Masih dalam kemarahan yang sama, tuan Bram terlihat menghukum Edo yang saat itu ia anggap tidak tahu diri, di hadapan keluarga Edo di sidang oleh tuan Bram dan memintanya untuk meminta maaf pada Chelsea yang nampak diam dan pasrah, entah apa yang dipikirkan oleh Edo saat itu, ia sangat sulit mengikuti keinginan tuan Bram yang ia anggap hanya mementingkan perasaan Chelsea. "Ayah, kau perlu tahu apa alasan terbesarku menduakan Chelsea, itu kulakukan semata-mata karena aku tidak mencintainya, jadi Ayah jangan memaksaku untuk melakukan apa yang Ayah inginkan," ucap Edo menatap sang ayah dengan tegas. "Apa kau bilang! apa kau sudah merasa paling benar Edo, dengan alasan tidak mencintai Chelsea bukan berarti kamu bisa seenaknya saja menjalin kasih dengan wanita lain di luar sana, apa kamu pikir itu adalah solusi yang sangat bagus dan tepat," marah tuan Bram menatap tajam. "Ayah, berhenti memojokkan putraku seperti itu, kau tidak mengerti betapa tersiksa nya putraku yang selama ini menja
"Chelsea, apa semalam Edo meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki semua kesalahan dan kelakuannya pada mu?" tanya tuan Bram yang menghampiri Chelsea saat sedang menyiapkan sarapan di dapur. Chelsea tersenyum mendengar pertanyaan itu, mana mungkin Edo nya akan melakukan hal yang akan merendahkan dirinya itu, namun karena Chelsea tidak mau jika sampai tuan Bram cemas, akhirnya Chelsea harus terpaksa berbohong padanya. "Iya Ayah, mas Edo sudah meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki semuanya," ucap Chelsea melempar senyum. "Apa kamu tidak berbohong, Chelsea?" tanya tuan Bram memastikan. "Tidak Ayah, untuk apa Chelsea berbohong. Ayah, jangan terlalu cemas, Ayah punya darah tinggi, kalau bisa jangan terlalu banyak pikiran, jangan cemaskan semuanya ya, Yah." jawab Chelsea yang justru merasa kasihan pada sang ayah mertua. Tuan Bram melempar senyum, ia sangat senang ketika mendapatkan perhatian seperti itu dari menantunya, selama ini nyonya Andin terlihat sangat sibuk dengan urusan
"Ada apa si sayang, kenapa wajah kamu terlihat sangat kesal?" tanya Irish yang sudah berhadapan dengan kekasih pujaannya itu. "Aku sangat kesal sekali di rumah, ada saja drama yang membuat aku tidak betah tinggal di sana, ingin rasanya aku pergi jauh dan tinggal seorang diri saja," omel Edo dengan tatapan kekesalan. "Memangnya kamu lagi menghadapi masalah apa si sayang?" Irish menanggapi dengan santai dan penuh perhatian. Edo pun mengeluhkan keadaan rumah tangganya bersama dengan Chelsea, dan saat itu Irish mendengarkan nya dengan santai, sebagai selingkuhan, Irish juga bisa menjadi teman baik di saat Edi mengeluh dengan rumah tangga nya. Saat itu tiba-tiba muncul ide yang akan Irish sampaikan secara langsung pada Edo, karena baginya ide tersebut sangat lah bagus dan tepat di saat itu. "Mas, kamu lagi pura-pura baik kan sama Chelsea? kamu lagi pura-pura bersikap manis dengannya, kan? Bagaimana kalau kamu ambil kesempatan ini untuk tinggal berdua saja dengan Chelsea, dengan begitu
"Apa sebelumnya kamu sudah membicarakan ini pada Chelsea, Edo?" tanya tuan Bram. "Belum Ayah, tapi aku yakin Chelsea akan setuju," ucap Edo melempar senyum, berusaha untuk meyakinkan santai ayah yang terlihat ragu. "Ya sudah kalau menurut kamu Chelsea akan menerima dengan hati senang, Ayah tidak bisa menghalangi." jawab tuan Bram pasrah. Edo melempar senyum, saat itu ia pamit untuk segera membicarakan hal ini pada Chelsea secara langsung, dan ia tidak mau jika sampai Chelsea menolak keinginan nya itu. Kedatangan Edo di dalam kamar, membuat Chelsea sedikit terkejut, apalagi saat itu Edo menyampaikan bahwa ia akan bicara serius padanya, dan hal itu membuat Chelsea harus meminta para baby sitter yang menjaga ajak-anak untuk keluar sementara, setelah di dalam kamar hanya ada mereka berdua, Edo pun mendekati Chelsea. "Ada apa Mas, kamu mau bicara apa sama aku?" tanya Chelsea penasaran. "Chelsea, aku ingin kita pindah dari rumah ini, dan aku mau kamu sama sekali tidak merasa keberata
Chelsea dan Edo sudah siap untuk pergi meninggalkan rumah kediaman orang tuanya, saat itu Chelsea yakin bahwa Edo akan memperlakukan dirinya dan anaknya dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya, dan ia yakin bahwa ketika tidak banyak orang yang ikut bicara rumah tangga nya dengan Edo akan semakin baik. Wajah Chelsea penuh harap, ketika berpamitan pada kedua mertuanya, bahwa mereka akan memberikan restu saat dirinya dan Edo hendak pergi, senyum tulus penuh restu pun diberikan oleh tuan Bram yang sejak awal setuju saat Edo meminta untuk tinggal berdua saja dengan Chelsea dan anak-anak. "Ayah, kami pamit dulu ya," ucap Edo melempar senyum pada tuan Bram. "Iya Edo, pergilah untuk membina rumah tangga mu yang baru bersama Chelsea dan anak-anak tanpa ada ikut campur dari ayah dan ibumu," seru tuan Bram memberikan restu. "Ya Ayah, terima kasih banyak sudah memberikan kepercayaan pada kami berdua." jawab Edo membalas senyuman ayahnya. ***Rumah baru yang tempatnya cukup jauh dari kedia
Irish mendekati Chelsea, entah mengapa ia sakit hati dengan ucapan Chelsea dan hendak memberikannya pelajaran, saat itu Irish mengangkat tangannya seraya ingin melayangkan sebuah tamparan tepat di pipi Chelsea, namun rupanya hal itu disadari oleh Chelsea dan ia bisa menangkisnya dengan mudah. Chelsea memelintir pergelangan tangan Irish hingga membuatnya merasa kesakitan, wajahnya pucat pasi lantaran harus menanggung malu karena Chelsea tidak semudah itu untuk ia jatuhkan, sementara Chelsea sendiri terlihat sangat berani melakukan hal tersebut pada selingkuhan suaminya itu. "Lepaskan aku, lepaskan tangan ku!" maki Irish yang merasa kesakitan. "Apa kau merasakan sakit? Ini belum seberapa sakit dari pada perbuatan mu itu, Irish. Kau dengan berani mengambil ayah dari anak-anak ku, dan itu jauh lebih menyakitkan dari ini," ucap Chelsea masih memelintir tangan Irish. "Itu bukan salah ku dan mas Edo, salah mu sebagai istri tidak bisa mengurus suami, lebih baik kau sadar diri, Chelsea!" m
"Cukup Chelsea, aku tidak mau lagi mendengar ucapan dan keluhan kamu itu, karena terus terang saja, mau seberapa pun kau berusaha, tapi tetap saja kau bukan lah wanita yang aku suka, aku sama sekali tidak pernah berniat untuk membuka hatiku, apalagi sekarang ini kamu sudah tidak sama sekali menarik, kau sudah memiliki dua orang anak, dan tentunya semua perhatian akan tertuju pada mereka berdua, jadi sekarang lebih baik kau fokus saja dengan Tasya dan Dinda," ucap Edo menatap penuh kebencian. "Apa tidak ada sedikit saja kesempatan yang bisa kamu berikan untukku Mas?" pinta Chelsea masih berharap. "Tidak Chelsea, aku sama sekali tidak memberikan kesempatan apapun padamu, tujuan ku mengajak mu pindah ke sini karena aku muak dengan semua peraturan yang diberikan ayah padaku, jadi setelah aku bebas, aku ingin fokus pada diriku dan cintaku, dan cintaku itu bukan kamu, tapi Irish." jelas Edo tegas. Edo melenggang pergi seolah ucapannya sama sekali tidak menyakiti hati isterinya, dan saat
Di sebuah salon yang cukup terkenal, berdiri Chelsea seorang diri setelah diantarkan oleh supir pribadi milik tuan Bram, saat itu Chelsea tersenyum ragu apakah keputusan yang ia pilih itu adalah keputusan yang sudah tepat? Suara dering ponsel cukup mengejutkan Chelsea saat itu, ia langsung meraih ponselnya lalu mengangkat telpon tersebut. "Ya Ayah," sapa Chelsea ketika telponnya terhubung pada tuan Bram. "Chelsea, bagaimana dengan salon yang Ayah pilih? Apa kau menyukainya?" tanya tuan Bram penasaran. "Aku baru saja tiba Ayah, dan aku masih berdiri di depan salon, tiba-tiba nyaliku ciut Ayah, apa aku pantas melakukan hal ini," lirih Chelsea tidak percaya diri. "Tentu saja pantas Chelsea, kenapa tidak. Semua wanita berhak melakukan perawatan, termasuk dirimu, sekarang lebih baik kau segera masuk, dan lakukan perawatan apa saja yang kau perlukan, bila perlu habiskan uang yang Ayah berikan padamu, nanti soal belanjaan bulanan biar Ayah yang tanggung." jelas tuan Bram meminta Chelsea