Share

3. Pernikahan Dingin

last update Last Updated: 2024-05-24 07:31:40

“Kamu masih bisa tersenyum setelah mendapati suamimu selingkuh, ha?”

Amarah Niki naik, tidak habis pikir bagaimana Risha masih bertahan dalam pernikahannya. Niki adalah sahabat satu-satunya yang dimiliki Risha, Niki tahu semuanya.

Jadi, ketika Niki tanpa sengaja melihat Adhitama bersama wanita lain, ia langsung memberitahukan Risha. Tidak percaya dengan apa yang ia lihat pertama kali, Niki secara sukarela menyelidiki Adhitama hingga akhirnya tahu jika suami dari sahabatnya itu memiliki wanita lain di kota lain.

“Sudahlah jangan membahas itu,” ucap Risha.

Hari itu Niki yang kebetulan memiliki urusan di kota tempat Risha tinggal memutuskan menemani sang sahabat pergi ke rumah sakit.

Setelah perdebatan Risha dengan Adhitama malam itu, Risha akhirnya tetap menuruti permintaan Adhitama untuk memeriksa kandungannya.

Risha tidak bisa melawan, setelah perdebatan itu, Adhitama menghukumnya dengan menghujamnya berkali-kali di ranjang, hingga Risha kelelahan. Itu adalah kali pertama Risha melihat Adhitama begitu marah dan tidak membiarkannya pergi.

Namun, sayang setelah tiba di depan meja pendaftaran kuota pemeriksaan untuk dokter kandungan yang Risha tuju sudah habis. Risha juga lupa melakukan pendaftaran lebih dulu sebelumnya.

Baru saja Risha ingin meninggalkan loket pendaftaran, ia bertemu Rara dan Arin, adik tiri dan ibu tiri Adhitama.

“Risha, buat apa kamu ke sini?” Arin bertanya, kemudian matanya beralih pada perut Risha dan merendahkan. “Memangnya kamu bisa hamil?”

“Mungkin ingin program hamil, Ma. Kasihan sekali, sampai harus ke sana-sini menemui dokter kandungan karena ingin punya anak,” timpal Rara.

“Tama yang malang. Sudah lama menikah, tapi istrinya belum hamil juga. Aku yakin ini bukan salah Tama, dia pria yang sehat. Sayang sekali Papa menikahkan Tama dengan wanita mandul sepertimu,” cibir Arin dengan pandangan menghina.

“Sebenarnya kalian takut kalau aku hamil, bukan?” balas Risha berani. “Aku tahu kalian tidak pernah berharap Mas Tama bisa memberikan keturunan untuk keluarga Mahesa. Tapi, sebaiknya kalian hati-hati.”

Namun, jauh di dalam hatinya, Risha ketakutan. Ini adalah kali pertama Risha menjawab ucapan ibu mertuanya. Sebelumnya ia selalu menjadi menantu yang patuh dan penurut.

Sedang Arin dan Rara terdiam tidak menyangka Risha akan membalas mereka. Risha adalah menantu pilihan Kakek Adhitama yang selalu menunduk ketika berkunjung ke kediaman utama.

Akan tetapi, kali ini Risha sudah berani mengangkat dagunya di hadapan mereka. Arin menangkap ada sesuatu yang berubah dari Risha, dan ucapan Risha tidak bisa dianggap sepele.

Setelah mengatakan hal itu, Risha memilih pergi dari sana. Niki mengikuti di sampingnya.

Setelah menghabiskan waktu sebentar mengobrol, Risha dan Niki pun berpisah. Risha langsung pulang ke rumah dan berniat untuk istirahat, tapi baru saja menghentikan mobil, dia terkejut melihat mobil Adhitama sudah terparkir tepat di depan teras.

Hari masih siang, tetapi Adhitama sudah pulang.

“Bagus kamu sudah pulang. Siapkan pakaianku! Aku mau ke Jogja,” ucap Adhitama begitu melihat Risha datang.

Risha bergeming dan hanya mengikuti Adhitama menuju kamar mereka dari belakang. Apakah ada sesuatu yang begitu penting hingga suaminya bahkan tidak bertanya dari mana dia pergi?

Risha jadi ingat apa yang dikatakan Niki tadi. Mungkinkah kali ini …

“Ada apa?” tanya Adhitama melihat Risha yang masih diam di ujung pintu kamar mereka. Pria itu melonggarkan dasi kemudian memandang ke arah kopernya yang masih berada di dekat lemari baju.

“Apa kamu sekarang mulai membangkang?” tanyanya.

“Apa Mas Tama sudah memikirkan tentang permintaanku untuk bercerai?” Risha tak menjawab pertanyaan Adhitama dan malah melempar pertanyaan lain.

Adhitama tertegun.

Permintaan cerai itu kembali keluar dari mulut istrinya, wanita itu bahkan sudah menunjukkan sikap tak patuh sebagai istri.

Adhitama berjalan pelan menghampiri Risha sambil berkata dengan dingin, “Kamu sungguh berniat ingin membuatku kehilangan muka di depan keluargaku?”

Risha meringis.

Adhitama adalah pria yang satu-satunya Risha cintai, ia selalu bersikap baik dan patuh untuk menyenangkan Adhitama dalam usaha merebut hati pria itu. Risha berharap sikapnya akan membuat Adhitama melihat ketulusan lantas bisa tulus mencintainya.

Tentu saja Risha tidak ingin membuat Adhitama kehilangan mukanya di depan keluarga suaminya itu. Terlebih, Risha mengetahui hubungan buruk antara Adhitama dengan ibu juga saudara tirinya.

Akan tetapi, kenyataan bahwa suaminya itu telah memiliki wanita lain yang saat ini telah hamil, membuatnya ingin berubah.

Risha memejamkan mata, menahan sesak di dada dan air mata yang hendak mengalir di ujung mata. Akan tetapi, Risha tiba-tiba tersentak. Dia kaget saat pipinya disentuh tangan dingin Adhitama.

“Berhenti membahas hal itu denganku, kamu mengerti?” tanya Adhitama dengan suara dan ekspresi yang sangat lembut. Sangat berbeda dengan beberapa saat yang lalu.

Risha tertegun ketika membuka mata. Tatapan matanya langsung tertuju pada mata gelap Adhitama yang indah. Jika saja Risha tidak tahu fakta bahwa mata gelap nan indah milik suaminya itu juga dipakai menatap wanita lain, mungkin saat ini Risha akan tersenyum dengan begitu cantik dan menuruti permintaan Adhitama.

Sejenak Risha terdiam menetralkan debar aneh di dada lantas menggeleng. “Aku serius ingin bercerai darimu, Mas.”

Perkataan Risha membuat ekspresi Adhitama berubah gelap kembali.

“Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Sha. Jadi berhenti membahas itu!” Adhitama bicara penuh penekanan, tangannya yang berada di pipi Risha berangsur dia jauhkan.

“Tapi kenapa, Mas? Kenapa Mas Tama tidak mau menceraikanku?” tanya Risha, dengan yakin menatap Adhitama. “Katakan padaku apa untungnya Mas Tama tetap terikat hubungan denganku?” Risha semakin merasa pilu, ikatan macam apa yang akan terus dia jalani bersama suaminya ini.

Adhitama menggeleng tipis. Dia tidak bisa menceraikan Risha. Posisinya sebagai calon hak waris keluarga Mahesa bisa tersingkir jika Risha tidak menjadi istrinya.

Saat ini, kekuasaan di keluarganya masih dipegang Kakek Roi, dan Kakek Roi begitu menyayangi Risha, bahkan Risha sudah dianggap seperti cucu kandung sendiri. Namun, kesehatan Kakek Roi belakangan mulai menurun, hal ini yang membuat Adhitama cemas, karena bukan tidak mungkin perusahaan ibunya akan diambil oleh papanya yang notabene mudah sekali dipengaruhi oleh Arin.

Namun, saat ini Adhitama tidak memiliki banyak waktu untuk menjelaskan pada Risha. Adhitama harus pergi ke Jogja karena urusan penting.

Adhitama berbalik berjalan menjauh memunggungi Risha. “Cukup. Aku harus segera pergi, Sha. Jangan buat keributan!”

Comments (13)
goodnovel comment avatar
Monica M Daely
menjadi perempuan itu jangan terlalu lemah
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
gimana suamimu akan jatuh cinta klu kamu begitu cengeng dan lemah. yg ada di otakmu hsnya cinta,cinta dan cinta. g punya kemampuan utk mengupgrade diri.
goodnovel comment avatar
Ida Nawari Amoorea
menyukai buku ceritanya tai kenapa harus pakai koin pakai data aja kan sudah cukup kayak buku cerita yg lain
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   4. Bukan Prioritas Suamiku

    Sesak di dada Risha semakin menjadi-jadi. Apakah wanita itu begitu penting hingga suaminya bahkan tidak ingin menjawab pertanyaannya dan tetap memilih untuk pergi? “Kalau Mas Tama memikirkan permintaanku, kita tak perlu berdebat. Bukankah akan lebih mudah bagi Mas Tama kalau kita berpisah?” Risha bertekad tidak akan berhenti sampai Adhitama setuju dengan permintaannya. “Sampai kapanpun jangan harap mendapat keinginanmu yang satu itu,” ucap Adhitama dingin. Ia tidak memiliki waktu, jadi harus segera siap-siap. Adhitama mengambil acak beberapa baju dan memasukkanya ke dalam koper karena sadar Risha tak mau membantunya. Risha masih diam di tempatnya melihat Adhitama menutup dan menyeret koper itu. Adhitama tak mengucapkan satu patah katapun berjalan melewati Risha. Namun, langkahnya terhenti, ketika Risha dengan seluruh kekuatannya berkata, “Kalau begitu, tolong berhenti menemui kekasihmu itu, Mas.” “Apa maksudmu?” tanya Adhitama saat melihat kilatan emosi dari tatapan mata Rish

    Last Updated : 2024-05-28
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   5. Bertemu Wanita itu

    Risha tak bisa mengabaikan pesan itu begitu saja. Itu yang membuatnya kini berada di sebuah restoran, duduk berhadapan dengan wanita yang selama ini hanya dia dengar ceritanya dari Niki.Akan tetapi, Risha tak memandang Sevia, melainkan pada koper yang berada di samping tempat duduk wanita itu. Mana mungkin Sevia berada di Jakarta tanpa tujuan?Meski mencoba tenang, tetapi senyum getir tergambar jelas di paras ayu Risha.Mungkinkah Adhitama berbohong? Keluar kota hanya alasan bagi suaminya itu?“Maaf kalau aku sudah bersikap lancang meminta bertemu dengan Kakak,” ucap Sevia.Bicaranya lemah lembut, bahkan memanggil Risha dengan sebutan ‘kak’ padahal Risha tahu kalau mereka seumuran.Risha hanya menatap tanpa memberi respon, melihat Sevia tampak ingin berbicara lagi.“Aku mengajak Kakak bertemu karena merasa butuh bicara soal Mas Adhitama.”Senyum sumbang tergaris di bibir mungil Risha mendengar ucapan Sevia. Bukankah seharusnya dia sudah bisa menebak maksud wanita itu ingin menemuinya

    Last Updated : 2024-06-06
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   6. Aku Pergi

    Sudah dua hari sejak Adhitama pergi, Risha memilih tinggal di apartemennya untuk menenangkan diri. Pagi itu dia berada di dapur untuk menyiapkan sarapan sambil melamun. Sejak suaminya pergi hari itu sampai saat ini, ia tidak memberikan kabar apa pun pada Risha. Apakah suaminya itu begitu senang bertemu dengan Sevia hingga ia melupakan istrinya sendiri? “Kenapa aku harus pusing memikirkan mereka?” Risha menggeleng pelan, mencoba menepis rasa penasaran dan kekesalan yang mulai timbul di hati. Risha menarik napas pelan dan memejamkan mata untuk menenangkan diri, tetapi terganggu dengan suara bel pintu apartemennya yang berbunyi. “Siapa yang tahu aku ada di sini?” tanya Risha lantas buru-buru ke depan. Di depan pintu Risha terpaku. Di sana Adhitama berdiri diam menatap padanya. Risha melihat kembali sang suami. Wajahnya yang tampan, rambutnya yang hitam legam, dan mata gelap nan tajam itu pernah membuat Risha begitu mencintai Adhitama. Hingga saat ini. Namun, Risha telah be

    Last Updated : 2024-06-06
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   7. Selalu Tak Terduga

    Adhitama tidak pernah menyangka bahwa Risha benar-benar ingin bercerai darinya tanpa ragu-ragu. Terlebih, sejak tadi Risha selalu berkata ‘wanita lain’ padanya.Adhitama merasa marah.Dia menatap lekat istri kecilnya di bawahnya.Istri kecilnya ini memang cantik. Adhitama tidak merasa rugi ketika dijodohkan dan harus menikah dengan Risha. Risha juga berasal dari keluarga dengan reputasi yang baik, tetapi Adhitama tidak pernah mencintainya.Cengkeraman Adhitama di lengan Risha cukup keras, membuat Risha meringis. “Lepaskan aku, Mas.”Akan tetapi, alih-alih dilepas, Adhitama justru menggendong Risha dan melemparkan Risha ke sofa duduk ruang tamunya.Adhitama menekan Risha di sofa yang sempit. Adhitama menyatukan keningnya, lalu berpindah ke hidung. Kemudian, Adhitama menggerakkan bibirnya ke belakang Risha dan berbisik, “Kamu tidak mengenalku dengan baik, Risha.”Tubuh Risha bergetar. Sofa yang sempit ini membuat Risha kesulitan bergerak, hingga menyentuh bagian bawah Adhitama yang menge

    Last Updated : 2024-06-06
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   8. Makan Siang Di Rumah Kakek

    [Aku tidak bisa menjemputmu. Pergilah naik taksi ke rumah Kakek.]Risha membaca pesan Adhitama lantas buru-buru mengunci layar ponselnya setelah menyambut kedatangan Haris dengan pelukan.Risha tersenyum menyapa Haris. Senyuman untuk menutupi kekecewaan Risha yang kesekiankalinya pada Adhitama.Haris tampak mengerutkan alis melihat adik kecilnya. Curiga meski tidak sempat melihat kata-kata yang tertulis di sana.Haris adalah anak angkat orang tua Risha. "Apa itu suamimu?” tanya Haris.Risha mengangguk lalu menggenggam erat ponselnya.“Apa dia tahu kalau kemarin kamu pingsan dan .... "Risha menggeleng cepat.Kedatangan pria yang sudah Risha anggap kakak kandungnya itu untuk memastikan kondisinya.Ya, setelah bertemu Sevia waktu itu Risha pingsan di jalan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saat sadar Risha memilih meminta bantuan Haris untuk menjemputnya.Pria itu bahkan sempat membuat dokter mengira sebagai suami Risha. Ucapan selamat dari dokter yang mengatakan Risha tengah hamil ju

    Last Updated : 2024-06-07
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   9. Mana Mungkin Cemburu

    Adhitama tidak membalas, pria itu hanya menatap Risha dengan ekspresi yang tidak bisa Risha artikan.Mereka masih terus saling tatap dalam diam hingga Risha yang lebih dulu membuang tatapannya dan pergi meninggalkan Adhitama tanpa berkata apa pun lagi.Risha masuk kembali ke ruang makan dan menuju kursinya diiringi tatapan mata semua orang, terutama Kakek Roi. “Kenapa kamu mual? Apa jangan-jangan kamu hamil?” tanya Kakek Roi antusias.Ditanya dan ditatap dengan pandangan harap dari Kakek Roi membuat jantung Risha berdebar. Risha bingung untuk menjawab pertanyaan Kakek Roi. Haruskah ia jujur atau menutupi kehamilannya?“Kalau ada kabar baik pasti akan kami sampaikan pada semua orang terutama Kakek,” Risha menoleh ketika mendengar suara Adhitama yang sudah berdiri di sampingnya. “tapi ini bukan seperti yang Kakek harapkan. Risha hanya kelelahan.”Bibir Risha memulas senyum ironi, jika Adhitama memang menginginkan anak dari pernikahan mereka, bukankah seharusnya pria itu curiga dengan kon

    Last Updated : 2024-06-12
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   10. Kakak Angkat

    Risha terus berjalan tanpa arah setelah meninggalkan mobil Adhitama. Meskipun di dalam pikiran Risha, Adhitama hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mungkin mau repot-repot mengejarnya. Namun, Risha tetap menoleh ke belakang.Risha semakin merutuki kebodohannya sendiri.Untuk apa berharap pada sesuatu yang tidak mungkin?Risha terus berkelahi dengan pikirannya sendiri sambil tetap berjalan, hingga langkahnya terhenti karena dia mulai kelelahan.Risha mengedarkan pandangan, memastikan saat ini sedang berada di mana, tetapi malah kebingungan.“Di mana ini?”Risha merasa asing dengan jalan yang dilaluinya, apalagi saat ini hari mulai gelap. Dia menoleh ke kanan dan kiri. Perasaan was-was mulai merayapi hatinya.Dari jauh lampu mobil menyilaukan pandangannya membuat Risha menyipitkan mata. Sebuah mobil mulai mendekatinya, tetapi Risha tidak beranjak.Risha masih diam di tempat hingga mobil itu berhenti di dekatnya. Setelah dengan jelas melihat si pengemudi mobil, pandangan awas Risha beru

    Last Updated : 2024-06-19
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   11. Benarkah Sudah Berpisah?

    Sudah beberapa hari ini Risha tetap berada di apartemen, menjalani hari-harinya.Ia tak ingin pulang ke kediaman Adhitama, meski begitu Adhitama tak menghubunginya sama sekali padahal ponselnya dinyalakan agar tak terjadi masalah lagi.“Sepertinya dia memang tak pernah peduli.”Risha tersenyum getir memandang ponselnya, wanita itu mencoba mengabaikan, tak peduli lagi Adhitama akan menghubunginya atau tidak.Lebih baik ia mempersiapakn dirinya untuk bekerja hari ini.Risha tampak memakai setelan kerja, dia mematut diri di depan cermin sambil mengembuskan napas kasar dari mulut.Sebenarnya tak mudah bagi Risha karena perusahaan tempatnya akan bekerja masih berhubungan dengan Adhitama.Dua tahun lalu saat perusahaan orangtua Risha bangkrut, Kakek Roi memilih mengambil alih. Pria tua itu pun memberi kepercayaan pada Haris untuk menjadi direktur, karena tahu bagaimana kemampuan anak angkat orang tua Risha.Sedang Risha sebenarnya tidak memiliki apa-apa, yang ia miliki hanya kemampuan dan m

    Last Updated : 2024-06-21

Latest chapter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Tidak Akan Menang

    Di tengah hujan gerimis yang mengguyur kota, Mahira duduk di kursi penumpang mobil Andre sambil membuka jendela, membiarkan angin segar bercampur bau aspal basah masuk ke dalam mobil.Di tengah perjalanan menuju kos, tiba-tiba Mahira berkata, “Apa bisa berhenti sebentar di minimarket depan? Aku mau beli beberapa makanan buat stok di kos.”Andre mengangguk tanpa banyak bicara, lalu memutar setir ke arah minimarket yang Mahira maksud. Mobil itu melambat dan berhenti di depan minimarket yang terlihat ramai. Mahira keluar lebih dulu, lalu menoleh ke Andre yang masih duduk di kursi kemudi.“Yuk, ikut," ajaknya. Andre sebenarnya malas keluar mobil, tapi entah kenapa dia mengiyakan saja ajakan Mahira."Kamu kalau mau beli sesuatu boleh. Aku traktir, kamu pilih apa aja yang kamu mau.” Senyum Mahira mengembang. Pikirnya, Andre sudah banyak membantu jadi tidak ada salahnya mengeluarkan beberapa puluh ribu untuk membelikan pemuda itu sesuatu.Andre menghela napas sambil menggeleng. "Nggak usah.

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Bisakah Perasaan Berubah?

    Mahira duduk di ruang kecil kantor My Lily, matanya terus melirik jam dinding. Risha belum juga datang, dan dia sudah tidak sabar untuk meminta izin pada ibunda Lily itu.Meski terdengar keterlaluan, tapi Mahira berniat mengajukan diri agar diizinkan melakukan live penjualan sepanjang hari.Mahira masih menunggu dengan cemas, hingga Risha muncul dengan senyum maanis.“Pagi,” sapa Risha ke semua stafnya. Wanita itu berjalan ke ruang kerjanya dan disusul oleh Mahira.“Bu Risha, permisi. Apa saya boleh bicara?”Ucapan Mahira membuat Risha menghentikan langkah lalu menoleh.“Bicara apa?” tanya Risha dengan kening berkerut halus.“Begini Bu Risha. Saya mau meminta izin, boleh tidak hari ini saya mengambil alih live dari pagi sampai petang? Maksimal delapan jam.”Risha mengangkat alis, kaget dengan permintaan itu. “Kenapa tiba-tiba kamu ingin live selama itu?”Mahira menarik napas panjang, matanya sedikit berkaca-kaca. “Saya butuh uang, Bu. Papa saya … papa saya ditangkap polisi.”Risha ter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Fakir Miskin

    Lain di mulut lain di hati. Meski terlihat tak peduli, nyatanya Andre tidak benar-benar bisa mengabaikan Mahira. Malam itu, meskipun memaksakan diri untuk tidur, pikiran Andre tetap berkelana, memikirkan Mahira dan apa yang mungkin sedang terjadi.Pagi harinya, Andre bangun dengan perasaan yang masih sama. Namun, dia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaannya kepada siapapun, termasuk ibunya.Andre bangkit dari tempat tidur dengan mata berat. Ponselnya tergeletak di meja dengan layar hitam tanpa notifikasi baru. Dia memegangnya lagi, ragu sejenak sebelum mengetik pesan lain untuk Mahira.[Kalau kamu butuh bantuan, bilang aja.]Setelah mengirim pesan itu, Andre termenung, berharap balasannya kali ini datang.Namun, keheningan tetap mengisi ruang kamarnya. Andre mendesah berat, merasa bersalah tapi masih enggan mengakui."Apa aku harus ke sana langsung?" gumamnya. Pikiran tentang Mahira di kos seorang diri terus menghantui Andre.***Matahari baru saja muncul, memancarkan sin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status