Putri Chelsea kembali menginap di Kediaman Putri Agung. Putri Agung dan Putri Chelsea dimaki-maki. Betapa mereka bergembira saat masyarakat memaki Intan, betapa mereka marah sekarang.Terutama saat informasi tentang selir di Kediaman Putri Agung tersebar keluar. Selain marah, Putri Agung mulai meragukan apakah pelayan kepercayaannya yang mengekspos informasi atau bukan.Putri Agung menyelidiki semua orang satu per satu. Kediaman Putri Agung menjadi kacau selama beberapa waktu. Selain itu, Putri Chelsea yang murung karena bertengkar dengan keluarga suami melampiaskan kemarahannya pada pelayan di Kediam Putri Agung setiap hari.Putri Chelsea berpikir Adipati Adam akan menjemputnya pulang setelah dia menginap beberapa hari di Kediaman Putri Agung. Alhasil, bukan hanya Adipati Adam, bahkan tidak ada pelayan Keluarga Bangsawan Winata yang datang. Sebaliknya, ada kabar bahwa Nyonya Falensia telah pergi ke Kediaman Adipati Belima untuk meminta maaf kepada Intan.Putri Chelsea sangat jengkel.
Pada pertengahan bulan Agustus, menjelang festival bulan, Alfred belum kunjung pulang.Sudah sebulan sejak Alfred pergi. Intan merasa aneh. Bukankah Alfred hanya pergi untuk memberitahukan soal pernikahan mereka?Perjalanan dari ibu kota menuju Gunung Pir hanya memakan waktu tiga hari. Perjalanan pulang pergi, ditambah waktu menginap selama beberapa hari, Alfred seharusnya sudah kembali dalam waktu sepuluh hari.Mungkinkah terjadi sesuatu di Gunung Pir?Tepat saat itu, Intan menerima pesan dari Marsila. Marsila menulis beberapa lembar surat dengan penuh semangat untuk menceritakan kejadian-kejadian seru di Gunung Pir. Marsila juga menceritakan bahwa Ranto mendapat hukuman kurungan dari Guru setelah pulang membeli kosmetik, tetapi tidak mendapat hukuman pukulan.Intan menang.Dalam surat, Marsila mengucapkan selamat kepada Intan yang akan menikah. Ketika Intan menikah, rekan-rekan di Gunung Pir akan memberikan hadiah besar pada Intan.Kabar pernikahan Intan telah tersebar di Gunung Pir.
Untuk makan siang, Intan hanya makan semangkuk bubur ayam. Lalu, Intan pergi ke rumah peringatan arwah untuk berziarah.Terdapat balai leluhur di keluarga bangsawan seperti Keluarga Belima. Papan arwah orang tua beserta kakak dan kakak ipar Intan diabadikan di balai leluhur, tetapi wanita tidak boleh masuk ke dalam untuk berziarah, hanya bisa bersujud di luar pintu.Satu-satunya cara bagi wanita untuk memasuki balai leluhur adalah dengan papan arwah setelah meninggal. Sayangnya, Intan tidak akan bisa karena adalah anak perempuan. Hanya papan arwah menantu Keluarga Belima yang bisa diabadikan di balai leluhur.Oleh karena itu, setelah ayah dan kakak gugur di medan perang, ibu mendirikan rumah peringatan arwah di rumah untuk mengabadikan papan arwah ayah dan kakak sehingga praktis untuk berziarah dari waktu ke waktu.Setelah Insiden Pembantaian Keluarga Belima, Intan juga mengabadikan papan arwah ibu beserta para kakak ipar dan keponakan di rumah peringatan arwah.Paman Toni sudah menyia
Darius bercerita sepotong-sepotong karena terus beserdawa.Ketika pengemis-pengemis cilik kabur, Alfred kebetulan melihat ada seorang pengemis yang sangat mirip anak Kak Harver, Erik.Pengemis cilik itu pincang sebelah kaki sehingga tidak bisa berlari dengan cepat. Saat Alfred hendak menangkap pengemis cilik itu, ada orang yang mendorong gerobak kayu dan menabrak beberapa orang. Alfred terpaksa harus menyelamatkan para warga.Di tengah itu, Alfred melirik ke arah pengemis cilik itu. Pengemis cilik itu berjalan dengan pincang dan segera dibawa oleh seorang pria kekar ke atas gerobak sapi. Alfred secara naluriah meneriakkan nama Erik. Pengemis cilik yang menundukkan kepala itu langsung mendongak dan menatap Alfred dengan tidak percaya.Alfred buru-buru mengejar, tetapi gerobak kayu itu berbelok dan menjatuhkan beberapa warga. Alfred melompat-lompat untuk mengejar gerobak sapi. Ketika menemukan gerobak sapi, pria kekar dan pengemis cilik itu sudah hilang.Jalan raya di Kabupaten Yaming sa
Tangan Mutiara pun gemetar saat menyerahkan tas kepada Intan.Semua orang tidak berani memercayai informasi itu karena tidak ada orang yang hilang saat insiden pembantaian terjadi.Terutama anak kecil, baik anak pelayan atau tuan muda dan nona, tidak ada yang hilang.Intan terus mengatakan itu mustahil, tetapi timbul secercah harapan di hatinya.Namun, Intan teringat pada kepala Erik dan pakaian yang dikenakan di potongan tubuhnya. Walau bersimbah darah, Intan tahu itu Erik karena dialah yang meminta orang membuat pakaian itu untuk Erik.Pada saat itu, Intan pulang ke Kediaman Adipati Belima dan membuatkan pakaian untuk semua keponakannya.Intan mengambil tas dengan tatapan mata bengong dan bergumam, "Mutiara, aku hanya pergi lihat. Aku tahu dia bukan, aku juga sudah tidak menaruh harapan, tapi ... tolong kamu pergi ke Paviliun Nilaru dan ambilkan mainan kesukaan Erik, mainan katapel yang kubuatkan untuknya, yang ada ukiran namanya, yang gagangnya kuwarnai ....""Aku tahu, aku tahu, ak
Pada hari kelima, Intan tiba di Linggar pada siang hari.Intan singgah di penginapan dalam perjalanan, tetapi tidak punya selera makan dan tidak berani minum terlalu banyak air karena takut akan buang air kecil di jalan akan menunda waktu.Hanya dalam lima hari, Intan menjadi kurus.Berdasarkan alamat yang diberikan oleh Darius, Intan menggiring Guntur menuju Jalan Pir No. 13.Itu adalah aset milik Hakim Daerah Linggar. Darius mengatakan Raja Aldiso menginap di sana bersana anak itu.Intan berdiri di luar pintu dengan gelisah. Rumah itu terletak di dalam gang yang cukup lebar.Ada seorang penjaga di depan pintu yang mengenakan seragam pemerintah. Mungkin Alfred meminjam petugas dari kantor pemerintah untuk menjaga pintu.Melihat seorang gadis menggiring kuda ke sana tetapi tidak berani mengetuk pintu, pejabat itu memanggil dengan ragu, "Nona Intan?"Intan mengangguk, tetapi tidak bisa bersuara. Seperti ada sesuatu yang tersumbat di tenggorokan dan rongga dadanya.Melihat Intan mengangg
Intan merebut anak itu dari pelukan Alfred dan memeluknya erat-erat.Anak itu kurus kerempeng dan hanya bersisakan tulang, sungguh kurus.Tubuh anak itu bau dan rambutnya lengket. Entah bau itu berasal dari bau amis darah, rambut yang berminyak, atau sesuatu yang membusuk.Namun, Intan memeluk anak itu bagaikan memeluk harta paling berharga di dunia. Air mata Intan mengalir dengan deras di wajahnya.Anak itu tidak meronta, malah seperti anak ayam dan membiarkan Intan memeluknya. Air mata melintasi wajah anak itu yang kotor sehingga meninggalkan dua garis kuning.Anak itu tidak lagi agresif seperti saat menghadapi Alfred, melainkan diam seperti boneka. Walau sedang menangis, bola mata anak itu seolah-olah membeku.Melihat itu, hati Alfred yang ragu selama ini akhirnya memastikan bahwa anak itu adalah keturunan Keluarga Belima.Untung masih ada darah daging Keluarga Belima yang tersisa. Akan tetapi, tidak tahu bagaimana anak itu bisa kabur di tahun silam, juga entah bagaimana anak itu bi
Sampai tengah malam, Erik baru benar-benar bangun. Erik terbangun beberapa kali dengan linglung. Melihat Intan di sana, Erik perlahan memejamkan mata lagi.Walau tengah malam, lampu masih terang. Saat Erik sedang tidur, Intan sudah mengelap wajah Erik dengan air hangat. Wajah Erik sangat mirip Kak Harver, tetapi terlalu kurus.Erik menangis lagi setelah bangun. Sambil menangis, Erik tersenyum pada Intan. Lesung pipi Erik tampak lebih dalam karena wajahnya yang tirus.Intan membawa Erik pergi mandi. Erik berendam dalam bak mandi, sedangkan Intan mencucikan rambut Erik. Intan sedikit demi sedikit menggosok rambut Erik yang lengket dengan minyak osmanthus dan mencucinya lagi setelah itu.Usai mandi, Erik memakai pakaian baru. Pakaian itu dibeli berdasarkan ukuran tubuh anak berusia 7 tahun, tetapi terlalu besar bagi Erik.Namun, Erik sudah berpenampilan rapi.Begitu pelayan di dapur menghidangkan makanan, mata Erik berbinar. Erik secara naluriah mengambil sepotong daging dan memasukkan da