"Tidak, terima kasih, saya masih punya urusan," tolak Edo dengan muka masam. "Oh, baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Pak. Sukses selalu." pamit Reno melempar senyum. Edo biasa saja menanggapi senyuman Reno, pria yang sudah sukses memenangkan tender yang seharusnya jatuh ke tangannya itu, saat Reno membuka pintu hendak keluar tiba-tiba ia menabrak seorang wanita yang tadinya sedang fokus dengan ponselnya, Reno menangkap binar matanya yang saat itu ia juga tidak sengaja menatapnya. Setelah beberapa saat, Reno pun melepaskan wanita itu saat hendak terjatuh ke lantai, sementara wanita itu juga terlihat kikuk ketika menyadari bahwa tatapan mata pria itu sudah hampir menghipnotis dirinya. "Maaf," ucap Reno padanya. "Oh, seharusnya aku yang meminta maaf, maafkan aku, aku yang terlalu fokus dengan ponsel ku," seru Irish yang berusaha bersikap sebaik mungkin. "Ya sudah kalau begitu, lain kali hati-hati, aku permisi dulu." pamit Reno buru-buru. Irish tak bisa mencegah pria yang tel
Sudah hampir satu jam Chelsea menunggu Edo, namun Edo tak kunjung pulang untuk membantu dirinya mengurus Tasya yang sedang panas tinggi, saat itu Chelsea semakin panik hingga ia memutuskan untuk berhenti berharap. "Sus, tolong ikut saya, kita bawa Tasya ke rumah sakit sekarang!" Chelsea mempersilakan semuanya lalu dengan cepat ia mengambil kunci mobil, bersama dengan baby sitter yang bertugas menjaga Tasya, Chelsea pun keluar rumah seorang diri. Ia mengemudikan mobil dengan perasaan was-was, sebetulnya ia belum terlalu lihai dalam membawa mobil, namun karena keperluan mendadak Chelsea melakukannya sendiri. Kebetulan supir yang bekerja dengan Edo memang hanya sampai sore saja, jika malam ia pulang ke kontrakan, hingga mengharuskan Chelsea untuk melakukannya sendiri, beruntung lah keadaan jalan sangat lengan, karena malam sudah cukup larut. Chelsea memilih rumah sakit yang beroperasi 24 jam, meskipun rumah sakit itu cukup jauh dari rumah, namun Chelsea tetap menempuhnya. Keringat di
15 tahun telah berlaluPelayanan dan kesetiaan Chelsea sama sekali tidak dianggap oleh Edo yang masih menjalin hubungan dengan Irish di belakang tuan Bram. Kini Tasya dan Andika sudah beranjak remaja, usianya pun sudah cukup untuk mengetahui bagaimana kehidupan kedua orangnya selama ini. Jika Chelsea selalu beralasan bahwa ayahnya itu sibuk mencari nafkah ketika mereka masih kecil dulu, kini Chelsea sudah bisa menjelaskan bahwa sebenarnya ayah mereka itu sudah memiliki wanita lain selain ibunya. Meskipun akan merasa sangat kecewa, namun Chelsea tidak bisa menahan semua itu lagi, ia harus mengatakan yang sebenarnya bahwa dirinya tidak bisa bertahan lagi dengan pernikahan nya yang hanya dirinya saja yang berjuang. "Tasya, Andika, kalian sudah dengar semua cerita dari Ibu. Ibu tidak mengarang dan tidak melakukan kebohongan pada kalian, bi Inah masih setia bekerja di sini, sejak kalian kecil sampai saat ini. Dia lah yang mengetahui bagaimana sikap asli ayahmu," ucap Chelsea ketika meng
Chelsea turun dari mobil bersama dengan anak-anak nya yang dibawa ke rumah tuan Bram oleh Edo, keinginan untuk berpisah dari Chelsea itu disetujui oleh Bram dan mereka pun pergi untuk menemui kedua orang tua yang selama ini sudah sangat jarang sekali pergi berkunjung. Kedatangan Edo dan lainnya pun sempat menyorot perhatian tuan Bram dan nyonya Andin yang sedang duduk menikmati suasana pagi yang cerah di ruang keluarga. Tuan Bram dan nyonya Andin kini tinggal berdua saja, lantaran ketiga putri mereka memilih untuk bekerja di luar negri setelah lulus kuliah. Tuan Bram dan nyonya Andin pun menyambut kedatangan mereka dengan antusias, namun sikap nyonya Andin tetap lah sama seperti yang dulu, Chelsea masih tidak ada artinya di mata nyonya Andin, apalagi selama ini diam-diam nyonya Andin sering bertemu dengan Irish di belakang suaminya. "Kedatangan kalian ini sepertinya sangat tidak biasa, tumben kalian ke sini layaknya keluarga yang bahagia," ucap nyonya Andin yang merasa aneh kala itu
Setelah menjelaskan semua pada sang ibu, Chelsea pun diminta untuk tinggal di rumah ibunya yang ada di desa, sebenarnya ia merasa sangat kecewa karena menjadi orang terkahir yang mengetahui betapa menderita nya Chelsea selama ini, namun apa yang bisa wanita miskin itu lakukan, jika selama ini ia selalu ditolak ketika bertamu di rumah mewah itu, besan yang ia harapkan dapat menjadi teman hidup justru memusuhinya terang-terangan. Tetes air mata membasahi wajah ibu Yuli, setelah mendengar semua cerita dari Chelsea yang memberanikan diri membuka tabir keburukan suami yang ia nikahi selama lima belas tahun ini, wajah menyesal dari bu Yuli pun terlihat sangat jelas, hingga ia tidak mampu membendung kesedihan nya lagi. "Maafkan Ibumu ini Chelsea, Ibumu yang telah memilihkan jodoh, Ibumu yang telah memilih Edo untuk menjadi suamimu, Ibumu yang telah merampas masa depanmu, maafkan Ibu," tangis bu Yuli pecah di hadapan Chelsea. "Sudah Bu, tidak ada yang perlu di sesali, semua penderitaan ku
"Tolong jaga sikapmu, kalau tidak, lebih baik kau pulang saja naik taksi!" tuan Bram berkata dengan nada dan tatapan sinis. "Kenapa kau malah marah padaku, bukan aku yang salah, tapi mantan menantu mu itu," ucap nyonya Andin kesal. "Kalau kau tidak diam juga, aku sendiri yang akan mengusir mu keluar." tegas tuan Bram menatap nanar. Karena mendapatkan kode dari Edo untuk diam, akhirnya nyonya Andin pun bungkam, ia memangku tangan dan memalingkan wajah pada suaminya yang masih menatapnya dengan penuh kemarahan. Sementara di hadapannya sudah ada ibu Yuli dan Chelsea yang terduduk sambil ber-genggaman tangan, tuan memberitahu maksud dan tujuannya pada mereka, bahwa surat perpisahan dari pengadilan sudah keluar, Chelsea diminta untuk menandatangani di kertas tersebut, Chelsea dengan hati lapang dan siap menerima kertas putih tersebut lalu ia menandatanganinya di hadapan mereka. "Sudah Ayah," lirih Chelsea yang sudah menyelesaikan tugasnya. "Terima kasih Nak, kau sudah mampu bertahan
Minggu sore, nyonya tiba-tiba mengirimi pesan tuan Bram melalui pesan WA, tuan Bram yang masih duduk santai di atas ranjang pun membuka pesan yang masuk dari istrinya. "Ayah, Ibu tunggu di restoran biasa ya, jam 19:00 mau makan malam sama anak-anak dan juga Edo."Pesan singkat itu menimbulkan senyum di pipi tuan Bram, ia mengira bahwa nyonya Andin, istrinya itu telah menerima Tasya dan juga Andika yang sudah beberapa hari tinggal satu atap dengannya, untuk itulah tuan Bram dengan cepat bergegas mandi lalu setalah itu ia pergi bersama dengan supir. Tiba tepat waktu, tuan Bram menuju lantai dua, di mana tempat itu yang sudah diberi tahu oleh nyonya Andin bahwa akan ada makan malam bersama keluarga di sana. Rasanya sangat ingin sekali menghubungi Chelsea yang mungkin saat ini masih sibuk dengan pkerjaan sederhananya sebagai tukang cuci gosok di rumah. Namun hal itu ditahan oleh tuan Bram lantaran tidak mau mengganggu Chelsea di jam kerjanya. Wajah tuan Bram tertuju pada suatu meja ya
"Ayah, kenapa Ayah bersikap seperti ini, aku berhak untuk menikah lagi Ayah, dan tentunya dengan wanita yang aku cintai," ucap Edo yang sudah berhadapan dengan tuan Bram. "Benar Ayah, apa yang dikatakan oleh Edo adalah benar. Jika dulu dia menikah dengan wanita yang sama sekali tidak ia cintai, maka sekarang biarkan dia menikah sesuai dengan wanita yang dia pilih, Edo berhak bahagia," seru nyonya Andin yang membela putranya. "Setelah gagal membina rumah tangga, kau dengan mudah memutuskan untuk menikah lagi? Apa aku tidak melihat wajah polos kedua anakmu itu, Edo! Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan mereka jika harus melihat ayahnya menikah lagi!" marah tuan Bram mengeratkan gigi geraham nya. Benar-benar tidak menyangka, istri dan putranya itu tidak berubah sama sekali setelah lima belas tahun lamanya, bahkan mereka justru semakin kompak saja saat membahas tentang wanita lain yang akan menjadi pendamping hidup Edo selanjutnya. Nyonya Andin dan Edo mengalihkan pandangannya