Putri Liliani berkata, "Ayah mertuaku bertanggung jawab atas badan pengawas. Dia adalah kepala pejabat badan pengawas. Beberapa waktu lalu aku kembali ke rumah untuk makan dan mendengarnya membicarakan tentang perlunya mengoreksi gaya pejabat dan mendapatkan kembali disiplin mendiang kaisar pertama, memastikan para pejabat bersih dan jujur. Dalam beberapa hari ini, dia dan badan pengawas sedang mendiskusikan masalah ini. Tuan Feri itu berada dalam masalah."Intan mendengarnya dan berkata sambil tersenyum, "Bukankah itu kebetulan? Tapi kita bisa menunggu satu atau dua hari lagi. Hari ini si pelacur itu dipukul, takutnya entah seberapa sakit hati si Tuan Feri. Aku pernah bertemu dengannya sekali, dia tidak begitu suka padaku. Kalau datang untuk meminta pertanggungjawaban, entah apakah pemukulan terhadap nyonya dianggap sebagai kejahatan?"Putri Liliani berkata, "Kudengar Tuan Feri membanggakan diri sebagai reinkarnasi dari kekuatan gaib dan bakat luar biasa. Dia adalah putra pilihan kais
Setelah pulang, Intan menanyai Ranto. Ranto malah bertanya, "Berapa?"Intan tahu hal itu tidak mudah. Gurunya hanya mungkin setuju jika dia menawarkan bayaran tinggi.Intan menjawab, "Sampai anak itu dilahirkan dan genap satu bulan, hanya beberapa bulan saja. Kalau dua orang, aku akan beri seribu tahil. Bagaimana menurutmu?"Ranto menggaruk kepala. "Tidak bagaimana, tapi aku harus segera menulis surat. Di Kediaman Aldiso, ada orang yang khusus yang mengirim surat, 'kan? Kirim surat ke guruku segera, secepatnya, sekarang juga."Intan tersenyum. "Tolong kamu tulis suratnya segera, secepatnya, sekarang juga."Seribu tahil sungguh banyak.Guru Ranto tidak mengizinkan murid-murid meninggalkan sekte. Pengawal wanita yang melindungi nyonya bangsawan paling-paling hanya mendapat dua tahil perak sebulan, tetapi bisa dianiaya.Berbeda dengan melindungi Putri Arnesa. Mereka tidak akan dianiaya. Tugas mereka satu-satunya adalah melindungi Putri Arnesa dari bahaya, serta memantau obat pelindung jan
Ranto menegaskan, "Ke depannya, panggil namaku di Kediaman Aldiso. Namaku Ranto Mirion, bukan Ranti."Marsila mengangkat bahu. "Kamu memang sudah dikenal dengan nama Ranto, tidak perlu kamu tegaskan lagi. Tapi, nama Ranti akan selamanya membekas di hati kami."Intan meminta pelayan membawa kedua senior pergi mandi, lalu pergi membeli pakaian jadi. Mereka akan pergi ke Kediaman Rinar besok pagi.Ahmar meminta Marsila membawakan resep obat pada Nyonya Falensia. Mereka pun harus melewati Kediaman Jenderal.Saat melewati Kediaman Jenderal, Marsila menyibak tirai dan melihat ke luar jendela. Tidak ada kejanggalan, maka Marsila cuek saja.Setelah menyerahkan resep obat pada pengurus Kediaman Bangsawan Winata, mereka langsung pergi ke Kediaman Rinar tanpa membuang waktu.Di dalam kereta kuda, Intan memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan setelah sampai di Kediaman Rinar kepada Kak Aba dan Kak Cadas."Kalian tidak boleh menggunakan kekerasan secara inisiatif, tapi jangan sampai selir ya
Intan teringat akan omongan Marsila bahwa Amanda ingin membandingkan harta bawaan dengan Intan. Pertemuan mereka yang sebelumnya juga kurang menggembirakan. Jadi, Intan hanya mengangguk. "Nyonya Amanda.""Nyonya Intan santai sekali, pagi-pagi sudah datang untuk menonton aib di Kediaman Jenderal?" ujar Amanda dengan nada ketus dan ekspresi masam. "Nyonya Intan lupa jalan pulang atau kira rumahmu masih di Kediaman Jenderal?"Marsila hendak turun, tetapi ditahan oleh Intan. Lalu, Intan memasang senyuman cuek saat menatap Amanda dan menjawab, "Terkadang, kita perlu mengenang masa lalu kita. Sekalian lihat apakah orang-orang jahanam di Kediaman Jenderal hidup dengan baik."Wajah Amanda menjadi lebih masam. "Siapa yang kamu bilang orang-orang jahanam? Nyonya Intan ingin melihat aib Kediaman Jenderal? Ayo turun dan lihat sendiri, cium sendiri. Kalau suka, Nyonya juga bisa sentuh pakai tangan."Intan menjawab sembari tersenyum, "Aku sudah bukan anggota dari Kediaman Jenderal. Tempat penuh koto
Intan menghela napas lega. Saat Cadas mengatakan ingin menghajar Amanda, Intan benar-benar khawatir Cadas akan langsung menggunakan kekerasan ketika dirundung di Kediaman Rinar.Mereka pasti tahu batas.Intan sungguh tidak bisa memahami Amanda.Tidak ada dendam di antara mereka, tetapi mengapa Amanda begitu membencinya?Namun, setelah dipikir-pikir, Intan akhirnya paham. Nyonya Besar Diana sepertinya sering menjelek-jelekkan dia di depan Amanda.Kelihatannya Nyonya Besar Diana sangat benci karena dia menikah dengan Raja Aldiso.Bagaimanapun, Amanda pernah menjadi menantu Keluarga Salim. Vincent adalah orang yang lugas dan berpandangan jauh. Mengapa Amanda tidak bisa meneladaninya?Sesampainya di Kediaman Rinar, Nyonya Silvia bergegas menuntun mereka ke aula paviliun.Nyonya Silvia agak gugup karena Feri telah membuat onar di Kediaman Aldiso beberapa hari lalu. Nyonya Silvia khawatir orang dari Kediaman Aldiso akan datang untuk menuntut pertanggungjawaban.Alhasil, setelah beberapa hari
Melihat mata Arnesa yang bengkak dan merah, yang berusaha ditutupi dengan kipas, Intan mengembuskan napas. "Jadi kamu tahu aku datang, tapi tidak mau ketemu aku?"Arnesa menjawab dengan suara parau, "Kak Intan, aku tidak layak keluar dengan mata begini."Intan melirik Arnesa. "Ya, bengkak sekali.""Kak Intan ...." Suara Arnesa menjadi lebih parau. "Karena masalah hari itu, Feri datang setiap hari untuk memarahiku. Kenapa dia setega itu?"Intan mengernyit. "Dia memarahimu, memangnya kamu tidak bisa memarahinya?""Aku ...." Arnesa meneteskan air mata lagi. "Aku tidak tahu bagaimana caranya."Intan benar-benar tidak berdaya. Lalu, Intan menoleh pada Kak Cadas dan bertanya, "Apa Kak Cadas pandai memarahi orang?""Oh, aku pandai sekali," jawab Kak Cadas."Baiklah. Kalau Tuan Feri datang dan memarahi Putri Arnesa, kamu marahi dia. Ingat, kalau dia maki, kamu maki. Kalau dia main tangan, kamu main tangan.""Bagus," seru Kak Cadas."Kak Intan, siapa mereka?" tanya Arnesa dengan heran setelah b
Linda memicingkan mata dan sekujur tubuhnya membeku. Timbul kebengisan di matanya.Namun, Linda kembali berlagak acuh tak acuh. "Memangnya kenapa? Terserah kalau dia mau menonton."Amanda tidak bisa berkata-kata. "Kamu .... Linda, kumohon. Bisakah kamu pergi ke Kediaman Bangsawan Bonardi lagi untuk minta maaf? Perbuatanmu berpengaruh pada Keluarga Wijaya dan masa depan karier suamiku.""Suami? Mesra sekali." Linda tersenyum dingin."Apa salahnya aku panggil begitu? Dia suamiku, 'kan?"Linda menyeletuk, "Ya, dia suamimu. Jadi, kamu bisa berjuang untuk masa depannya. Kalau mau minta maaf, kamu saja. Kalau mau uang, kamu berikan saja.""Macam apa sikapmu ini?"Linda mengayun pedang. "Pergi dari sini dan jangan ganggu aku."Sekujur tubuh Amanda gemetar karena marah. Amanda benar-benar tidak paham. Mereka sama-sama adalah bagian dari Keluarga Wijaya, dan dia adalah istri utama. Mengapa Linda berani bersikap lancang padanya?Amanda berkata di depan Intan bahwa dia bersedia menalangi pengelua
Di rapat pagi keesokannya, Raka bersama wakil kepala badan pengawas dan beberapa tetua di badan pengawas menyerahkan laporan kepada Kaisar.Mereka melaporkan bahwa Feri mengangkat wanita dari rumah bordil menjadi selir ketika istri utamanya sedang hamil, mengutamakan selir di atas istri, serta merundung Putri Arnesa.Kemudian, mereka melaporkan bahwa Keluarga Wijaya tidak menghormati Nyonya Besar Vivian, selaku Nyonya Besar Keluarga Bonardi. Hal itu menimbulkan amarah rakyat sehingga mereka melempar tinja untuk melampiaskan kemarahan. Sang pelaku diseret ke dalam oleh Keluarga Wijaya, serta dipatahkan tangan dan kakinya. Orang itu melaporkan kasus ke prefektur ibu kota dan mengakui telah melemparkan tinja, tetapi juga meminta kompensasi.Rudi tidak dapat memasuki aula pemerintahan. Selama rapat, Rudi hanya bisa berdiri di luar bersama pejabat tingkat rendah.Oleh karena itu, Rudi seharusnya tidak bisa mendengar pembicaraan di dalam. Akan tetapi, suara para anggota badan pengawas terlal