Share

Part 6, Membela Chelsea

last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-14 17:38:54

"Halo," ucap Ayah Bram bersuara.

"Halo tuan, tuan... Ini saya ibu Yuli, saya ingin sekali bicara dengan Chelsea, apakah Chelsea ada di sana?" tanya seorang wanita paruh baya dengan suara seraknya.

"Oh ya ampun, ibu besan rupanya, tentu saja Chelsea ada di sini, Bu. Sebentar ya," ucap ayah Bram tersenyum saat mendengar suara ibu Yuli, besannya yang berada di desa.

"Terima kasih banyak, tuan." jawab ibu Yuli dengan sangat senang.

Tuan Bram mengangguk dan menoleh ke arah Chelsea, sekilas Chelsea mendengar sapaan tuan Bram pada penelpon itu, dan tuan Bram meminta Chelsea datang menghampiri dirinya, di saat yang sama nyonya Andin terlihat sangat tidak rela ketika melihat Chelsea tersenyum memenuhi panggilan tuan Bram.

Nyonya Andin menghentakkan salah satu kakinya, karena kesal melihat tuan Bram nampak tersenyum tulus di hadapan Chelsea.

"Chelsea, ini ada ibumu menelpon, dia rindu pada mu," ucap tuan Bram menyodorkan sambungan telepon itu pada Chelsea.

"Terima kasih banyak, Ayah." jawab Chelsea menunduk hormat.

Tuan Bram tersenyum. Ia meninggalkan Chelsea sendiri di sana dan mengajak nyonya Andin ikut bersamanya. Chelsea tersenyum lebar, lantaran tuan Bram memberikan kesempatan untuknya untuk mengobrol secara privasi dengan ibunya.

"Halo ibu," sapa Chelsea saat meletakkan ponsel itu di telinganya.

"Halo Chelsea, bagaimana kabar mu di sana, Nak? Ibu sangat merindukan kamu," ucap Ibu Yuli meneteskan air mata saat mendengar suara merdu putrinya.

"Ibu, Chelsea di sini sangat baik, keluarga mas Edo sangat baik padaku dan aku bahagia di sini, Ibu." jawab Chelsea tersenyum menutupi semua kenyataan yang ada.

Ibu Yuli merasa lega saat itu, mendengar cerita Chelsea bahwa ia sangat bahagia tinggal di sana. Meskipun pada kenyataannya sebenarnya Chelsea sama sekali tidak merasakan kebahagiaan di rumah besar nan mewah itu.

"Chelsea, sudah 2 tahun kamu menikah, apa kamu tidak merindukan Ibu? Apa kamu tidak ingin menemui Ibu di sini?" tanya ibu Yuli ketika sudah panjang lebar mendengar cerita bohong dari Chelsea mengenai kehidupannya.

"Emmm, ibu.. Bukannya tidak mau, tapi ibu tahu sendiri kan kalau mas Edo adalah pengusaha sukses, banyak sekali pekerjaan yang harus dia urus, jadi kami belum ada waktu untuk menjenguk ibu di kampung," ucap Chelsea merasa bersalah saat itu.

"Ya ampun, ibu sampai lupa bahwa kamu menikah dengan orang kaya sukses, ibu tahu pasti suamimu itu sangat sibuk, maafkan ibu ya." jawab ibu Yuli memendam rindu itu seorang diri.

Chelsea tersenyum getir, rasanya ia sangat sedih karena harus menjawab seperti itu pada ibunya, namun Chelsea tidak ada pilihan lain, ia harus tetap berbohong pada ibunya agar tidak mengkhawatirkan dirinya di sana. Saat itu Chelsea sudah tidak bisa lagi merangkai kata, hingga ia memutuskan untuk mengakhiri telpon itu dan mematikannya.

Chelsea menangis sesegukan meninggalkan telpon yang sudah berada di tempatnya itu, ia pergi ke kamar lalu memeluk guling dengan sangat erat.

Saat itu Chelsea merasa sangat lelah, karena harus berbohong pada ibu kandungnya terkait bagaimana kehidupan yang sebenarnya sedang ia jalani. Saat sedang menangisi nasib hidupnya, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Dengan kadar nyonya Andin menghampiri Chelsea dan menarik kasar telinga Chelsea.

"Auuu, sakit Ibu," rintih Chelsea menahan tangan nyonya Andin yang menarik paksa telinganya.

"Sakit ya? Siapa suruh kamu masuk ke kamar ini dan justru tiduran, kamu lupa, kalau saya meminta kamu tadi untuk menyikat kamar mandi!" marah nyonya Andin kesal.

"I-iya Ibu, aku ingat, aku akan lakukan itu Ibu," seru Chelsea masih menahan sakit.

"Kalau begitu, cepat masuk ke kamar mandi, dan lakukan tugasmu. Kamu berada di sini tidak lebih sama seperti halnya dengan pembantu, jadi kamu tidak perlu berharap lebih selain itu." jelas nyonya Andin dengan kemurkaan nya.

Tuan Bram menatap penuh kemarahan pada nyonya Andin saat itu, di luar pintu kamar yang terbuka tuan Bram melihat semua yang dilakukan oleh nyonya Andin terhadap Chelsea. Ia berjalan masuk menghampiri mereka berdua dan menghentikan nyonya Andin.

"Ibunya Edo, apa yang kamu lakukan!" bentak tuan Bram dengan nada tinggi.

Nyonya Andin tersadar, ia lalu melepaskan siksaan yang ia berikan pada Chelsea. Hingga akhirnya Chelsea dapat terlepas dari wanita kejam itu.

"Ayah, sedang apa Ayah di sini?" tanya nyonya Andin menatap tuan Bram.

"Harusnya Ayah yang bertanya demikian, apa yang kamu katakan pada Chelsea. Chelsea ini adalah menantu di rumah ini, bukan pembantu. Jadi Ibu tidak bisa menyamakan Chelsea dengan pembantu, sudah sangat jelas perbedaannya, Ibu. Kenapa kamu tega sekali menyakiti perasaan Chelsea," omel tuan Bram merasa kasihan pada Chelsea.

"Mau bagaimana pun, kita semua tidak menyetujui pernikahan Edo dengan wanita ini, Ayah. Jadi Ayah tidak perlu repot-repot membela wanita ini," ketus nyonya Andin tidak terima.

"Walau bagaimana pun kamu menyiksa Chelsea dan menyamakan Chelsea dengan pembantu, tetap saja Chelsea adalah menantu di rumah ini, jangan kelewat batas Bu, kalau tidak Ayah akan marah besar." jelas tuan Bram mengancam nyonya Andin.

Tuan Bram pergi berlalu, meninggalkan nyonya Andin dan juga Chelsea yang sedang menangis sesegukan, saat itu Chelsea memutuskan untuk ikut meninggalkan kamar dan pergi ke kamar mandi milik nyonya Andin, ia akan membersihkan kamar mandi itu sesuai dengan permintaan nyonya Andin.

***

Malam harinya, sejak kejadian pagi tadi, terlihat nyonya Andin dan tuan Bram tak banyak bicara di meja makan, dan hal itu pun disadari oleh Edo yang memperhatikan kedua orang tuanya.

"Ehem..." Edo menggoda dengan mengeluarkan deheman.

Namun nyonya Andin dan juga tuan Bram sama sekali tidak menggubris, hingga ketiga adik Edo ikut mencari perhatian agar perhatian kedua orang tuanya mengarah pada mereka.

"Kak, ibu dan ayah sepertinya sedang bertengkar," bisik Raras pada Edo.

"Memangnya masalah apa yang membuat mereka harus mengakhiri dengan pertengkaran?" tanya Edo tidak yakin.

"Aku sendiri tidak tahu. Tapi coba saja tanya sama ibu." jawab Raras yang sudah menebak itu.

Edo terdiam dan tatapan matanya fokus pada kedua orang tuanya yang saling diam, dan saat itu Edo tahu harus bertanya pada siapa.

Edo bangkit dari tempat duduknya, ia mencari Chelsea yang saat itu tidak terlihat. Chelsea sendiri masih merasa bersalah kala itu, karena keributan siang tadi terjadi karena dirinya. Ayah mertua yang begitu membela dan juga ibu mertua yang begitu membenci berseteru karena dirinya.

"Chelsea,"

Suara Edo terdengar lirih, kali ini Edo memanggil dengan nada yang dua kali lipat lebih rendah dari pada sebelumnya. Dan hal itu membuat Chelsea tersentuh lantaran Edo tidak membentak-bentak dirinya.

"Ya Mas," ucap Chelsea menghampiri Edo.

"Kenapa kamu duduk di sini seorang diri?" tanya Edo memperhatikan sekitar kolam renang yang senyap dan dingin.

"Aku hanya ingin menenangkan diri saja, memangnya kenapa? Apa makan malam sudah selesai? Kalau sudah, aku akan membereskannya sekarang juga," seru Chelsea hendak pergi, ia tidak ingin melalaikan pekerjaannya itu.

"Belum, keluarga masih menikmati makan malam, hanya aku yang pergi dari meja makan karena suasana di sana sangat berbeda." jawab Edo.

Chelsea menatap Edo, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya itu, suasana yang berbeda? Apakah Edo akan mempertanyakan masalah apa yang terlah terjadi seharian tanpa sepengetahuan dirinya?

Bab terkait

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 7, Pembelaan tuan Bram

    "Ya sudah kalau tidak mau bicara, biar aku pergi untuk melihat apakah mereka sudah selesai makan atau belum," ucap Chelsia hendak pergi meninggalkan Edo."Tunggu!" Suara Edo tertahan bersamaan dengan ia menggenggam pergelangan tangan Chelsia yang hendak pergi meninggalkannya itu. Chelsia menatap Edo dan begitu juga sebaliknya, mereka saling menatap satu sama lain hingga beberapa detik."Apa yang telah terjadi hari ini di rumah?" tanya Edo masih menggenggam pergelangan tangan Chelsia."Apa, memangnya menurutmu apa yang telah terjadi," ucap Chelsia membalas tatapan Edo."Chelsia, jawab aku. Tidak usah berbelit seperti ini, aku serius," seru Edo memaksa Chelsia."Tidak ada sesuatu yang terjadi hari ini, sebagai ibu rumah tangga aku menyelesaikan tugasku dengan baik." jawab Chelsia dengan tenang.Edo lalu melepaskan pergelangan tangan Chelsia, ia yakin dan sadar bahwa jawaban Chelsia itu adalah bohong, ia hanya tidak mau terbuka pada suaminya lantaran sikap dingin dan kasar Edo selama in

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 8, Mencemaskan Chelsea

    Saat itu Edo duduk terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia tersadar bahwa ada Chelsea di dalam kamar mandi. Edo bergegas bangkit lantara jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Chelsea masih tak kunjung keluar dari kamar mandi, hingga membuatnya sedikit cemas dan segera membuka pintu kamar mandi yang rupanya tak terkunci. Saat itu Edo melihat sesuatu yang tidak ia sangka sebelumnya, Chelsea berada di dalam bathtub selama beberapa jam, dan saat itu Chelsea tertidur di dalam rendaman air hangat yang sudah ia atur. Karena terlalu lelah dengan pekerjaan rumah tangga hari ini, membuat Chelsea tidak sadar bahwa dirinya tengah tidur di dalam rendaman air. Namun, Edo menangkap sesuatu yang lain, ia bergegas menghampiri Chelsea karena mencemaskan nya. Ia berpikir bahwa saat itu Chelsea tak sadarkan diri, buru-buru Edo menghampiri dan memanggil Chelsea beberapa kali. "Chelsea, Chel bangun..." panggil Edo menyentuh pipi Chelsea. Saat itu Chelsea masih tak membuka kedua matanya, waja

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 9, Diikuti tuan Bram

    Saat itu Edo berusaha keras memejamkan matanya, namun ia nampak masih sangat gelisah hingga telinga Chelsea dapat mendengar bahwa Edo beberapa kali mengganti posisi tidurnya. Ya, benar saja, Edo nampak gelisah lantaran ada sesuatu yang ia pikirkan saat itu, apa yang diucapkan oleh tuan Bram mengenai tanggung jawabnya sebagai seorang suami mengusik tidur Edo, dan kedua matanya sama sekali tidak mampu terpejam sedetik pun. Chelsea yang merasa terganggu itu akhirnya mengubah posisi tidurnya, dan saat itu memperhatikan Edo yang sedang tengkurap meremas kepalanya. Cahaya di dalam kamar itu hanya diterangi oleh lampu yang ada di balkon, saat itu Edo terkejut melihat Chelsea yang sudah menghadap dirinya dengan kedua mata yang menghunus tajam menatap dirinya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengagetkan aku!" marah Edo dengan detak jantung yang berdegup kencang. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan malam-malam begini Mas? Caramu miring sana, miring sini, pindah sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 10, Malam Pertama

    "Ayo sayang, kita lakukan dengan semangat dan penuh cinta," rancau Edo ketika dirinya hampir saja menyentuh kaki Chelsea. Saat itu Chelsea masih tidak menyadari bahwa suaminya tengah membayangkan dirinya sebagai wanita lain, wanita yang telah ia sewa sebelum ia dalam keadaan mabuk berat. Edo mulai menyentuh tubuh Chelsea hingga sentuhan itu membuat Chelsea tersadar, ia terbangun dan menyadari bahwa suaminya itu sudah ada di atasnya, saat itu Ado tersenyum begitu manis sebelum ia menyatukan bibirnya dengan bibir Chelsea. Chelsea terbelalak mendapatkan sentuhan itu, sentuhan yang tidak pernah diberikan oleh Edo selama dua tahun ini, sentuhan yang seharusnya Chelsea rasakan justeru baru bisa ia rasakan saat pernikahannya genap dua tahun. "Mas, apa-apaan ini, lepaskan aku!" berontak Chelsea saat merasa bingung ketika Edo melakukan itu padanya. "Ayolah sayang, kita habiskan malam ini berdua saja, kita nikmati dengan penuh gairah," rancau Edo yang kala itu telah mengunci tubuh Chelsea

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 11, Menginterogasi Edo

    "Ada apa si, kenapa Ibu kalian membuat keributan di kamar kakak kalian," protes tuan Bram yang merasa risih kala itu. "Tidak tahu Ayah, kesalahan apa lagi yang kakak ipar lakukan sampai membuat Ibu sangat marah," omel Raras yang merasa kesal. "Mungkin karena pagi ini kakak ipar tidak membuatkan sarapan, Kak," bisik Riri. "Kalian semua diam, jangan membuat suasana menjadi semakin ricuh, ada keributan kalian malah bikin suasana semakin ricuh!" marah tuan Bram menatap ketiga putrinya yang sedang membicarakan kakak iparnya itu. Mereka pun bungkam ketika mendengar tuan Bram, tuan Bram sendiri memutuskan untuk mendatangi kamar Edo, dan melihat nyonya Andin sedang menjambak kasar rambut Chelsea. Tuan Bram dengan cepat menghampiri nyonya Andin dan menghentikannya, saat itu tuan Bram melihat Edo masih dalam keadaan bertelanjang dada, tubuhnya hanya dibalut dengan handuk berwarna putih. Saat itu tuan Bram berpikir bahwa Edo dan Chelsea semalam sudah melakukan sesuatu yang sudah seharusny

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 12, Ancaman Untuk Chelsea

    Saat itu Edo terlihat bingung hendak menjawab pertanyaan nyonya Andin yang terlihat sangat tegas menatap dirinya, namun Edo tidak bisa menutupi kebenaran yang sudah terjadi semalam. "Maaf Ibu, aku mengingkari janjiku sendiri," ucap Edo, lirih. "Apa, apa maksud kamu, Edo?" tanya nyonya Andin sedikit bernada tinggi. "Ya, ini aku yang bersalah Ibu, aku telah melakukan sesuatu yang membuat Chelsea kehilangan keperawanannya, tapi aku melakukan itu dalam keadaan tidak sadar Ibu, semalam aku dalam keadaan mabuk berat," sergah Edo yang tidak ingin disalahkan oleh nyonya Andin, dengan membuat alasan agar ia tidak terkena omelan. "Jadi benar, sikap Chelsea yang berubah pagi ini karena kamu? Dan cara Chelsea berjalan dengan sedikit mengangkang itu juga karena ulah kamu? Iya Ado!" marah nyonya Andin mendorong dada bidang Edo. Edo terdiam saat itu, ia mengangguk mengakui semua nya, karena memang di sana, dia lah yang bersalah. Dan pengakuan itu membuat nyonya Andin sangat murka, ia tidak ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 13, Harapan Kecil Di Tengah Ancaman

    Di tengah malam yang dingin, Chelsea tidak bisa memejamkan kedua matanya lagi seperti sebelumnya, kedatangan Edo dan sikapnya yang acuh membuat hati Chelsea luka, rasanya ingin sekali ia marah saat itu, tetapi sadar bahwa jalan yang telah ia pilih adalah jalan terbaik bagi orang tuanya. Chelsea bangkit dari tempat tidur barunya, lalu ia perlahan keluar dari kamar dan duduk di ruang keluarga, ia menuangkan minum di gelas dan meneguk nya. Saat itu Chelsea merenung seorang diri, mengingat kembali ucapan ketiga adik iparnya yang memberikan ancaman padanya. Hal itu juga yang membuat Chelsea merasa takut jika sampai dirinya mengandung anak dari Edo, perlahan Chelsea menatap perutnya yang masih kempes, dan mengelusnya lembut. Ada keinginan besar di hati Chelsea untuk bisa merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu. Mengandung, melahirkan, dan menyusui putra putri yang lahir dari rahimnya sendiri. Namun keinginan itu harus dikubur dalam oleh Chelsea karena keluarga suaminya tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 14, Kegaduhan Di Pagi Hari

    "Nona, itu suara nyonya," ucap salah satu asisten rumah tangga yang menatap Chelsea. "Ya, aku tahu itu, ada apa ya?" sahut Chelsea bertanya-tanya. "Entah lah, mungkin dia membutuhkan bantuan, atau sengaja membuat kegaduhan seperti yang dia lakukan setiap pagi," seru lainnya yang sudah paham sekali dengan nyonya Andin. "Sssst, seberapa buruknya nyonya Andin, itu adalah nyonya kalian, kalian tidak boleh mengatakan sesuatu yang jika beliau dengar, itu akan membahayakan kalian. Lanjut kan pekerjaan kalian ya, aku akan datang ke sana." jelas Chelsea yang memberikan peringatan pada para asisten rumah tangga nya itu. Mereka menganggukkan kepala secara bersamaan, lalu setelah itu mereka pun terlihat mulai sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka masing-masing, sementara Chelsea hampir tiba di pintu kamar nyonya Andin, Chelsea dikejutkan dengan suara teriakan nyonya Andin yang lagi-lagi membuat Chelsea harus buru-buru datang. "Ya Bu, ini aku datang," ucap Chelsea membuka pintu kamar. "K

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07

Bab terbaru

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 103, Chelsea dan Reno Akhirnya Menikah (Tamat)

    Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 102, Doa dan Harapan Semuanya

    Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 101, Kesadaran Nyonya Andin

    2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 100, Aksi Nekat Chelsea

    "Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 99, Rencana Gila Edo

    "Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 98, Menyekap Chelsea

    Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 97, Akad Pernikahan

    "Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 96, Mengantar Kartu Undangan

    "Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 95, Melamar Chelsea

    "B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita

DMCA.com Protection Status