"Chelsea, apa semalam Edo meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki semua kesalahan dan kelakuannya pada mu?" tanya tuan Bram yang menghampiri Chelsea saat sedang menyiapkan sarapan di dapur. Chelsea tersenyum mendengar pertanyaan itu, mana mungkin Edo nya akan melakukan hal yang akan merendahkan dirinya itu, namun karena Chelsea tidak mau jika sampai tuan Bram cemas, akhirnya Chelsea harus terpaksa berbohong padanya. "Iya Ayah, mas Edo sudah meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki semuanya," ucap Chelsea melempar senyum. "Apa kamu tidak berbohong, Chelsea?" tanya tuan Bram memastikan. "Tidak Ayah, untuk apa Chelsea berbohong. Ayah, jangan terlalu cemas, Ayah punya darah tinggi, kalau bisa jangan terlalu banyak pikiran, jangan cemaskan semuanya ya, Yah." jawab Chelsea yang justru merasa kasihan pada sang ayah mertua. Tuan Bram melempar senyum, ia sangat senang ketika mendapatkan perhatian seperti itu dari menantunya, selama ini nyonya Andin terlihat sangat sibuk dengan urusan
"Ada apa si sayang, kenapa wajah kamu terlihat sangat kesal?" tanya Irish yang sudah berhadapan dengan kekasih pujaannya itu. "Aku sangat kesal sekali di rumah, ada saja drama yang membuat aku tidak betah tinggal di sana, ingin rasanya aku pergi jauh dan tinggal seorang diri saja," omel Edo dengan tatapan kekesalan. "Memangnya kamu lagi menghadapi masalah apa si sayang?" Irish menanggapi dengan santai dan penuh perhatian. Edo pun mengeluhkan keadaan rumah tangganya bersama dengan Chelsea, dan saat itu Irish mendengarkan nya dengan santai, sebagai selingkuhan, Irish juga bisa menjadi teman baik di saat Edi mengeluh dengan rumah tangga nya. Saat itu tiba-tiba muncul ide yang akan Irish sampaikan secara langsung pada Edo, karena baginya ide tersebut sangat lah bagus dan tepat di saat itu. "Mas, kamu lagi pura-pura baik kan sama Chelsea? kamu lagi pura-pura bersikap manis dengannya, kan? Bagaimana kalau kamu ambil kesempatan ini untuk tinggal berdua saja dengan Chelsea, dengan begitu
"Apa sebelumnya kamu sudah membicarakan ini pada Chelsea, Edo?" tanya tuan Bram. "Belum Ayah, tapi aku yakin Chelsea akan setuju," ucap Edo melempar senyum, berusaha untuk meyakinkan santai ayah yang terlihat ragu. "Ya sudah kalau menurut kamu Chelsea akan menerima dengan hati senang, Ayah tidak bisa menghalangi." jawab tuan Bram pasrah. Edo melempar senyum, saat itu ia pamit untuk segera membicarakan hal ini pada Chelsea secara langsung, dan ia tidak mau jika sampai Chelsea menolak keinginan nya itu. Kedatangan Edo di dalam kamar, membuat Chelsea sedikit terkejut, apalagi saat itu Edo menyampaikan bahwa ia akan bicara serius padanya, dan hal itu membuat Chelsea harus meminta para baby sitter yang menjaga ajak-anak untuk keluar sementara, setelah di dalam kamar hanya ada mereka berdua, Edo pun mendekati Chelsea. "Ada apa Mas, kamu mau bicara apa sama aku?" tanya Chelsea penasaran. "Chelsea, aku ingin kita pindah dari rumah ini, dan aku mau kamu sama sekali tidak merasa keberata
Chelsea dan Edo sudah siap untuk pergi meninggalkan rumah kediaman orang tuanya, saat itu Chelsea yakin bahwa Edo akan memperlakukan dirinya dan anaknya dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya, dan ia yakin bahwa ketika tidak banyak orang yang ikut bicara rumah tangga nya dengan Edo akan semakin baik. Wajah Chelsea penuh harap, ketika berpamitan pada kedua mertuanya, bahwa mereka akan memberikan restu saat dirinya dan Edo hendak pergi, senyum tulus penuh restu pun diberikan oleh tuan Bram yang sejak awal setuju saat Edo meminta untuk tinggal berdua saja dengan Chelsea dan anak-anak. "Ayah, kami pamit dulu ya," ucap Edo melempar senyum pada tuan Bram. "Iya Edo, pergilah untuk membina rumah tangga mu yang baru bersama Chelsea dan anak-anak tanpa ada ikut campur dari ayah dan ibumu," seru tuan Bram memberikan restu. "Ya Ayah, terima kasih banyak sudah memberikan kepercayaan pada kami berdua." jawab Edo membalas senyuman ayahnya. ***Rumah baru yang tempatnya cukup jauh dari kedia
Irish mendekati Chelsea, entah mengapa ia sakit hati dengan ucapan Chelsea dan hendak memberikannya pelajaran, saat itu Irish mengangkat tangannya seraya ingin melayangkan sebuah tamparan tepat di pipi Chelsea, namun rupanya hal itu disadari oleh Chelsea dan ia bisa menangkisnya dengan mudah. Chelsea memelintir pergelangan tangan Irish hingga membuatnya merasa kesakitan, wajahnya pucat pasi lantaran harus menanggung malu karena Chelsea tidak semudah itu untuk ia jatuhkan, sementara Chelsea sendiri terlihat sangat berani melakukan hal tersebut pada selingkuhan suaminya itu. "Lepaskan aku, lepaskan tangan ku!" maki Irish yang merasa kesakitan. "Apa kau merasakan sakit? Ini belum seberapa sakit dari pada perbuatan mu itu, Irish. Kau dengan berani mengambil ayah dari anak-anak ku, dan itu jauh lebih menyakitkan dari ini," ucap Chelsea masih memelintir tangan Irish. "Itu bukan salah ku dan mas Edo, salah mu sebagai istri tidak bisa mengurus suami, lebih baik kau sadar diri, Chelsea!" m
"Cukup Chelsea, aku tidak mau lagi mendengar ucapan dan keluhan kamu itu, karena terus terang saja, mau seberapa pun kau berusaha, tapi tetap saja kau bukan lah wanita yang aku suka, aku sama sekali tidak pernah berniat untuk membuka hatiku, apalagi sekarang ini kamu sudah tidak sama sekali menarik, kau sudah memiliki dua orang anak, dan tentunya semua perhatian akan tertuju pada mereka berdua, jadi sekarang lebih baik kau fokus saja dengan Tasya dan Dinda," ucap Edo menatap penuh kebencian. "Apa tidak ada sedikit saja kesempatan yang bisa kamu berikan untukku Mas?" pinta Chelsea masih berharap. "Tidak Chelsea, aku sama sekali tidak memberikan kesempatan apapun padamu, tujuan ku mengajak mu pindah ke sini karena aku muak dengan semua peraturan yang diberikan ayah padaku, jadi setelah aku bebas, aku ingin fokus pada diriku dan cintaku, dan cintaku itu bukan kamu, tapi Irish." jelas Edo tegas. Edo melenggang pergi seolah ucapannya sama sekali tidak menyakiti hati isterinya, dan saat
Di sebuah salon yang cukup terkenal, berdiri Chelsea seorang diri setelah diantarkan oleh supir pribadi milik tuan Bram, saat itu Chelsea tersenyum ragu apakah keputusan yang ia pilih itu adalah keputusan yang sudah tepat? Suara dering ponsel cukup mengejutkan Chelsea saat itu, ia langsung meraih ponselnya lalu mengangkat telpon tersebut. "Ya Ayah," sapa Chelsea ketika telponnya terhubung pada tuan Bram. "Chelsea, bagaimana dengan salon yang Ayah pilih? Apa kau menyukainya?" tanya tuan Bram penasaran. "Aku baru saja tiba Ayah, dan aku masih berdiri di depan salon, tiba-tiba nyaliku ciut Ayah, apa aku pantas melakukan hal ini," lirih Chelsea tidak percaya diri. "Tentu saja pantas Chelsea, kenapa tidak. Semua wanita berhak melakukan perawatan, termasuk dirimu, sekarang lebih baik kau segera masuk, dan lakukan perawatan apa saja yang kau perlukan, bila perlu habiskan uang yang Ayah berikan padamu, nanti soal belanjaan bulanan biar Ayah yang tanggung." jelas tuan Bram meminta Chelsea
"Dasar payah, kenapa si wanita itu tidak memilih untuk berpisah saja dan kembali ke kampung nya, kenapa justru terus saja berusaha untuk menaklukkan hatiku, padahal sudah ku katakan kalau sampai kapan pun aku tidak akan mencintainya, aku sudah selingkuh tadi dia masih saja berusaha, dasar wanita payah!" Edo terus saja menggerutu dan kesal pada nasib rumah tangga nya, rupanya dengan selingkuh tidak membuat Chelsea memilih untuk pergi, Edo pun seketika memiliki ide baru yang lebih ekstrim lagi dari yang ia lakukan, ia bergegas menghubungi Irish dan mengajaknya mengidap di rumahnya bersama dengan Chelsea. Karena tujuan Irish ingin merebut Edo dari tangan Chelsea, tentu saja ajakan itu tidak ditolak oleh Irish. Tak lama kemudian sebuah koper sudah disiapkan oleh Irish, ia akan membawa koper tersebut ke rumah Edo untuk menginap di rumahnya dalam beberapa hari ke depan, Irish pun tidak lupa mempercantik dirinya agar tidak kalah saing dengan Chelsea yang ia sudah tahu, bahwasanya Chelsea b
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita