Saat bangun, hari sudah siang keesokan harinya.Sebenarnya Intan masih bisa tidur, tetapi dia harus bangun karena pihak istana sudah mengeluarkan dekret agar dia pergi ke istana.Sambil menyisir rambut dan berdandan, Intan menguap dan bertanya, "Mutiara, Marsila dan yang lainnya sudah bangun belum?""Belum, masih tidur." Mutiara tidur di sofa empuk di kamar Intan tadi malam, menjaga nonanya dan merasa nyaman."Jangan bangunkan mereka, biarkan mereka tidur dan tinggalkan mereka sendiri selama tiga hari tiga malam." Intan tahu bahwa mereka sangat lelah dan dia sendiri berharap bisa tidur sampai besok.Mutiara menyanggul rambutnya, mengambil jepit rambut rumbai dengan permata dan menyelipkannya ke dalam. Melihat sepasang mata hijau tua Nona Intan, dia diam-diam merasa sakit hati, "Aku tahu, Paman Toni juga yang memberi perintah. Paman Toni bilang panglima dan beberapa jenderal besar juga seperti ini saat kembali dari medan perang. Mereka sangat mengantuk dan tidur selama dua atau tiga har
Intan dan Mutiara menunggu permaisuri duduk, lalu melangkah maju dan berlutut untuk memberi hormat, "Intan dan Mutiara memberi salam pada Permaisuri."Terdengar suara lembut permaisuri dari atas, "Nona Intan tidak perlu bersikap terlalu sungkan, berdirilah.""Terima kasih, Permaisuri," kata Intan dan tetap berlutut bersamaan dengan Mutiara.Permaisuri menatap Intan dengan saksama, dia pernah bertemu dengan Intan yang sangat cantik.Kulit Intan tidak sebaik sebelumnya setelah kembali dari medan perang, tapi Intan dapat menahan semua tatapan menilai yang tertuju padanya dan tetap menjadi wanita yang tercantik.Hati permaisuri terasa masam saat teringat kaisar menyuruhnya untuk menanyakan pada Intan apakah dia bersedia memasuki istana atau tidak. Wanita yang cantik dan cakap seperti Intan pasti akan disukai oleh kaisar begitu memasuki istana. Bagaimana mungkin permaisuri bisa menekan Intan yang telah mendapatkan hati kaisar meski kedudukan Intan lebih rendah darinya?Hanya saja, permaisur
Intan bertemu dengan Alfred saat meninggalkan Istana Palacio.Alfred tampak mabuk dan raut wajahnya sangat buruk, dia masih mengenakan jubah perang saat kembali ke ibu kota kemarin yang terdapat noda darah dan bau keringat yang familier bisa tercium dari kejauhan.Tubuh ramping Alfred bersandar di pintu istana yang berwarna merah dan rambutnya yang berantakan telah dirapikan. Alfred mengenakan mahkota emas dan batu giok, tapi itu terlihat tidak cocok dengan jubah perang yang sudah berkarat dan berlumuran darah, hal ini membuatnya terlihat aneh.Alfred melirik Intan dengan malas, sinar matahari yang menyinari bola mata hitam Alfred sama sekali tidak menambahkan energi apa pun padanya.Intan melangkah maju dan memberi salam padanya, "Panglima menginap di istana kemarin?""Hm!" Alfred mengangguk sambil memandang Intan dari atas sampai ke bawah, "Pakaianmu sangat bagus yang membuatmu terlihat seperti wanita bangsawan dari ibu kota."Intan tersenyum, "Aku memang merupakan wanita bangsawan d
Senyum di wajah Alfred membeku. Benar, mereka berdua dianggap sebagai kakaknya, tapi Alfred bisa dengan perlahan mengembangkan hubungan dengan Intan selama dia tidak memasuki istana.Alfred memberi salam pada kaisar dan mengundurkan diri.Kaisar menatap kepergian Alfred sambil menyipitkan matanya dan berteriak setelah beberapa saat berlalu, "Bimo!""Hamba datang!" Bimo segera memasuki ruang kerja dengan cepat sambil membungkuk.Kaisar berkata, "Sampaikan perintahku, Intan akan diberi gelar sebagai Selir Intan kalau gagal menemukan pernikahan yang cocok dengannya dalam waktu tiga bulan."Bimo menjawab sambil menunduk, "Baik!""Sampaikan juga perintahku pada Raja Aldiso, tapi jangan ucapkan kata-kata yang tidak perlu," kata kaisar.Bimo berkata, "Baik, Hamba mengerti. Hamba akan menyampaikan perintah ini sekarang.""Pergilah," kata kaisar dengan datar sambil menurunkan pandangannya.Penjaga di luar datang melapor bahwa permaisuri datang tidak lama setelah Bimo pergi.Kaisar sudah mengeta
Bimo secara pribadi datang untuk menyampaikan perintah kaisar begitu Intan baru tiba di Kediaman Adipati Belima.Intan merasa terkejut, dia harus memasuki istana jika tidak bisa menemukan suami yang cocok dalam waktu tiga bulan?Intan segera menahan Bimo dan membubarkan semua orang, "Kasim Bimo, tolong beri tahu padaku apa maksud kaisar?"Sama sekali tidak perlu memberi Intan waktu tiga bulan untuk mencari suami jika kaisar benar-benar bersikeras ingin memasukkannya ke dalam istana.Tidak ada orang yang berani menikahi Intan meski diberi waktu tiga bulan jika perintah ini tersebar dari mulut ke mulut.Jadi, ini tetap merupakan sebuah penindasan dan tidak memberi jalan keluar untuk Intan, sepertinya Intan hanya bisa memasuki istana pada akhirnya,Kaisar menggunakan kekuasaan dan juga waktu tiga bulan ini .... Entah kenapa Intan selalu merasa ada yang aneh terdapat perintah lisan ini.Bimo berkata setelah berpikir untuk beberapa saat, "Mungkin Kaisar akan merasa orang yang berani melamar
Intan tidak memberi tahu perintah lisan kaisar yang aneh dan hanya berterima kasih atas bantuan mereka di Manuel."Orang Negara Lonis membunuh ayah dan kakakku, aku pergi ke Manuel untuk membalaskan dendam mereka. Aku akan mengingat kebaikan kalian karena telah membantuku balas dendam."Hati semua orang terasa jauh lebih baik saat mendengar ini. Benar juga, ayah dan kakak Intan dibunuh oleh orang Negara Lonis. Berdasarkan peraturan seni bela diri, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Mereka hanya pergi untuk membantu Intan balas dendam dan tidak perlu memikirkan hal lain.Intan melupakan semua masalah dan berkata, "Kalian semua sudah tidur dan makan dengan cukup. Bagaimana kalau kita jalan-jalan dan beli beberapa orang? Aku mau minta tolong pada kalian untuk bantu aku bawa beberapa barang ke sekteku.""Tidak masalah. Tapi kami tidak punya uang, Kaisar masih belum kasih hadiah pada kita," kata Ranto sambil menatap Intan dengan lekat-lekat, "Kaisar tidak mungkin lupa, 'kan?"Intan tersenyum
Diana sangat marah sampai mulutnya miring.Meski 100 tahil emas tidaklah sedikit, mereka tidak pergi ke medan perang demi uang.Diana mengetahui kemungkinan Rudi akan dipromosikan, Departemen Militer memberi hadiah dan hukuman pada Rudi karena kesalahan Linda, ditambah Linda memimpin pasukan untuk menghalangi serangan. Hal ini membuat Rudi hanya mendapatkan 100 tahil emas, Diana marah besar sampai hampir mengalami pendarahan otak.Kondisi tubuh Diana pada dasarnya tidak baik, dia jatuh pingsan di malam hari setelah marah berkali-kali. Kondisinya baru membaik setelah mengundang tabib datang untuk melakukan teknik akupunktur padanya.Semua uang Diana sudah habis saat melihat dia harus membeli obat dari Tabib Riel lagi. Diana bahkan meminjam uang untuk mengadakan pesta teh. Mereka tidak bisa membeli banyak obat selain membayar utang setelah mendapatkan 100 tahil emas.Rudi mempertaruhkan nyawanya untuk berperang, tapi malah berakhir seperti ini. Diana sangat membenci Linda meski sangat me
Shayna ketakutan dengan tatapan marah Linda, dia segera melangkah mundur untuk duduk di sisi tempat tidur dan menangis dengan sedih, "Ibu, dia memukulku."Diana tidak bisa menahan diri untuk berkata dengan marah saat melihat putri kesayangannya dipukul, "Rudi, jaga istrimu dengan benar."Rudi berdiri di depan Linda dengan ekspresi lelah, tapi hatinya lebih merasa lelah, "Kenapa kamu pukul Shayna? Ucapannya memang salah, tapi kamu bisa menegurnya."Mata Linda penuh dengan tatapan kecewa dan amarah, "Kenapa kalau aku memukulnya? Dia mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal tentangku, kenapa kamu tidak menegurnya?""Bukan aku yang bilang, tapi orang dari luar yang bilang, pukul saja orang di luar kalau kamu memiliki kemampuan itu," ujar Shayna sambil terisak dengan tatapan kejam di matanya. "Kamu tidak berani pukul orang di luar dan hanya berani melampiaskan amarahmu padaku, apa hebatnya dirimu?"Linda berkata dengan tajam, "Apa yang dikatakan orang luar adalah urusan mereka, aku tidak bi
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu