Share

Bab 228

Tangan Intan yang diletakkan di atas lutut dikepal. Intan mengiakan dengan suara parau, lalu memalingkan wajah, walau itu tidak sopan.

Melihat reaksi Intan, Hendri tiba-tiba menyesal datang ke sana. Mungkin mereka belum siap untuk menemui satu sama lain.

Pria seperti Hendri pun sulit untuk menahan air mata, apalagi gadis berumur 18 tahun.

Walau Intan telah maju ke medan perang dan membunuh musuh, Intan sangat bergantungan pada kerabatnya. Dulu, Intan adalah buah hati yang disayangi semua kerabat. Kini, hanya tersisa Intan sendiri.

Sekalipun Intan sudah menjadi gagah berani dan dapat membunuh musuh luar, hati Intan tetap akan merasa sedih dan sakit.

Hendri tidak pernah ingin mengingat kembali adegan itu, juga tidak berani.

Mungkin sudah saatnya untuk menghadapi. Jika tidak, hatinya akan selalu perih setiap kali mengingat kembali hal itu.

Hendri angkat bicara, tetapi suaranya tidak bisa kembali seperti biasa. "Masa lalu, biarlah ... berlalu. Kita harus memandang ke depan. Dengar-dengar,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status