Setelah menjelaskan semua pada sang ibu, Chelsea pun diminta untuk tinggal di rumah ibunya yang ada di desa, sebenarnya ia merasa sangat kecewa karena menjadi orang terkahir yang mengetahui betapa menderita nya Chelsea selama ini, namun apa yang bisa wanita miskin itu lakukan, jika selama ini ia selalu ditolak ketika bertamu di rumah mewah itu, besan yang ia harapkan dapat menjadi teman hidup justru memusuhinya terang-terangan. Tetes air mata membasahi wajah ibu Yuli, setelah mendengar semua cerita dari Chelsea yang memberanikan diri membuka tabir keburukan suami yang ia nikahi selama lima belas tahun ini, wajah menyesal dari bu Yuli pun terlihat sangat jelas, hingga ia tidak mampu membendung kesedihan nya lagi. "Maafkan Ibumu ini Chelsea, Ibumu yang telah memilihkan jodoh, Ibumu yang telah memilih Edo untuk menjadi suamimu, Ibumu yang telah merampas masa depanmu, maafkan Ibu," tangis bu Yuli pecah di hadapan Chelsea. "Sudah Bu, tidak ada yang perlu di sesali, semua penderitaan ku
"Tolong jaga sikapmu, kalau tidak, lebih baik kau pulang saja naik taksi!" tuan Bram berkata dengan nada dan tatapan sinis. "Kenapa kau malah marah padaku, bukan aku yang salah, tapi mantan menantu mu itu," ucap nyonya Andin kesal. "Kalau kau tidak diam juga, aku sendiri yang akan mengusir mu keluar." tegas tuan Bram menatap nanar. Karena mendapatkan kode dari Edo untuk diam, akhirnya nyonya Andin pun bungkam, ia memangku tangan dan memalingkan wajah pada suaminya yang masih menatapnya dengan penuh kemarahan. Sementara di hadapannya sudah ada ibu Yuli dan Chelsea yang terduduk sambil ber-genggaman tangan, tuan memberitahu maksud dan tujuannya pada mereka, bahwa surat perpisahan dari pengadilan sudah keluar, Chelsea diminta untuk menandatangani di kertas tersebut, Chelsea dengan hati lapang dan siap menerima kertas putih tersebut lalu ia menandatanganinya di hadapan mereka. "Sudah Ayah," lirih Chelsea yang sudah menyelesaikan tugasnya. "Terima kasih Nak, kau sudah mampu bertahan
Minggu sore, nyonya tiba-tiba mengirimi pesan tuan Bram melalui pesan WA, tuan Bram yang masih duduk santai di atas ranjang pun membuka pesan yang masuk dari istrinya. "Ayah, Ibu tunggu di restoran biasa ya, jam 19:00 mau makan malam sama anak-anak dan juga Edo."Pesan singkat itu menimbulkan senyum di pipi tuan Bram, ia mengira bahwa nyonya Andin, istrinya itu telah menerima Tasya dan juga Andika yang sudah beberapa hari tinggal satu atap dengannya, untuk itulah tuan Bram dengan cepat bergegas mandi lalu setalah itu ia pergi bersama dengan supir. Tiba tepat waktu, tuan Bram menuju lantai dua, di mana tempat itu yang sudah diberi tahu oleh nyonya Andin bahwa akan ada makan malam bersama keluarga di sana. Rasanya sangat ingin sekali menghubungi Chelsea yang mungkin saat ini masih sibuk dengan pkerjaan sederhananya sebagai tukang cuci gosok di rumah. Namun hal itu ditahan oleh tuan Bram lantaran tidak mau mengganggu Chelsea di jam kerjanya. Wajah tuan Bram tertuju pada suatu meja ya
"Ayah, kenapa Ayah bersikap seperti ini, aku berhak untuk menikah lagi Ayah, dan tentunya dengan wanita yang aku cintai," ucap Edo yang sudah berhadapan dengan tuan Bram. "Benar Ayah, apa yang dikatakan oleh Edo adalah benar. Jika dulu dia menikah dengan wanita yang sama sekali tidak ia cintai, maka sekarang biarkan dia menikah sesuai dengan wanita yang dia pilih, Edo berhak bahagia," seru nyonya Andin yang membela putranya. "Setelah gagal membina rumah tangga, kau dengan mudah memutuskan untuk menikah lagi? Apa aku tidak melihat wajah polos kedua anakmu itu, Edo! Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan mereka jika harus melihat ayahnya menikah lagi!" marah tuan Bram mengeratkan gigi geraham nya. Benar-benar tidak menyangka, istri dan putranya itu tidak berubah sama sekali setelah lima belas tahun lamanya, bahkan mereka justru semakin kompak saja saat membahas tentang wanita lain yang akan menjadi pendamping hidup Edo selanjutnya. Nyonya Andin dan Edo mengalihkan pandangannya
"Ayah, Ibu, aku pergi dulu," pamit Edo pada kedua orang tuanya. "Kau mau ke mana, Edo?" tanya nyonya Andin. "Aku mau mengambil kartu undangan pernikahan ku bersama Irish, Bu. Dan mengurus surat-surat lainnya." jawab Edo melempar senyum. Langkah kaki Edo begitu semangat kala itu, sementara tuan Bram sendiri masih tidak ikhlas jika putranya akan menikah lagi, namun tidak ada yang dapat ia lakukan lantaran Edo kekeh akan menikahi Irish dengan atau tanpa restu darinya. "Lihat itu putra kita, dia sangat bahagia sekali saat ingin mengurus pernikahan nya bersama wanita yang dia cintai," ucap nyonya Andin menatap tuan Bram. "Tapi Ayah masih tidak habis pikir, kenapa Edo secepat itu mau menikah lagi, bagaimana perasaan Tasya dan Andika saat ini," lirih tuan Bram mencemaskan mereka. "Sudah lah Ayah, jangan terlalu memikirkan mereka, Ibu yakin kok kalau Irish jauh lebih baik dari Chelsea, Irish itu wanita berkelas, pasti bisa mengurus keluarga dengan baik dan benar." celetuk nyonya Andin y
"Bu, kenalkan ini Reno, teman aku," ucap Chelsea memperkenalkan Reno pada ibunya. "Halo Bu, saya Reno," Reno menjabat tangan bu Yuli dengan santun. "Oh, silahkan duduk Nak Reno." jawab bu Yuli melempar senyum. Reno duduk bersama dengan bu Yuli, sementara Chelsea sendiri pergi ke dapur untuk membuatkan minuman, saat itu bu Yuli dan Reno sempat mengobrol ringan, bu Yuli mempertanyakan tentang siapa Reno, dan sudah berapa lama kenal dengan Chelsea. Reno pun menjelaskan bahwa ia dan Chelsea teman lama yang kebetulan dipertemukan lagi, Reno pun ingin sekali mengajak Chelsea untuk bergabung ke perusahaan nya yang sedang berkembang pesat. "Di minum Ren, kopinya," ucap Chelsea setelah kembali. "Terima kasih banyak Chelsea," seru Reno melempar senyum. "Jadi kedatangan Nak Reno ini mau mengajak kamu untuk bekerja di perusahaan nya, Chelsea," sambung bu Yuli yang sudah tahu maksud dari Reno. "Bekerja di perusahaan? Apa kamu yakin, Ren?!" Chelsea menatap ragu. "Ya, aku sangat yakin sekali
"Irish, tidak hanya itu saja yang aku inginkan, tapi di rumah ini kamu memiliki ibu, ayah, Tasya, dan juga Andika, mereka itu adalah keluargamu yang harus kamu layani dengan baik," ucap Edo yang mencoba membuat Irish mengerti. "Mas, kan sudah ada asisten rumah tangga Mas, kenapa kamu meminta aku untuk melayani mereka, aku bukan pembantu," protes Irish tidak terima."Aku tahu kalau kamu bukan pembantu, tapi melayani mereka di saat sarapan pagi dan menyiapkan apa yang mereka perlukan itu bukan tugas asisten rumah tangga saja, tapi kau Irish, kau sebagai ibu sambung dari anak-anak ku, seharusnya kamu belajar untuk mendekatkan diri sama mereka." jelas Edo menginginkan hal itu.Permintaan Edo terasa sangat berat bagi Irish lantaran sejak ia pertama kali masuk ke rumah itu, Edo tidak memberikan pengajaran hingga akhirnya membuat Irish begitu acuh dengan anak-anak nya, apalagi Irish menikah dengan Edo memang bukan untuk niat menerima anak-anak nya, melainkan bisa menikmati semua harta yang
Irish keluar dari kamar dan turun untuk menemui teman-temannya yang sudah menunggu di depan, ia akan pergi shoping lagi seperti biasanya, sejak menikah dengan Edo pekerjaan Irish hanyalah menghabiskan uang Edo saja, ia bahkan sama sekali tidak perduli dengan kehidupan yang ada di dalam rumah. Bagaimana mendekatkan diri pada Tasya dan Andika sebagai ibu sambung, dan tidak juga berusaha mendekatkan diri pada kedua mertuanya. Melihat Irish yang hendak pergi meninggalkan rumah, nyonya Andin pun menghentikan langkah kaki Irish, Irish merasa sedikit risih kala itu, tetapi ia tidak bisa pergi begitu saja dari ibu mertuanya. "Iya Bu, ada apa?" tanya Irish dengan tatapan malas. "Kamu mau ke mana lagi Irish? Bukannya kamu ingin menikah dengan Edo dulu karena kamu ingin menjadi istri yang baik dan istri yang berguna untuk suami? Lalu kenapa kamu justru pulang pergi sesuka hati kamu seperti ini!" marah nyonya Andin tidak suka dengan sikap menantunya kali ini. "Aduh, kenapa Ibu kuno banget si.
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita