

"Baik, Pak," ucapku menurut saja. Karena apa yang dikatakan Pak Doni tak bisa dibantah. Padahal aku sudah menyelesaikan file untuk presentasi setelah mengerjakan semua proposal yang dia minta. Aku sudah paham, jika proposal udah selesai, pasti aku akan diminta untuk membuat file untuk presentasi.

Mungkin dari sikap Pak Doni membuat banyak sekretaris tak ada yang betah. Melihat sikap Pak Doni, membuatku tersenyum sendiri. Ternyata masih ada aja mahluk kaku dan dingin macam Pak Doni.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Pak Doni dengan wajah tanpa ekspresi. Aku malu sudah membayangkan yang tidak-tidak pada Pak Doni.

"Ma, maaf Pak, Proposal yang kedua sudah selesai Pak, silahkan diperiksa dan tanda tangan di sini, Pak," ucapku kikuk setelah kepergok senyum sendiri.

"Segera makan siang dan setelah itu buatkan saya bahan untuk presentasi untuk besok," ucap Pak Doni.

"Baik, Pak!" jawabku. Segera kukeluar dari ruangan Pak Doni dan kembali ke meja kerjaku.

"Kayaknya cintanya Pak Doni kembali lagi, nih." celetuk Rini diiringi senyuman jahil padaku.

"Apaan sih Rin, orang kayak robot gitu siapa juga yang mau," pungkasku sembari mengalihkan pembicaraan mengenai Pak Doni.

"Ya siapa tau, semenjak ada kamu ada perubahan dari Pak Doni, padahal baru sehari saja loh. Eh tau gak, semenjak kamu mengundurkan diri kita sering kena semprot sama Pak Doni hanya karena masalah kecil dan sekarang semenjak ada kamu, Pak Doni sepertinya tidak akan pernah marah," ucap Rini diiringi Rosi yang tersenyum padaku.

"Iya tuh, kayaknya karena kamu," ucap Dina.

"Hust! aku sudah bersuami," pungkasku. Jangan sampai gosip kami terdengar sampai di ruangan Pak Doni.

"Kalau suami kayak gitu mah lempar aja ke laut," seloroh Rini membuat ruang kerja semakin ramai.

Ceklek

Suara candaan di ruangan mendadak berhenti tiba-tiba ketika terdengar suara pintu dibuka oleh pemiliknya.

"Laila, nanti tolong kamu lembur," ucap Pak Doni. Cukup aneh bukan, melihat bos besar rela membuka pintu berkali-kali demi menyampaikan tugas padaku.

"Nanti, Pak? tapi--,"Ucapku belum selesai namun dia sepertinya akan memotong ucapanku.

"Karena semua bahan proposal yang lain ada di rumah tolong nanti lemburnya di rumah saya," ucap Pak Doni kemudian masuk ke ruangannya lagi. Tak bisa kubayangkan jika malam ini aku harus lembur di rumah Pak Doni. Aku pastinya akan sangat malu dan tidak percaya diri.

"Bakalan ketemu calon mertua nih," seloroh Dina.

"Apaan sih, aku hanya bekerja itu saja," ucapku membuat mereka saling mengedipkan mata.

"Iya, iya. Aku doakan semoga kamu segera cerai dengan Rizwan," ucap Rini.

"Hust! tidak boleh gitu tau!" kutegur si Rini. memang kalau bicara dia banyak benarnya. firasatnya selalu tepat.

"Hanya mendoakan yang terbaik aja buat kamu," ucap Dina.

Drtt drtt

Ponselku berbunyi pertanda ada panggilan masuk dan ternyata dia adalah Mas Rizwan.

"Halo Laila sepulang kerja segera pulang, jangan keluyuran," ucap Mas Rizwan di seberang sana

"Aku lembur, Mas. Kalau tidak lembur aku bisa dipecat," ucapku ketus dan segera ku putus panggilan darinya.

Ceklek

Selalu saja jantung berdegub kencang jika pintu dibuka pemiliknya. Lama-lama bikin aku senam jantung di sini.

"Lemburnya besok saja sepulang kerja kamu boleh pulang," ucap Pak Doni tiba - tiba.

"Baik Pak," ucapku pasrah meski aku sangat bahagia karena lemburnya batal.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, gegas kurapikan meja kerjaku dan segera menuju ke fingerprint untuk absen pulang kerja.

"Ini bonus untukmu hari ini," ucap Pak Doni tiba - tiba sudah berada di sebelahku sambil menyerahkan amplop putih.

"Pak Doni, maaf Pak bukannya tanggal gajian masih lama?" tanyaku keheranan.

"Ya tapi ini bonus khusus untukmu karena pekerjaan hari ini kamu sudah handle semua bahkan proposal tadi juga sudah disetujui," ucap Pak Doni.

"Terimakasih banyak, Pak," ucapku senang saat menerima pemberian Pak Doni. Lega rasanya aku punya sedikit uang pegangan sampai gajian tiba.

Segera ku menuju ke sebuah warung makan untuk membeli makan malam untukku. Setengah jam perjalanan akhirnya sampai juga di rumah. Terlihat di rumah lagi ada banyak orang, dua pasang sandal berbaris di depan pintu.

"Tuh! menantu Ibu membuatku dimarahi Mas Danu gara - gara uang dua ratus ribu," ucap Mbak Rina yang mengadu kepada ibu mertua.

"Emang wanita kurang ajar sukanya ngadu!" timpal ibu mertua dengan menunjukkan raut wajah tak suka padaku.

"Semakin kurang ajar dia, Bu," ucap Mbak Rina lagi seperti menyulut emosi Ibu mertua.

"Apa kita jodohkan saja Rizwan dengan Shilla tapi untuk kondisi Rizwan yang mandul jangan sampai terdengar ke Shilla. Shilla itu cinta mati sama Rizwan, pasti mau menerima Rizwan apalagi Shilla juga kaya. Lumayan bisa ikut nebeng kemewahan Shilla," ucap Ibu mertua memberi ide buruk untuk Mas Rizwan. Shilla adalah sosok wanita yang diimpikan oleh keluarga Mas Rizwan karena statusnya anak orang kaya.

'geleng - geleng aku, semakin tua bukannya bertobat malah menjadi - jadi'

Bagaimana kisah selanjutnya?

Saksikan part selanjutnya

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
mertua gila
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status