"Ya sudah kalau tidak mau bicara, biar aku pergi untuk melihat apakah mereka sudah selesai makan atau belum," ucap Chelsia hendak pergi meninggalkan Edo.
"Tunggu!"Suara Edo tertahan bersamaan dengan ia menggenggam pergelangan tangan Chelsia yang hendak pergi meninggalkannya itu. Chelsia menatap Edo dan begitu juga sebaliknya, mereka saling menatap satu sama lain hingga beberapa detik."Apa yang telah terjadi hari ini di rumah?" tanya Edo masih menggenggam pergelangan tangan Chelsia."Apa, memangnya menurutmu apa yang telah terjadi," ucap Chelsia membalas tatapan Edo."Chelsia, jawab aku. Tidak usah berbelit seperti ini, aku serius," seru Edo memaksa Chelsia."Tidak ada sesuatu yang terjadi hari ini, sebagai ibu rumah tangga aku menyelesaikan tugasku dengan baik." jawab Chelsia dengan tenang.Edo lalu melepaskan pergelangan tangan Chelsia, ia yakin dan sadar bahwa jawaban Chelsia itu adalah bohong, ia hanya tidak mau terbuka pada suaminya lantaran sikap dingin dan kasar Edo selama ini padanya, apalagi Edo sangat tidak senang ketika Chelsia menyebut kekurangan keluarganya, padahal apa yang dikatakan oleh Chelsia tidak di tambah dan tidak juga di kurangi, ia mengatakan sesuai dengan apa yang mereka lakukan.Saat itu Chelsia berlalu pergi meninggalkan Edo dengan rasa penasaran yang masih belum terjawab, ia yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang membuat Chelsia menjadi murung dan tidak banyak suara.Saat itu Edo sedang terdiam dalam penasaran, tuan Bram datang menemui Edo dan menyapanya, saat itu Edo terkejut lalu menoleh ke arah ayahnya."Ayah, kenapa Ayah ada di sini, udara sangat dingin, Ayah," ucap Edo menyentuh kedua bahu ayahnya."Tidak apa-apa, ini hal biasa. Edo, apa kau penasaran dengan sikap Chelsia malam ini?" tanya tuan Bram mencoba untuk membaca apa yang dipikirkan oleh oleh putranya."Ya Ayah, memangnya apa yang telah terjadi. Sepanjang aku pulang, Chelsia sama sekali tak menampakkan senyumannya, bahkan yang biasanya dia sangat semangat dalam menyambut makan malam, meskipun dia tidak ikut makan bersama di meja, dia lah yang meramaikannya, ada apa, Ayah?" tanya Edo dengan sekelumit pertanyaan di hatinya."Saat beberapa jam saja Chelsia diam dan tak menyapamu, kau terlihat sekali bingung dan tidak tahu harus melakukan apa, bagaimana dengan sikapmu selama 2 tahun ini pada Chelsia, Edo? Kau selalu pergi dan pulang dalam keadaan dingin seperti beruang kutub utara, bahkan Ayah sendiri ragu, apakah selama 2 tahun kamu menikah dengan Chelsia, kau tidak pernah menyentuh dirinya? Hingga sampai sekarang Chelsia tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilannya," seru tuan Bram duduk di kursi dan membiarkan Edo berpikir."A-ayah, kenapa Ayah berpikir seperti itu?" Edo menatap ayahnya dan ikut duduk di sampingnya."Aku melakukan tugasku Ayah, aku melakukan kewajiban ku sebagai seorang suami. Ya, meskipun aku tidak melakukan itu setiap waktu," sambung Edo menutupi kebenaran yang terjadi dalam pernikahannya di ranjang."Apapun itu, Ayah tidak mau ikut campur terlalu dalam Edo, pernikahan mu adalah tanggung jawab mu, Ayah hanya mencoba untuk memberikan nasehat, kalau kau mu mendengarnya." jelas tuan Bram yang tak bisa bersuara lebih banyak lagi.Tuan Bram pun menjelaskan apa yang telah terjadi hari itu pada Edo, bagaimana sikap nyonya Andin terhadap Chelsia hingga membuat tuan Bram dan nyonya Andin bertengkar, lantaran berbeda pendapat dalam menilai Chelsia.Saat itu Edo terdiam mendengarkan, ia akhirnya tahu apa yang telah terjadi pada Chelsia, saat itu Edo tidak bersuara, tuan Bram yang terlihat sekali membela Chelsia membuat Edo justru terlihat kesal, karena tuan Bram nampak sekali menyudutkan nyonya Andin, wanita pertama yang telah membuat Edo jatuh cinta, entah mengapa Edo sangat kesal ketika sang ibunda dinilai buruk oleh ayahnya.Melihat wajah Edo yabg sudah berubah, membuat tuan Bram akhirnya menghentikan pembicaraan, ia tidak lagi melanjutkan pembicaraan karena tahu bahwa Edo memang sangat mencintai ibunya."Kau boleh mencintai dan membela ibumu, tapi ketika dia bersalah dengan menyia-nyiakan istrimu, atau berbuat kasar pada istrimu, Ayah akan maju untuk membela menantu Ayah!" tegas tuan Bram bangkit dan menatap tajam ke arah Edo.Tuan Bram melenggang pergi meninggalkan Edo, kalimat yang begitu membela itu didengar oleh Edo dengan begitu jelas, kedua tangan Edo mengepal dan menatap tajam ke arah kolam yang begitu sangat tenang itu."Jika terus-terusan begini, Ayah dan ibu tidak akan sependapat dan sesikap mengenai Chelsia, bisa-bisa akan muncul masalah dan masalah baru." ungkap Edo berpikir demikian.Edo pun bangkit dan meninggalkan tempat itu, suasana sudah terlihat sepi, penduduk rumah sudah masuk ke kamar mereka masing-masing. Tinggal lah Chelsia yang masih sibuk ke sana ke mari mengambil piring kotor dan membersihkan meja.Chelsia nampak dengan cepat menyelesaikan kesibukannya, meskipun terlihat beberapa kali Chelsia menyeka air mata yang jatuh di kedua pelupuk matanya.Melihat Chelsia menangis bukan membuat Edo merasa kasihan, ia justru kesal lantaran menganggap bahwa Chelsia adalah wanita yang begitu lemah, Edo membuka pintu kamarnya dan masuk untuk istirahat.Sementara Chelsia masih sibuk sendiri membersihkan piring-piring kotor dan menyimpannya dalam keadaan bersih, beberapa saat kemudian, Chelsia sudah menyelesaikan tugasnya. Ia meletakkan celemek yang ia pakai dan kemudian ia mematikan semua lampu yang tak terpakai.Agar pengeluaran listrik bulanan tidak begitu besar, Chelsia menerapkan itu sejak masuk ke rumah besar dan mewah itu.Ceklek!! Sebuah pintu terbuka, Chelsia masuk ke kamar hendak mandi, membersihkan dirinya lalu kemudian tidur."Suasana sangat panas sekali, ada baiknya aku berendam sejenak, aku ingin sekali berendam." ungap Chelsia menutup pintu kamar.Chelsia tidak sadar bahwa Edo sudah berada di kamar sejak tadi, dan saat itu Chelsia terdiam saat melihat Edo sedang duduk bersandar di kepala ranjang, Edo mengingat kembali apa yang dikatakan oleh tuan Bram beberapa menit yang lalu mengenai Chelsia.Tentang bagaimana hubungannya dengan Chelsia dia atas ranjang, hingga membuat Chelsia tidak hamil sampai sekarang. Lalu ingatan juga tiba-tiba muncul kalimat tuan Bram, bagaimana tuan Bram begitu membela Chelsia hingga membuat Edo geram.'Mengapa ayah bisa begitu membela wanita itu, padahal dia bukan lah bidadari berhati malaikat, dia adalah wanita biasa yang sungguh menyebalkan, tidak punya kegiatan selain menjadi ibu rumah tangga.' batin Edo menatap kesal.Saat mendapatkan tatapan berbeda dari Edo dari sebelum ia ditemui oleh tuan Bram, membuat Chelsia berpikir sejenak. Namun karena tidak ingin berlama-lama duduk terpaku, akhirnya Chelsia memutuskan untuk melanjutkan niatnya.Ia meraih handuk dan masuk ke kamar mandi, Chelsia meneteskan sabun beraroma mawar di bathtub, lalu mengisinya dengan air yang sedikit hangat, Sambil menunggu, Chelsia melepaskan pakaiannya lalu masuk ke dalam bathtub tersebut sampai tertutup dengan air busa beraroma mawar itu, Chelsia meluruskan kedua kakinya dan tersenyum bermain air busa di dalam kamar mandi.Saat itu Edo duduk terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia tersadar bahwa ada Chelsea di dalam kamar mandi. Edo bergegas bangkit lantara jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Chelsea masih tak kunjung keluar dari kamar mandi, hingga membuatnya sedikit cemas dan segera membuka pintu kamar mandi yang rupanya tak terkunci. Saat itu Edo melihat sesuatu yang tidak ia sangka sebelumnya, Chelsea berada di dalam bathtub selama beberapa jam, dan saat itu Chelsea tertidur di dalam rendaman air hangat yang sudah ia atur. Karena terlalu lelah dengan pekerjaan rumah tangga hari ini, membuat Chelsea tidak sadar bahwa dirinya tengah tidur di dalam rendaman air. Namun, Edo menangkap sesuatu yang lain, ia bergegas menghampiri Chelsea karena mencemaskan nya. Ia berpikir bahwa saat itu Chelsea tak sadarkan diri, buru-buru Edo menghampiri dan memanggil Chelsea beberapa kali. "Chelsea, Chel bangun..." panggil Edo menyentuh pipi Chelsea. Saat itu Chelsea masih tak membuka kedua matanya, waja
Saat itu Edo berusaha keras memejamkan matanya, namun ia nampak masih sangat gelisah hingga telinga Chelsea dapat mendengar bahwa Edo beberapa kali mengganti posisi tidurnya. Ya, benar saja, Edo nampak gelisah lantaran ada sesuatu yang ia pikirkan saat itu, apa yang diucapkan oleh tuan Bram mengenai tanggung jawabnya sebagai seorang suami mengusik tidur Edo, dan kedua matanya sama sekali tidak mampu terpejam sedetik pun. Chelsea yang merasa terganggu itu akhirnya mengubah posisi tidurnya, dan saat itu memperhatikan Edo yang sedang tengkurap meremas kepalanya. Cahaya di dalam kamar itu hanya diterangi oleh lampu yang ada di balkon, saat itu Edo terkejut melihat Chelsea yang sudah menghadap dirinya dengan kedua mata yang menghunus tajam menatap dirinya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengagetkan aku!" marah Edo dengan detak jantung yang berdegup kencang. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan malam-malam begini Mas? Caramu miring sana, miring sini, pindah sa
"Ayo sayang, kita lakukan dengan semangat dan penuh cinta," rancau Edo ketika dirinya hampir saja menyentuh kaki Chelsea. Saat itu Chelsea masih tidak menyadari bahwa suaminya tengah membayangkan dirinya sebagai wanita lain, wanita yang telah ia sewa sebelum ia dalam keadaan mabuk berat. Edo mulai menyentuh tubuh Chelsea hingga sentuhan itu membuat Chelsea tersadar, ia terbangun dan menyadari bahwa suaminya itu sudah ada di atasnya, saat itu Ado tersenyum begitu manis sebelum ia menyatukan bibirnya dengan bibir Chelsea. Chelsea terbelalak mendapatkan sentuhan itu, sentuhan yang tidak pernah diberikan oleh Edo selama dua tahun ini, sentuhan yang seharusnya Chelsea rasakan justeru baru bisa ia rasakan saat pernikahannya genap dua tahun. "Mas, apa-apaan ini, lepaskan aku!" berontak Chelsea saat merasa bingung ketika Edo melakukan itu padanya. "Ayolah sayang, kita habiskan malam ini berdua saja, kita nikmati dengan penuh gairah," rancau Edo yang kala itu telah mengunci tubuh Chelsea
"Ada apa si, kenapa Ibu kalian membuat keributan di kamar kakak kalian," protes tuan Bram yang merasa risih kala itu. "Tidak tahu Ayah, kesalahan apa lagi yang kakak ipar lakukan sampai membuat Ibu sangat marah," omel Raras yang merasa kesal. "Mungkin karena pagi ini kakak ipar tidak membuatkan sarapan, Kak," bisik Riri. "Kalian semua diam, jangan membuat suasana menjadi semakin ricuh, ada keributan kalian malah bikin suasana semakin ricuh!" marah tuan Bram menatap ketiga putrinya yang sedang membicarakan kakak iparnya itu. Mereka pun bungkam ketika mendengar tuan Bram, tuan Bram sendiri memutuskan untuk mendatangi kamar Edo, dan melihat nyonya Andin sedang menjambak kasar rambut Chelsea. Tuan Bram dengan cepat menghampiri nyonya Andin dan menghentikannya, saat itu tuan Bram melihat Edo masih dalam keadaan bertelanjang dada, tubuhnya hanya dibalut dengan handuk berwarna putih. Saat itu tuan Bram berpikir bahwa Edo dan Chelsea semalam sudah melakukan sesuatu yang sudah seharusny
Saat itu Edo terlihat bingung hendak menjawab pertanyaan nyonya Andin yang terlihat sangat tegas menatap dirinya, namun Edo tidak bisa menutupi kebenaran yang sudah terjadi semalam. "Maaf Ibu, aku mengingkari janjiku sendiri," ucap Edo, lirih. "Apa, apa maksud kamu, Edo?" tanya nyonya Andin sedikit bernada tinggi. "Ya, ini aku yang bersalah Ibu, aku telah melakukan sesuatu yang membuat Chelsea kehilangan keperawanannya, tapi aku melakukan itu dalam keadaan tidak sadar Ibu, semalam aku dalam keadaan mabuk berat," sergah Edo yang tidak ingin disalahkan oleh nyonya Andin, dengan membuat alasan agar ia tidak terkena omelan. "Jadi benar, sikap Chelsea yang berubah pagi ini karena kamu? Dan cara Chelsea berjalan dengan sedikit mengangkang itu juga karena ulah kamu? Iya Ado!" marah nyonya Andin mendorong dada bidang Edo. Edo terdiam saat itu, ia mengangguk mengakui semua nya, karena memang di sana, dia lah yang bersalah. Dan pengakuan itu membuat nyonya Andin sangat murka, ia tidak ter
Di tengah malam yang dingin, Chelsea tidak bisa memejamkan kedua matanya lagi seperti sebelumnya, kedatangan Edo dan sikapnya yang acuh membuat hati Chelsea luka, rasanya ingin sekali ia marah saat itu, tetapi sadar bahwa jalan yang telah ia pilih adalah jalan terbaik bagi orang tuanya. Chelsea bangkit dari tempat tidur barunya, lalu ia perlahan keluar dari kamar dan duduk di ruang keluarga, ia menuangkan minum di gelas dan meneguk nya. Saat itu Chelsea merenung seorang diri, mengingat kembali ucapan ketiga adik iparnya yang memberikan ancaman padanya. Hal itu juga yang membuat Chelsea merasa takut jika sampai dirinya mengandung anak dari Edo, perlahan Chelsea menatap perutnya yang masih kempes, dan mengelusnya lembut. Ada keinginan besar di hati Chelsea untuk bisa merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu. Mengandung, melahirkan, dan menyusui putra putri yang lahir dari rahimnya sendiri. Namun keinginan itu harus dikubur dalam oleh Chelsea karena keluarga suaminya tidak men
"Nona, itu suara nyonya," ucap salah satu asisten rumah tangga yang menatap Chelsea. "Ya, aku tahu itu, ada apa ya?" sahut Chelsea bertanya-tanya. "Entah lah, mungkin dia membutuhkan bantuan, atau sengaja membuat kegaduhan seperti yang dia lakukan setiap pagi," seru lainnya yang sudah paham sekali dengan nyonya Andin. "Sssst, seberapa buruknya nyonya Andin, itu adalah nyonya kalian, kalian tidak boleh mengatakan sesuatu yang jika beliau dengar, itu akan membahayakan kalian. Lanjut kan pekerjaan kalian ya, aku akan datang ke sana." jelas Chelsea yang memberikan peringatan pada para asisten rumah tangga nya itu. Mereka menganggukkan kepala secara bersamaan, lalu setelah itu mereka pun terlihat mulai sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka masing-masing, sementara Chelsea hampir tiba di pintu kamar nyonya Andin, Chelsea dikejutkan dengan suara teriakan nyonya Andin yang lagi-lagi membuat Chelsea harus buru-buru datang. "Ya Bu, ini aku datang," ucap Chelsea membuka pintu kamar. "K
1 bulan kemudianChelsea merasa aneh dengan dirinya sendiri, entah mengapa pagi itu ia merasa sangat kelelahan, padahal belum ada satu pekerjaan pun yang ia kerjakan untuk kesibukan paginya, namun ia merasa bahwa tubuhnya sangat lelah sekali. Bahkan hendak bangun dari tidurnya pun ia sangat malas, hingga akhirnya Chelsea memutuskan untuk kembali memejamkan matanya. Sampai akhirnya Edo tersadar bahwa hari itu ia kesiangan, dan ia terkejut karena tidak dibangunkan oleh Chelsea yang ternyata juga sedang tertidur di bawah ranjang nya. "Astaga, jadi dia juga kesiangan? Ya ampun, gimana ini." ungkap Edo yang merasa sangat bingung saat itu. Dengan cepat Edo menyingkirkan selimut yang semalaman telah menghangatkan tubuhnya, dan ia mendekati Chelsea untuk membangunnya. Saat mendengar suara yang tidak asing di telinga Chelsea, saat itu Chelsea segera membuka mata dan Edo pun memberi tahukan padanya bahwa ini sudah pukul tujuh pagi, Chelsea terkejut bukan main, karena niatnya untuk merebahka
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita