"Ada apa si sayang, kenapa wajah kamu terlihat sangat kesal?" tanya Irish yang sudah berhadapan dengan kekasih pujaannya itu. "Aku sangat kesal sekali di rumah, ada saja drama yang membuat aku tidak betah tinggal di sana, ingin rasanya aku pergi jauh dan tinggal seorang diri saja," omel Edo dengan tatapan kekesalan. "Memangnya kamu lagi menghadapi masalah apa si sayang?" Irish menanggapi dengan santai dan penuh perhatian. Edo pun mengeluhkan keadaan rumah tangganya bersama dengan Chelsea, dan saat itu Irish mendengarkan nya dengan santai, sebagai selingkuhan, Irish juga bisa menjadi teman baik di saat Edi mengeluh dengan rumah tangga nya. Saat itu tiba-tiba muncul ide yang akan Irish sampaikan secara langsung pada Edo, karena baginya ide tersebut sangat lah bagus dan tepat di saat itu. "Mas, kamu lagi pura-pura baik kan sama Chelsea? kamu lagi pura-pura bersikap manis dengannya, kan? Bagaimana kalau kamu ambil kesempatan ini untuk tinggal berdua saja dengan Chelsea, dengan begitu
"Apa sebelumnya kamu sudah membicarakan ini pada Chelsea, Edo?" tanya tuan Bram. "Belum Ayah, tapi aku yakin Chelsea akan setuju," ucap Edo melempar senyum, berusaha untuk meyakinkan santai ayah yang terlihat ragu. "Ya sudah kalau menurut kamu Chelsea akan menerima dengan hati senang, Ayah tidak bisa menghalangi." jawab tuan Bram pasrah. Edo melempar senyum, saat itu ia pamit untuk segera membicarakan hal ini pada Chelsea secara langsung, dan ia tidak mau jika sampai Chelsea menolak keinginan nya itu. Kedatangan Edo di dalam kamar, membuat Chelsea sedikit terkejut, apalagi saat itu Edo menyampaikan bahwa ia akan bicara serius padanya, dan hal itu membuat Chelsea harus meminta para baby sitter yang menjaga ajak-anak untuk keluar sementara, setelah di dalam kamar hanya ada mereka berdua, Edo pun mendekati Chelsea. "Ada apa Mas, kamu mau bicara apa sama aku?" tanya Chelsea penasaran. "Chelsea, aku ingin kita pindah dari rumah ini, dan aku mau kamu sama sekali tidak merasa keberata
Chelsea dan Edo sudah siap untuk pergi meninggalkan rumah kediaman orang tuanya, saat itu Chelsea yakin bahwa Edo akan memperlakukan dirinya dan anaknya dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya, dan ia yakin bahwa ketika tidak banyak orang yang ikut bicara rumah tangga nya dengan Edo akan semakin baik. Wajah Chelsea penuh harap, ketika berpamitan pada kedua mertuanya, bahwa mereka akan memberikan restu saat dirinya dan Edo hendak pergi, senyum tulus penuh restu pun diberikan oleh tuan Bram yang sejak awal setuju saat Edo meminta untuk tinggal berdua saja dengan Chelsea dan anak-anak. "Ayah, kami pamit dulu ya," ucap Edo melempar senyum pada tuan Bram. "Iya Edo, pergilah untuk membina rumah tangga mu yang baru bersama Chelsea dan anak-anak tanpa ada ikut campur dari ayah dan ibumu," seru tuan Bram memberikan restu. "Ya Ayah, terima kasih banyak sudah memberikan kepercayaan pada kami berdua." jawab Edo membalas senyuman ayahnya. ***Rumah baru yang tempatnya cukup jauh dari kedia
Irish mendekati Chelsea, entah mengapa ia sakit hati dengan ucapan Chelsea dan hendak memberikannya pelajaran, saat itu Irish mengangkat tangannya seraya ingin melayangkan sebuah tamparan tepat di pipi Chelsea, namun rupanya hal itu disadari oleh Chelsea dan ia bisa menangkisnya dengan mudah. Chelsea memelintir pergelangan tangan Irish hingga membuatnya merasa kesakitan, wajahnya pucat pasi lantaran harus menanggung malu karena Chelsea tidak semudah itu untuk ia jatuhkan, sementara Chelsea sendiri terlihat sangat berani melakukan hal tersebut pada selingkuhan suaminya itu. "Lepaskan aku, lepaskan tangan ku!" maki Irish yang merasa kesakitan. "Apa kau merasakan sakit? Ini belum seberapa sakit dari pada perbuatan mu itu, Irish. Kau dengan berani mengambil ayah dari anak-anak ku, dan itu jauh lebih menyakitkan dari ini," ucap Chelsea masih memelintir tangan Irish. "Itu bukan salah ku dan mas Edo, salah mu sebagai istri tidak bisa mengurus suami, lebih baik kau sadar diri, Chelsea!" m
"Cukup Chelsea, aku tidak mau lagi mendengar ucapan dan keluhan kamu itu, karena terus terang saja, mau seberapa pun kau berusaha, tapi tetap saja kau bukan lah wanita yang aku suka, aku sama sekali tidak pernah berniat untuk membuka hatiku, apalagi sekarang ini kamu sudah tidak sama sekali menarik, kau sudah memiliki dua orang anak, dan tentunya semua perhatian akan tertuju pada mereka berdua, jadi sekarang lebih baik kau fokus saja dengan Tasya dan Dinda," ucap Edo menatap penuh kebencian. "Apa tidak ada sedikit saja kesempatan yang bisa kamu berikan untukku Mas?" pinta Chelsea masih berharap. "Tidak Chelsea, aku sama sekali tidak memberikan kesempatan apapun padamu, tujuan ku mengajak mu pindah ke sini karena aku muak dengan semua peraturan yang diberikan ayah padaku, jadi setelah aku bebas, aku ingin fokus pada diriku dan cintaku, dan cintaku itu bukan kamu, tapi Irish." jelas Edo tegas. Edo melenggang pergi seolah ucapannya sama sekali tidak menyakiti hati isterinya, dan saat
Di sebuah salon yang cukup terkenal, berdiri Chelsea seorang diri setelah diantarkan oleh supir pribadi milik tuan Bram, saat itu Chelsea tersenyum ragu apakah keputusan yang ia pilih itu adalah keputusan yang sudah tepat? Suara dering ponsel cukup mengejutkan Chelsea saat itu, ia langsung meraih ponselnya lalu mengangkat telpon tersebut. "Ya Ayah," sapa Chelsea ketika telponnya terhubung pada tuan Bram. "Chelsea, bagaimana dengan salon yang Ayah pilih? Apa kau menyukainya?" tanya tuan Bram penasaran. "Aku baru saja tiba Ayah, dan aku masih berdiri di depan salon, tiba-tiba nyaliku ciut Ayah, apa aku pantas melakukan hal ini," lirih Chelsea tidak percaya diri. "Tentu saja pantas Chelsea, kenapa tidak. Semua wanita berhak melakukan perawatan, termasuk dirimu, sekarang lebih baik kau segera masuk, dan lakukan perawatan apa saja yang kau perlukan, bila perlu habiskan uang yang Ayah berikan padamu, nanti soal belanjaan bulanan biar Ayah yang tanggung." jelas tuan Bram meminta Chelsea
"Dasar payah, kenapa si wanita itu tidak memilih untuk berpisah saja dan kembali ke kampung nya, kenapa justru terus saja berusaha untuk menaklukkan hatiku, padahal sudah ku katakan kalau sampai kapan pun aku tidak akan mencintainya, aku sudah selingkuh tadi dia masih saja berusaha, dasar wanita payah!" Edo terus saja menggerutu dan kesal pada nasib rumah tangga nya, rupanya dengan selingkuh tidak membuat Chelsea memilih untuk pergi, Edo pun seketika memiliki ide baru yang lebih ekstrim lagi dari yang ia lakukan, ia bergegas menghubungi Irish dan mengajaknya mengidap di rumahnya bersama dengan Chelsea. Karena tujuan Irish ingin merebut Edo dari tangan Chelsea, tentu saja ajakan itu tidak ditolak oleh Irish. Tak lama kemudian sebuah koper sudah disiapkan oleh Irish, ia akan membawa koper tersebut ke rumah Edo untuk menginap di rumahnya dalam beberapa hari ke depan, Irish pun tidak lupa mempercantik dirinya agar tidak kalah saing dengan Chelsea yang ia sudah tahu, bahwasanya Chelsea b
"Mas, aku sudah kenyang," ucap Irish setelah mendengar pertengkaran antara Chelsea dan juga Edo. "Ya sudah kalau begitu, kita duduk di sana yuk, biar ini diberesin sama Chelsea." ajak Edo melempar senyum, menunjuk ke arah ruang keluarga. Irish pun mengangguk setuju saat Edo mengajaknya duduk bersama, sementara Chelsea sendiri bak seperti orang di antara mereka. Chelsea hanya bisa menelan kepahitan atas harapannya yang tidak tersampaikan, ia pun akhirnya masuk ke kamar setelah meminta asisten rumah tangga untuk membereskan meja makan. Melihat Chelsea justru bereaksi dingin, tentu saja membuat Irish tidak puas, karena yang ia inginkan adalah bisa membuat Chelsea murka dan meminta pisah dari Edo. "Mas, kenapa istri kamu malah pergi ke kamar si, dan cuma seperti itu saja dia memprotes saat kamu bilang kalau aku mau menginap?" tanya Irish yang memperhatikan pintu kamar Chelsea. "Aku sendiri juga bingung, kenapa tidak terjadi pertengkaran hebat hingga berujung permintaan pisah dari dia