"Bawa saja kembali ke dapur Bi, saya tidak nafsu makan," ucap Chelsea yang memalingkan tatapannya. "Non, jangan seperti itu, kalau alasan Non malas makan hanya karena seorang pelakor itu, Non akan merasa sangat rugi, karena bagi saya yang seharusnya Non lakukan adalah makan yang banyak, kumpulkan tenaga, untuk melawan pelakor itu lagi, lakukan sesuatu agar dia jera dan memilih pergi dari rumah ini Non, mumpung tuan Edo tidak ada di rumah," bi Inah seolah menjadi kompor untuk membuat Chelsea kembali melakukan sesuatu pada Irish. "Tapi saya tidak seburuk itu Bi, saya tidak mau menyiksa orang," sarkas Chelsea menatap bi Inah. "Dia itu bukan orang Non, bukan manusia! Tapi hewan yang tidak memiliki akal dan hati, mana mungkin manusia bisa memiliki hati seperti dia, tidak tahu malu lagi!" tegas bi Inah merasa ilfil. Chelsea terdiam, apa yang dikatakan oleh bi Inah ada benarnya. Manusia yang memiliki hati dan rasa malu mungkin tidak lah seperti itu, dan saat terdiam dalam keheningan Chel
"Edo, karena semua sudah Ayah bicarakan padamu, kita tutup meeting kita hari ini ya, Ayah juga kebetulan ada janji temu sama dokter Ayah," pamit tuan Bram yang membereskan berkas-berkas. "Baik Ayah, Ayah hati-hati ya," ucap Edo tersenyum lega lantaran akhirnya tuan Bram memutuskan untuk pergi. "Iya, selamat bekerja ya." jawab tuan Bram membalas senyuman Edo. Tuan Bram lebih dekat dengan Edo akhir-akhir ini, lantaran yang ia tahu bahwa Edo sudah menyayangi Chelsea sejak tinggal di rumah baru, dan tuan Bram pun yakin bahwa Edo sudah berubah jauh lebih baik lagi daripada sebelum nya. Setelah memastikan bahwa sang ayah telah pergi meninggalkan kantor, dengan cepat Edo menghampiri ruangan nya, karena ia yakin bahwa Irish ada di sana. Saat Edo menutup ruangan nya dan mengunci dari dalam, Edo terkejut lantaran sesosok tangan seorang wanita yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, dan hal itu ia sadar bahwa yang melakukan nya adalah Irish. "Irish, kenapa kau ada di kantorku tanpa memberi
Tepat jam sembilan pagi, Chelsea keluar dari rumah untuk bertemu dengan Reno, teman lama yang bertemu di sosial media, Chelsea sudah banyak mengobrol pada Reno melalui pesan Messenger, dan baru kali ini ia memberanikan diri bertemu langsung pada Reno yang telah ia anggap sebagai sahabat nya. Hari ini Edo pergi bersama dengan Irish ke tempat yang tidak diketahui oleh Chelsea, tetapi Chelsea mencuri dengar bahwa Edo akan membawa Irish ke luar kota karena ada sesuatu yang ingin ia beli, dan Edo pun tanpa penawaran menuruti permintaan kekasih gelapnya itu. Tibanya di sebuah taman kota, Chelsea dan Reno pun duduk berhadapan dengan senyuman kecil menyeringai, Reno sedikit nya sudah mengetahui tentang prahara rumah tangga Chelsea, ia pun menjadi pendengar disaat Chelsea membutuhkannya. "Jadi suami kamu itu pergi ke luar kota hanya untuk membeli sesuatu untuk kekasih gelapnya?" tanya Reno menatap Chelsea sungguh-sungguh. "Iya, mereka pergi, karena yang kudengar semalam Irish minta dibelik
"Tidak, terima kasih, saya masih punya urusan," tolak Edo dengan muka masam. "Oh, baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Pak. Sukses selalu." pamit Reno melempar senyum. Edo biasa saja menanggapi senyuman Reno, pria yang sudah sukses memenangkan tender yang seharusnya jatuh ke tangannya itu, saat Reno membuka pintu hendak keluar tiba-tiba ia menabrak seorang wanita yang tadinya sedang fokus dengan ponselnya, Reno menangkap binar matanya yang saat itu ia juga tidak sengaja menatapnya. Setelah beberapa saat, Reno pun melepaskan wanita itu saat hendak terjatuh ke lantai, sementara wanita itu juga terlihat kikuk ketika menyadari bahwa tatapan mata pria itu sudah hampir menghipnotis dirinya. "Maaf," ucap Reno padanya. "Oh, seharusnya aku yang meminta maaf, maafkan aku, aku yang terlalu fokus dengan ponsel ku," seru Irish yang berusaha bersikap sebaik mungkin. "Ya sudah kalau begitu, lain kali hati-hati, aku permisi dulu." pamit Reno buru-buru. Irish tak bisa mencegah pria yang tel
Sudah hampir satu jam Chelsea menunggu Edo, namun Edo tak kunjung pulang untuk membantu dirinya mengurus Tasya yang sedang panas tinggi, saat itu Chelsea semakin panik hingga ia memutuskan untuk berhenti berharap. "Sus, tolong ikut saya, kita bawa Tasya ke rumah sakit sekarang!" Chelsea mempersilakan semuanya lalu dengan cepat ia mengambil kunci mobil, bersama dengan baby sitter yang bertugas menjaga Tasya, Chelsea pun keluar rumah seorang diri. Ia mengemudikan mobil dengan perasaan was-was, sebetulnya ia belum terlalu lihai dalam membawa mobil, namun karena keperluan mendadak Chelsea melakukannya sendiri. Kebetulan supir yang bekerja dengan Edo memang hanya sampai sore saja, jika malam ia pulang ke kontrakan, hingga mengharuskan Chelsea untuk melakukannya sendiri, beruntung lah keadaan jalan sangat lengan, karena malam sudah cukup larut. Chelsea memilih rumah sakit yang beroperasi 24 jam, meskipun rumah sakit itu cukup jauh dari rumah, namun Chelsea tetap menempuhnya. Keringat di
15 tahun telah berlaluPelayanan dan kesetiaan Chelsea sama sekali tidak dianggap oleh Edo yang masih menjalin hubungan dengan Irish di belakang tuan Bram. Kini Tasya dan Andika sudah beranjak remaja, usianya pun sudah cukup untuk mengetahui bagaimana kehidupan kedua orangnya selama ini. Jika Chelsea selalu beralasan bahwa ayahnya itu sibuk mencari nafkah ketika mereka masih kecil dulu, kini Chelsea sudah bisa menjelaskan bahwa sebenarnya ayah mereka itu sudah memiliki wanita lain selain ibunya. Meskipun akan merasa sangat kecewa, namun Chelsea tidak bisa menahan semua itu lagi, ia harus mengatakan yang sebenarnya bahwa dirinya tidak bisa bertahan lagi dengan pernikahan nya yang hanya dirinya saja yang berjuang. "Tasya, Andika, kalian sudah dengar semua cerita dari Ibu. Ibu tidak mengarang dan tidak melakukan kebohongan pada kalian, bi Inah masih setia bekerja di sini, sejak kalian kecil sampai saat ini. Dia lah yang mengetahui bagaimana sikap asli ayahmu," ucap Chelsea ketika meng
Chelsea turun dari mobil bersama dengan anak-anak nya yang dibawa ke rumah tuan Bram oleh Edo, keinginan untuk berpisah dari Chelsea itu disetujui oleh Bram dan mereka pun pergi untuk menemui kedua orang tua yang selama ini sudah sangat jarang sekali pergi berkunjung. Kedatangan Edo dan lainnya pun sempat menyorot perhatian tuan Bram dan nyonya Andin yang sedang duduk menikmati suasana pagi yang cerah di ruang keluarga. Tuan Bram dan nyonya Andin kini tinggal berdua saja, lantaran ketiga putri mereka memilih untuk bekerja di luar negri setelah lulus kuliah. Tuan Bram dan nyonya Andin pun menyambut kedatangan mereka dengan antusias, namun sikap nyonya Andin tetap lah sama seperti yang dulu, Chelsea masih tidak ada artinya di mata nyonya Andin, apalagi selama ini diam-diam nyonya Andin sering bertemu dengan Irish di belakang suaminya. "Kedatangan kalian ini sepertinya sangat tidak biasa, tumben kalian ke sini layaknya keluarga yang bahagia," ucap nyonya Andin yang merasa aneh kala itu
Setelah menjelaskan semua pada sang ibu, Chelsea pun diminta untuk tinggal di rumah ibunya yang ada di desa, sebenarnya ia merasa sangat kecewa karena menjadi orang terkahir yang mengetahui betapa menderita nya Chelsea selama ini, namun apa yang bisa wanita miskin itu lakukan, jika selama ini ia selalu ditolak ketika bertamu di rumah mewah itu, besan yang ia harapkan dapat menjadi teman hidup justru memusuhinya terang-terangan. Tetes air mata membasahi wajah ibu Yuli, setelah mendengar semua cerita dari Chelsea yang memberanikan diri membuka tabir keburukan suami yang ia nikahi selama lima belas tahun ini, wajah menyesal dari bu Yuli pun terlihat sangat jelas, hingga ia tidak mampu membendung kesedihan nya lagi. "Maafkan Ibumu ini Chelsea, Ibumu yang telah memilihkan jodoh, Ibumu yang telah memilih Edo untuk menjadi suamimu, Ibumu yang telah merampas masa depanmu, maafkan Ibu," tangis bu Yuli pecah di hadapan Chelsea. "Sudah Bu, tidak ada yang perlu di sesali, semua penderitaan ku
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita