"Mau apa kamu Mas, kenapa kamu ada di sini?" tanya Chelsea dengan tatapan tidak suka. "Aku datang ke sini karena aku ingin memberikan kamu peringatan Chelsea, jangan sampai kamu mengatakan apapun tentang kejadian pagi ini pada ayah, jika sampai kamu melakukan nya, aku tidak akan segan-segan menalak mu!" ancam Edo dengan tatapan sangar. Edo segera memalingkan wajahnya, sementara Chelsea sendiri fokus menyisir rambut nya agar terlihat rapi, dan setelah itu Edo meminta Chelsea untuk mengait pergelangan tangannya ketika keluar dari kamar, saat itu tuan Bram sudah duduk bersama dua baby Sus yang menjaga Tasya dan juga Andika, meskipun cukup lama menunggu Chelsea dan Edo namun saat menatap keduanya tuan Bram merasa sangat damai, lantaran melihat meraka bergandengan mesra seolah tidak terjadi apa-apa saat itu. Chelsea menyapa tuan Bram dengan mencium punggung nya dengan hormat, dan di susul oleh Edo yang melakukan hal yang sama. Ia tersenyum begitu ceria untuk menutupi rasa takutnya. "Ay
"Bawa saja kembali ke dapur Bi, saya tidak nafsu makan," ucap Chelsea yang memalingkan tatapannya. "Non, jangan seperti itu, kalau alasan Non malas makan hanya karena seorang pelakor itu, Non akan merasa sangat rugi, karena bagi saya yang seharusnya Non lakukan adalah makan yang banyak, kumpulkan tenaga, untuk melawan pelakor itu lagi, lakukan sesuatu agar dia jera dan memilih pergi dari rumah ini Non, mumpung tuan Edo tidak ada di rumah," bi Inah seolah menjadi kompor untuk membuat Chelsea kembali melakukan sesuatu pada Irish. "Tapi saya tidak seburuk itu Bi, saya tidak mau menyiksa orang," sarkas Chelsea menatap bi Inah. "Dia itu bukan orang Non, bukan manusia! Tapi hewan yang tidak memiliki akal dan hati, mana mungkin manusia bisa memiliki hati seperti dia, tidak tahu malu lagi!" tegas bi Inah merasa ilfil. Chelsea terdiam, apa yang dikatakan oleh bi Inah ada benarnya. Manusia yang memiliki hati dan rasa malu mungkin tidak lah seperti itu, dan saat terdiam dalam keheningan Chel
"Edo, karena semua sudah Ayah bicarakan padamu, kita tutup meeting kita hari ini ya, Ayah juga kebetulan ada janji temu sama dokter Ayah," pamit tuan Bram yang membereskan berkas-berkas. "Baik Ayah, Ayah hati-hati ya," ucap Edo tersenyum lega lantaran akhirnya tuan Bram memutuskan untuk pergi. "Iya, selamat bekerja ya." jawab tuan Bram membalas senyuman Edo. Tuan Bram lebih dekat dengan Edo akhir-akhir ini, lantaran yang ia tahu bahwa Edo sudah menyayangi Chelsea sejak tinggal di rumah baru, dan tuan Bram pun yakin bahwa Edo sudah berubah jauh lebih baik lagi daripada sebelum nya. Setelah memastikan bahwa sang ayah telah pergi meninggalkan kantor, dengan cepat Edo menghampiri ruangan nya, karena ia yakin bahwa Irish ada di sana. Saat Edo menutup ruangan nya dan mengunci dari dalam, Edo terkejut lantaran sesosok tangan seorang wanita yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, dan hal itu ia sadar bahwa yang melakukan nya adalah Irish. "Irish, kenapa kau ada di kantorku tanpa memberi
Tepat jam sembilan pagi, Chelsea keluar dari rumah untuk bertemu dengan Reno, teman lama yang bertemu di sosial media, Chelsea sudah banyak mengobrol pada Reno melalui pesan Messenger, dan baru kali ini ia memberanikan diri bertemu langsung pada Reno yang telah ia anggap sebagai sahabat nya. Hari ini Edo pergi bersama dengan Irish ke tempat yang tidak diketahui oleh Chelsea, tetapi Chelsea mencuri dengar bahwa Edo akan membawa Irish ke luar kota karena ada sesuatu yang ingin ia beli, dan Edo pun tanpa penawaran menuruti permintaan kekasih gelapnya itu. Tibanya di sebuah taman kota, Chelsea dan Reno pun duduk berhadapan dengan senyuman kecil menyeringai, Reno sedikit nya sudah mengetahui tentang prahara rumah tangga Chelsea, ia pun menjadi pendengar disaat Chelsea membutuhkannya. "Jadi suami kamu itu pergi ke luar kota hanya untuk membeli sesuatu untuk kekasih gelapnya?" tanya Reno menatap Chelsea sungguh-sungguh. "Iya, mereka pergi, karena yang kudengar semalam Irish minta dibelik
"Tidak, terima kasih, saya masih punya urusan," tolak Edo dengan muka masam. "Oh, baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Pak. Sukses selalu." pamit Reno melempar senyum. Edo biasa saja menanggapi senyuman Reno, pria yang sudah sukses memenangkan tender yang seharusnya jatuh ke tangannya itu, saat Reno membuka pintu hendak keluar tiba-tiba ia menabrak seorang wanita yang tadinya sedang fokus dengan ponselnya, Reno menangkap binar matanya yang saat itu ia juga tidak sengaja menatapnya. Setelah beberapa saat, Reno pun melepaskan wanita itu saat hendak terjatuh ke lantai, sementara wanita itu juga terlihat kikuk ketika menyadari bahwa tatapan mata pria itu sudah hampir menghipnotis dirinya. "Maaf," ucap Reno padanya. "Oh, seharusnya aku yang meminta maaf, maafkan aku, aku yang terlalu fokus dengan ponsel ku," seru Irish yang berusaha bersikap sebaik mungkin. "Ya sudah kalau begitu, lain kali hati-hati, aku permisi dulu." pamit Reno buru-buru. Irish tak bisa mencegah pria yang tel
Sudah hampir satu jam Chelsea menunggu Edo, namun Edo tak kunjung pulang untuk membantu dirinya mengurus Tasya yang sedang panas tinggi, saat itu Chelsea semakin panik hingga ia memutuskan untuk berhenti berharap. "Sus, tolong ikut saya, kita bawa Tasya ke rumah sakit sekarang!" Chelsea mempersilakan semuanya lalu dengan cepat ia mengambil kunci mobil, bersama dengan baby sitter yang bertugas menjaga Tasya, Chelsea pun keluar rumah seorang diri. Ia mengemudikan mobil dengan perasaan was-was, sebetulnya ia belum terlalu lihai dalam membawa mobil, namun karena keperluan mendadak Chelsea melakukannya sendiri. Kebetulan supir yang bekerja dengan Edo memang hanya sampai sore saja, jika malam ia pulang ke kontrakan, hingga mengharuskan Chelsea untuk melakukannya sendiri, beruntung lah keadaan jalan sangat lengan, karena malam sudah cukup larut. Chelsea memilih rumah sakit yang beroperasi 24 jam, meskipun rumah sakit itu cukup jauh dari rumah, namun Chelsea tetap menempuhnya. Keringat di
15 tahun telah berlaluPelayanan dan kesetiaan Chelsea sama sekali tidak dianggap oleh Edo yang masih menjalin hubungan dengan Irish di belakang tuan Bram. Kini Tasya dan Andika sudah beranjak remaja, usianya pun sudah cukup untuk mengetahui bagaimana kehidupan kedua orangnya selama ini. Jika Chelsea selalu beralasan bahwa ayahnya itu sibuk mencari nafkah ketika mereka masih kecil dulu, kini Chelsea sudah bisa menjelaskan bahwa sebenarnya ayah mereka itu sudah memiliki wanita lain selain ibunya. Meskipun akan merasa sangat kecewa, namun Chelsea tidak bisa menahan semua itu lagi, ia harus mengatakan yang sebenarnya bahwa dirinya tidak bisa bertahan lagi dengan pernikahan nya yang hanya dirinya saja yang berjuang. "Tasya, Andika, kalian sudah dengar semua cerita dari Ibu. Ibu tidak mengarang dan tidak melakukan kebohongan pada kalian, bi Inah masih setia bekerja di sini, sejak kalian kecil sampai saat ini. Dia lah yang mengetahui bagaimana sikap asli ayahmu," ucap Chelsea ketika meng
Chelsea turun dari mobil bersama dengan anak-anak nya yang dibawa ke rumah tuan Bram oleh Edo, keinginan untuk berpisah dari Chelsea itu disetujui oleh Bram dan mereka pun pergi untuk menemui kedua orang tua yang selama ini sudah sangat jarang sekali pergi berkunjung. Kedatangan Edo dan lainnya pun sempat menyorot perhatian tuan Bram dan nyonya Andin yang sedang duduk menikmati suasana pagi yang cerah di ruang keluarga. Tuan Bram dan nyonya Andin kini tinggal berdua saja, lantaran ketiga putri mereka memilih untuk bekerja di luar negri setelah lulus kuliah. Tuan Bram dan nyonya Andin pun menyambut kedatangan mereka dengan antusias, namun sikap nyonya Andin tetap lah sama seperti yang dulu, Chelsea masih tidak ada artinya di mata nyonya Andin, apalagi selama ini diam-diam nyonya Andin sering bertemu dengan Irish di belakang suaminya. "Kedatangan kalian ini sepertinya sangat tidak biasa, tumben kalian ke sini layaknya keluarga yang bahagia," ucap nyonya Andin yang merasa aneh kala itu