Share

Bab 342

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-27 18:00:01
Dayang Ita melihatnya. 'Sudahlah, biarkan saja.'

Mereka semua segera turun dan membiarkan mereka berduaan. Entah dipukuli atau dimarahi, itu terserah mereka.

Nona melampiaskan amarahnya. Jika ada yang mencoba membujuknya, mungkin amarah Nona akan semakin memuncak. Nona tidak melampiaskan amarahnya pada Raja Aldiso, melainkan pada gurunya.

Jadi membiarkan mereka berduaan dulu, Nona Intan baru akan kasihan pada Raja Aldiso.

Setelah menyeka wajah, membersihkan tangan dan berkumur dengan teh panas di atas meja, Alfred merasa jauh lebih sadar.

Alfred sadar, tetapi juga menyadari bahwa Intan sedang marah.

Alfred tahu itu tidak ditujukan padanya, hanya saja ketika Intan marah, wajah cantiknya begitu terlihat dingin.

Lilin menerangi segala sesuatu di kamar pengantin itu, hiasan di dalamnya hingga membuat Alfred merasa nyaman.

Alfred terbatuk sedikit dan bertanya, "Sebagian besar hiasan ini aku buat sendiri. Bagus atau tidak?"

Intan menyendok sup untuknya, mengangkat kepalanya dan melihat sekel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 343

    Alfred mengeluarkan saputangan, menyeka air mata yang mengalir dari sudut matanya dan berkata dengan lembut, "Aku sama sekali tidak bodoh. Apa gunanya kekuatan militer? Bagaimana kekuatan militer bisa dibandingkan denganmu? Tidak ada perang di negara ini sekarang. Kepemilikan kekuatan militer hanya akan membuat orang iri. Jika itu menimbulkan masalah, kalaupun Kasiar tidak memaksa aku, aku akan menyerahkan kekuatan militerku."Alfred bahkan tersenyum bangga. "Jika tidak memaksaku seperti ini, aku masih khawatir tentang bagaimana aku akan memintamu untuk menikah denganku. Sekarang setelah aku mendapat informasi dari mulut ke mulut, aku yakin kamu akan memilihku. Ya, Kaisar membantuku."Intan memelototinya dan berkata, "Apa kamu bahagia? Sungguh, kamu memang bodoh."Amarah si cantik langsung masuk ke lubuk hati Alfred yang lembut.Alfred berkata, "Tidak masalah, aku mendapatkan apa yang aku inginkan."Intan menunduk, tapi hatinya terasa senang. Intan juga mendapatkan apa yang dirinya mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 344

    Baju tidur Alfred sudah lama diletakkan di kamar mandi. Baju tidurnya juga berwarna merah, bahannya nyaman, hanya bermotif awan gelap dan tidak ada pola bordir lainnya, model serta warnanya juga sama dengan baju tidur Intan.Bukannya tidak ada sulaman sama sekali, ada sulaman tulisan di bagian mansetnya. Salah satu lengannya ada tulisan "Semoga selalu bersama" di atasnya dan di sisi lainnya ada sulaman, "Semoga lekas diberikan anak".Alfred hanya cuci muka dan badan saja. Alfred tahu dirinya akan sibuk sampai larut malam ini, jadi kemarin sudah keramas.Alfred keluar dari kamar mandi, mengenakan baju tidur merah, tampak bersih dan tampan.Setelah menghabiskan beberapa waktu di ibu kota, kulitnya menjadi lebih cerah.Intan masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya di medan perang, wajahnya penuh janggut dan begitu jorok hingga sulit membayangkan bahwa dia adalah orang yang sama dengan pria di depannya.Lilin memantulkan selimut merah cerah dan tirai terbentang di lantai.Detak jan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 345

    Di pagi hari, Dayang Ita mengetuk pintu.Karena kamar terbagi menjadi bagian dalam dan luar, maka pintu kamar berada di ruang luar, bagian dalam dan luar dipisahkan oleh tirai.Setelah mendengar ketukan di pintu, Alfred dan Intan membuka mata mereka dan duduk hampir pada waktu yang bersamaan.Intan duduk dan melihat Alfred tidak mengenakan pakaian apa pun. Intan terkejut sesaat, tiba-tiba menyadari bahwa dirinya juga tidak mengenakan pakaian apa pun.Wajahnya terasa panas, pasti sudah tersipu malu.Alfred memikirkan apa yang terjadi tadi malam dan merasa bahwa dirinya tidak bertindak terlalu baik dan tidak berani menatap langsung ke mata Intan. Alfred merasa tidak terbiasa telanjang seperti ini, jadi mengambil baju tidurnya dan memakainya sambil tertutup selimut.Setelah memakainya, Alfred terbatuk dan berkata, "Aku akan bangun dulu, kamu ... kamu pakai baju tidurmu dulu, lalu minta seseorang untuk mengganti baju untukmu."Kenapa rasanya canggung sekali? Bahkan mata Alfred pun tidak be

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 346

    Alfred juga ingin memakai seragam negara, tapi tidak bisa mendapatkannya sendiri dan terlalu rumit, jadi pada akhirnya mengeluarkan seragam itu dari ruangan dan memanggil Pak Adi dan pelayan untuk datang membantunya.Alfred mengenakan mahkota berbentuk sembilan di kepalanya dan pakaian berwarna biru, dengan sulaman pola naga di kedua sisi bahunya, pinggangnya diikat dengan tepi merah di pinggangnya, dengan awan emas dan pola naga serta manik-manik giok.Pita besar itu ditenun dalam empat warna, merah, putih, beludru dan hijau. Awalnya Alfred memang tinggi, setelah mengenakan seragam yang mahal ini membuatnya tampak semakin tegak dan agung.Intan masih harus merias wajahnya. Entah seberapa cantiknya dia, Intan tidak boleh pergi tanpa merias wajahnya.Setelah berdandan, Intan keluar dikelilingi oleh Dayang Ita dan Mutiara. Intan bertanya pada Erik terlebih dahulu dan merasa lega saat mengetahui bahwa Erik belum bangun dan Ruby sedang menjaganya di sana.Ketika bertemu dengan mata Alfred

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 347

    Adegan ini memang enak dipandang. Putranya tampan, Intan cantik, keduanya memiliki raut wajah yang indah sehingga terlihat seperti pasangan serasi.Baru saja, Dayang Gita datang untuk melapor dengan cepat dan memastikan bahwa Intan masih perawan dan benar-benar berkomitmen pada Raja Aldiso tadi malam.Nyonya Kartika sangat puas dengan ini, tapi hanya puas karena Intan masih suci. Adapun pernikahan kedua Intan, Nyonya Kartika belum sepenuhnya menerimanya.Nyonya Kartika duduk tegak, sikapnya terlihat bangga dan tatapan matanya begitu tajam.Alfred menahan amarahnya, meraih tangan Intan, berlutut dan bersujud untuk menyapa.Dayang Gita berdiri di samping membawa piring dan berkata, "Pengantin wanita menyajikan teh untuk Nyonya!"Intan mengambil teh dan menyerahkannya kepada Nyonya Kartika dengan kedua tangannya. "Ibu, silakan minum teh."Nyonya Kartika menunggu beberapa saat. Saat Alfred hampir marah, Nyonya Kartika perlahan mengulurkan tangan untuk mengambil teh, meminumnya sedikit, lal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 348

    Intan tersenyum, gertakan giginya hampir mengeluarkan suara, tapi tetap setuju dengan lembut. "Ibu benar. Dalam bisnis, selalu ada kerugian dan untung. Oh, ngomong-ngomong, Toko Emas itu dibagi untuk kalian berdua? Ada tanda tangan kontraknya? Pernah melihat buku rekening toko sejak dibuka?"Nyonya Kartika terlihat bangga. "Tentu saja aku tanda tangan kontrak. Apa menurutmu aku bodoh? Bukan hanya satu setengah saja, aku menyumbang 70 persen. Tentu saja mereka juga membaca buku rekening dan mengirimkannya setiap triwulan. Aku juga memeriksa rekeningnya dan menemukan bahwa memang ada kerugian.""Oh? Ibu mengambil bagian terbesar, 'kan? Kalau begitu, kalau ada yang rugi, bukankah berarti harus mendapat uang lebih untuk menggantinya? Berapa uang yang sudah dikeluarkan? Selama bertahun-tahun, apa terus mencatatnya?""Tentu saja dicatat. Setiap kali sejumlah uang diberikan, aku akan mengingatnya."Intan berpikir dalam hati. "Apa Ibu ingat berapa total uang yang diberikan?"Nyonya Kartika ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 349

    Ibu Suri sekilas tahu bahwa adiknya tidak bahagia.Ketika Alfred dan Intan pergi menemui Kaisar dan Permaisuri, Ibu Suri memanggil Nyonya Kartika dan Dayang Gita sendirian.Ibu Suri pertama kali berbicara pada Dayang Gita, "Sekarang sudah berada di kediaman, tidak lebih baik daripada di istana, jadi harus perhatikan kata-katamu. Kalau kamu membuat kesalahan atau membuat orang membencimu dengan kata-katamu, tidak ada yang membelamu. Bisa-bisa malah merugikan Kediaman Aldiso. Oleh karena itu, kamu harus lebih berhati-hati dengan perkataan dan perbuatanmu. Kamu tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun. Majikanmu dibesarkan olehmu dan kamu telah memanjakannya dari dulu. Kalau ada yang salah, kamu harus segera memberitahunya. Jika ingin melakukan sesuatu yang tidak pantas, kamu harus menasihatinya."Dayang Gita menjawab dengan hormat, "Ya, aku tahu."Nyonya Kartika cemberut. "Kak, kesalahan apa yang aku lakukan? Mulai sekarang, aku akan bertanggung jawab atas urusan Kediaman Aldiso,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 350

    Kaisar dan Permaisuri bertemu Alfred dan Intan di Istana Laika.Setelah memberi hormat, Kaisar memintanya untuk duduk. Permaisuri Merida memandang Intan yang mengenakan riasan elegan dan merasa sedikit lega.Untungnya, semuanya telah beres.Jika benar-benar diizinkan memasuki istana, mungkin semuanya akan menjadi milik Intan.Tak seorang pun di istana bisa menandingi penampilan cantiknya.Permaisuri Merida tanpa sadar memandang Kaisar dan melihat bahwa Kaisar juga sedang melihat Intan, hatinya merasa sangat tegang.Saat melihat wanita yang membuat jantungnya berdebar kencang, akan selalu ada tatapan begitu di mata Kaisar.Permaisuri Merida sekali lagi senang Intan menikah dengan Alfred.Tentang perkataan Kaisar pada saat itu, Permaisuri Merida sangat ketakutan sehingga tidak bisa tidur selama beberapa malam. Jika hanyalah wanita biasa tidak akan ada apa-apa, tapi wanita itu adalah Intan. Ayah dan saudaranya yang tewas dalam perang memiliki beban yang terlalu berat di hati Kaisar dan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status