Share

chapter 8

Penulis: Arsy You
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-06 09:16:16

Mendengar jika istrinya mempunyai teman laki-laki, Arman merasa tak terima jika istrinya nanti lebih akrab dengan laki-laki itu dan merasa nyaman, maka bisa saja Nisa pergi meninggalkan dirinya.

"Memangnya udah lama kenal yank?kenal di mana? Udah pernah ketemuan ya?" Arman segera memberikan rentetan pertanyaan.

Nisa yang melihat rona merah menahan emosi di wajah suaminya, semakin semangat bercerita. "Hmm.! Sebenarnya aku baru sih kenal sama dia Mas, yaa..! Walaupun awal kenal lewat aplikasi sih, tapi dia enak diajak ngobrol, ngobrolnya nyambung lagi! Malah nih Mas ya? Dia itu udah kabulkan apa pun permintaan aku lho Mas, hehehe."

"Mana, sini nomor handphone nya?" ucap Arman sambil menadahkan tangan meminta.

"'Kan handphone aku di rumah Mas, emang nya kamu mau ngapain? Mau hubungin dia? Ayo...!Jangan usil deh Mas."

Nisa berusaha menahan tawanya, saat melihat wajah suaminya yang merah seperti kepiting rebus menahan emosi.

"Yank, please jangan nekad deh, jangan pernah hubungi dia lagi ya? Pulang nanti kamu blokir aja kontak dia ya? Kamu belum kenal sama orang itu lho, aku mau kamu jangan berurusan sama dia lagi, nggak penting." Arman menahan emosi, ingin marah nggak mungkin, karena hubungan mereka baru saja membaik.

"Ish..! Mas Arman kok jahat gitu sih, masa suruh suruh aku blokir kontak dia, 'kan sayang Mas, dia itu penting bagi aku."

"Penting mana sama aku yank?" Arman merasa tersingkir, ia tak terima jika ada laki-laki lain yang dipentingkan istrinya selain dirinya.

"Ya beda dong Mas."

"Kok beda?? maksudnya?"

"Ya beda aja...! Kamu itu adalah laki-laki yang terpenting, karena kamu itu Ayah dari anak aku, kalau dia..?" Nisa sengaja menggantung kata-katanya.

"Terus, kalau dia? Apanya yang penting?" Sungguh perasaan Arman dibuat seperti roller coaster saat ini.

"Dia itu penting karena, mau mengabulkan apa aja permintaan aku, Mas? Gimana dong?"

"Ya udah. Mulai sekarang kamu kalau mau apa-apa harus minta sama aku, ingat yank! Aku nggak mau jika kebutuhan istri aku dipenuhi oleh laki-laki lain."

"Ohh..! Jadi kamu cemburu Mas?"

"Siapa yang cemburu yank, aku hanya nggak mau, kamu ketergantungan pada orang lain. Aku suami kamu yank, kamu harus ketergantungan sama aku bukan orang lain."

"Ohh...!" Nisa yang hapal dengan sifat posesif suaminya, hanya menganggukkan kepalanya.

"Kok cuma ohh...?" Arman semakin penasaran dengan sosok laki-laki yang di bicarakan istrinya tersebut.

"Ya kalau kamu bilang apa-apa harus minta sama kamu ya aku suka, nggak perlu minta dia datang ke rumah lagi," ucap Nisa santai.

"Jadi, laki laki itu pernah main ke rumah yank??" Wajah Arman mulai nampak menahan emosi, nampak pipinya mengeras.

"Pernah sih, kalau nggak salah lima atau enam kali gitu." Nisa menahan senyum agar ulahnya tidak terbongkar.

"Sesering itu?? Kok aku nggak tau dan nggak pernah ketemu saat dia datang ke rumah yank?" Arman mengepalkan tangannya dalam saku.

"Gimana mau ketemu Mas, kalau dia datang cuma satu dua menit, pulang lagi."

Nisa sengaja mengulur-ulur pembicaraan.

"Kok cepat yank? Memangnya dia datang

ngapain aja cuma dua tiga menit?"

"Ya ngantar pesanan aku lah! Masa mau numpang makan!"

Lama Arman memikirkan penjelasan istrinya namun ia tetap bingung. "Siapa nama laki laki itu yank? Dia kerja apa? Rumahnya di mana??"

"Namanya Mas ojol, kerjanya kurir antar barang, terus kalau rumahnya aku nggak tau Mas, soalnya belum pernah tanya tanya sih, lain kali aku tanya deh, alamatnya, hobbynya, ukuran pakaian, hm....! Apa lagi ya?"

"Stop...! Ngapain tanya tanya sih. Jadi maksud kamu teman laki-laki yang kamu maksud itu kurir ojol yank??"

"Iya Mas! Memang aku boleh ya, cari teman laki-laki lain lagi?" Nisa menatap wajah suaminya seolah meminta ijin.

"Jangan.....!" Jawaban spontan Arman menunjukkan perasaannya yang sesungguhnya bahwa ia takut kehilangan.

Arman merasa lega, ia berpikir jika yg dimaksud Nisa, adalah mantan suaminya..

"Ehh..!" Nisa mengulum senyum melihat sifat posesif suaminya.

"Maksudnya, kamu jangan terlalu akrab sama laki-laki lain gitu," jawab Arman serba salah.

"Hehehe...! Ngaku aja kalau suamiku saat ini lagi cemburu? Kok susah amat sih bicara jujur?" ujar Nisa sambil membelai pipi suaminya.

"Aku cuma nggak mau kamu dekat sama laki-laki lain, yank." Arman masih gengsi mengakui kecemburuannya.

"Itu tadi namanya apa Mas??" Tanya Nisa menatap mata suaminya.

"Iya iya ....! Aku cemburu..! Tapi itu karena aku nggak mau kehilangan kamu yank, apalagi sekarang ada calon anak aku di sini," ucap Arman sambil tangannya mengusap perut istrinya.

"Terimakasih Mas...!"

"Aku yang berterima kasih sama kamu yank, karena walau sifat ku seperti ini, kamu masih mau mengandung anak aku yank. Ku mohon jangan tinggalkan aku ya?" Arman langsung memeluk tubuh Nisa.

"Mas, apa sahabat aku boleh datang ke rumah Mas?" tanya Nisa sambil memandang ke wajah suaminya, Nisa memainkan tangannya pada pipi laki laki tersebut.

"Kenapa harus minta ijin sih yank? Kapan saja sahabat kamu itu boleh datang, siapa tau bisa mendatangkan aura positif untuk kamu."

"Lho...! Maksudnya apa, Mas?"

"Ya kan kamu lagi hamil sayang, dan kebahagiaan itu adalah pengaruh positif yang baik untuk kesehatan dan perkembangan janin, di sini," ujar Arman sambil mengelus perut istrinya.

"Oh...! Aku pikir apa?"

"Kalau boleh tau, kenapa baru sekarang teman kamu itu, punya keinginan main ke rumah yank? Maksudnya Kenapa nggak dari dulu, gitu?" tanya Arman.

"Ya, bagaimana mau main Mas? Orang dia aja ngak tau alamat aku sejak tinggal di kota ini."

"Kok bisa? Apa selama ini kamu gak pernah memberitahukan alamat rumah kita?" tanya Arman penasaran.

"Maaf, aku gak berani memberikan alamat rumah kamu Mas. Aku sadar, bahwa aku hanya seorang menantu yang tak diinginkan dalam lingkaran keluarga suamiku sendiri."

Kata kata Nisa yang seperti itu membuat Arman benar benar menyadari jika, selama ini, terlalu banyak hak istrinya yang tidak ia penuhi.

"Maafkan aku yank, aku terlalu lalai sebagai suami. Dan aku juga terlalu tak peduli sama keinginan kamu selama ini. Mulai sekarang, aku akan berusaha mengganti semua kesalahan dengan kebahagiaanmu sayang."

Sebenarnya Nisa ingin memberitahukan pada suaminya, tentang rencananya yang ingin bekerja dan mencari penghasilan demi masa depan putranya. Namun tiba tiba....!

"Brakk....!"

Pintu yang tiba-tiba terbuka secara kasar seketika, membuat wajah Nisa memucat, saat melihat wajah orang yang berdiri di depan pintu.

Bab terkait

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 9

    Brak..!""Arman! Ngapain kamu bawa dia ke rumah sakit, jika hanya sakit biasa begitu sih! Buang-buang uang saja." Melihat putranya memperlakukan istrinya dengan baik, bu Susy pun meradang."Ma! Mama apaan sih Ma! Datang ke Rumah Sakit teriak-teriak begitu. Mama mau kalau sampai Mama diusir sama security?" "Mengenai Nisa yang dirawat di sini, itu bukan keinginan dia. Tapi itu semua salah aku, gara-gara keegoan aku, aku hampir kehilangan calon anak aku, Ma."Bu Susy yang mendengar kabar kehamilan menantunya nampak tak suka dan tak rela."Apa!! Wanita itu hamil?" "Wanita itu istriku Ma, dia punya nama. Please, demi anak aku, hargai dia Ma." Arman memohon pada mamanya."Cukup dulu kamu memohon untuk menikahi dia Arman! Jangan pernah kamu memohon pada Mama, untuk menerima dia sepenuhnya hanya karena dia hamil. Mama gak sudi punya cucu dari wanita seperti dia!" ujar bu Susy sambil melototkan matanya.Kata-

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 10

    Arman yang melihat raut kecewa di wajah istrinya, langsung menolak panggilan dan menyimpannya kembali."Maaf, aku akan menyelesaikan permasalah ini secepatnya sayang!" ungkap Arman sambil memegang tangan istrinya."Itu adalah hak kamu Mas, dan aku hanya tidak ingin, jika pernikahan kita dimasuki orang ketiga." Tanpa berkata lagi, Nisa langsung membaringkan tubuhnya, dan membelakangi suaminya."Jika aku tahu kalian masih menjalin hubungan, maka jangan salahkan aku, jika aku inginkan perpisahan, Mas!" lanjut Nisa.Arman yang mendengar ultimatum istrinya hanya diam. Begitu masuk kedalam rumahnya, bu Susy langsung duduk dengan kasar dan meletakkan tasnya begitu saja. Nampak wajah penuh kemarahan, dan hembusan napas kasar pun berulang ulang ia lakukan.Semua itu membuat Bella, yang dari tadi duduk santai sambil menikmati cemilan di depan tv merasa heran dengan kelakuan ibunya."Mama kenapa sih? Datang-datang bukannya ucap salam k

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 11

    Bu Susy langsung merogoh tasnya mengambil handphone. Ia langsung menghubungi seseorang. Tak lama terdengar suara dari seberang."Halo, Sherly ini Tante! Kamu ada waktu nggak? Ada yang ingin Tante bicarakan!" ucap Bu Susy pada seseorang.Terdengar obrolan panjang lebar antara bu Susy, dan seseorang di seberang sana. Entah apa yang dibicarakannya tak ada ada yang tahu. Muslihat dan taktik apa yang di rencanakan pun tak diketahui.Bahkan Bella yang saat itu berada di luar kamar ibunya pun, tak dapat mendengar jelas apa isi percakapan ibunya dengan Sherly. Yang ia ketahui bahwa ibunya sedang merencanakan sesuatu."Hm...! Moga aja Mama punya rencana bagus untuk mengusir perempuan itu dari keluargaku!" Gumam Bella sendiri.Tak terasa dua hari sudah Nisa dirawat di Rumah sakit. Hari ini Nisa sudah diperbolehkan pulang.Setelah menyelesaikan administrasi dan keperluan lainnya, Arman membawa istrinya pulang ke rumah mereka.Begit

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 12

    Nisa mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang keluarga rumahnya. Ia duduk menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, dan terdiam menatap ke langit-langit rumah. Ia masih kesal dan sakit hati, melihat bagaimana wanita tadi yang ternyata adalah selingkuhan suaminya, yang dengan percaya diri meminta ia menceraikan suaminya demi bisa menikahi dirinya.Sementara Arman masih berdebat dengan Sherly yang masih tak mau pergi saat disuruh pulang nampak emosi."Sher...! Please jangan ganggu rumah tanggaku lagi. Aku sudah menyesali semua kesalahanku selama ini." Arman pun berusaha memberi pengertian, agar tak menimbulkan masalah ke depan bagi rumah tangganya."Apa Mas? Kamu meminta aku meninggalkan kamu, hanya untuk dia Mas! Bukankah kamu sendiri yang bilang akan menikahi aku setelah menceraikannya, Mas!" Sherly yang tak terima dengan penjelasan Arman pun marah."Cukup Sherly..! Memang aku pernah bicara seperti itu, tapi aku menyesal Sher! Aku gak mungki

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 13

    Apa-apaan ini Nisa? Kalian mau kemana?" tanya Arman sambil menurunkan tas dari tangan istrinya.Nisa yang menyadari keberadaan putranya di antara mereka pun memandang anaknya "Ahmad bisa tunggu di luar nggak, sebentar aja ya?" pinta Nisa pada putranya."Iya Bun!" Ahmad pun berjalan keluar rumah menunggu di teras.Arman yang hanya melihat interaksi antara anak dan istrinya pun hanya diam. "Mas..! Aku memberikan waktu untukmu berpikir sekali lagi! Dan untuk saat ini, aku akan pergi membawa putraku!" ujar Nisa sambil mengambil tasnya kembali.Arman jelas tak menerima permintaan istrinya, hingga tanpa sadar Arman pun berkata dengan keras "Jangan bodoh Nisa! Kamu gak bisa bertindak semaumu begini!" "Kenapa nggak bisa, Mas?" tanya Nisa membalas tatapan tajam suaminya."Aku gak bakal mengijinkan kamu pergi dari rumah ini walau hanya sejengkal, titik!" ucap Arman lagi."Oh....! Apa aku harus menunggu kamu mengusir aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 14

    Arman langsung mengangkat tubuh Nisa ke dalam kamarnya yang diikuti putra sambungnya."Yah, Bunda kenapa Yah?" tanya Ahmad sambil menangis mengikuti langkah ayahnya ke kamar.Sampai ke kamar, Arman pun meletakkan tubuh istrinya secara perlahan. Ia menyelimuti tubuh Nisa, dan menyetel ulang setelan AC yang tak di pakai beberapa hari ini."Bunda kamu cuma capek kok, Ahmad nggak usah khawatir ya! Bentar lagi juga Bunda sehat lagi!" Arman berusaha memberi penjelasan yang menenangkan bagi putra sambungnya itu."Kok Bunda bisa capek Yah? Bunda kan baru pulang dari Rumah Sakit?" tanya Ahmad lagi."Itu karena Bunda ingin pergi, makanya Bunda jadi sakit lagi! Nanti kalau Bunda udah sadar, Ahmad harus bujuk Bunda untuk tidak pergi lagi ya?" Arman pun berusaha menahan istrinya pergi melalui anak sambungnya."Iya Yah, Bunda biar istirahat di rumah aja." Ahmad pun mendukung rencana Ayahnya.Di sebuah rumah..."Gimana....! Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 15

    Nisa yang mendengar pertanyaan suaminya sontak memandang kaget.Melihat putranya ada di antara mereka, merasa tak nyaman.Ia pun meminta putranya pergi ke kamarnya "Sayang..! Kamu masuk ke kamar dulu ya? Ada yang ingin Ayah dan Bunda bicarakan!" pinta Nisa pada putranya. "Iya Bun..! Tapi, Bunda jangan sakit lagi ya?" ucap Ahmad penuh harap."Iya sayang..! Terimakasih ya udah perhatian sama Bunda!" jawab Nisa sambil mencium pipi anaknya.Ahmad pun berlalu meninggalkan kedua orang tuanya dan kembali ke kamarnya."Mas? Aku belum segila itu untuk pergi menemui laki-laki lain, di saat statusku masih sebagai istrimu!" jawab Nisa kesal sambil memandang suaminya.Arman pun segera menyadari kesalahannya "Maafkan aku, Nisa!""Aku hanya ingin menjaga kenyamanan bayi dalam kandunganku! Dari itu aku mohon, ijinkan aku pergi!" jelas Nisa lagi. Arman yang mendengar permintaan istrinya pun tak terima. Ia langsung ban

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 16

    Hah...! Apa Ma? Mama minta aku untuk membuat menantu Mama itu, keguguran?" Bella yang mendapat perintah dari ibunya tak menyangka, jika saran yang ibunya berikan begitu kejam."Jangan kamu sebut dia sebagai menantu Mama, Bella!" bentak bu Susy.Ia merasa tak Sudi jika menjadi mertua dari wanita yang dibencinya."Maaf...! Tapi 'kan, dia memang menantu Mama. Secara, dia istri dari anak Mama, 'kan?" jawab Bella pelan, yang merasa ngeri dengan kemarahan ibunya."Sudah, sudah! Pokoknya, sampai kapan pun, Mama nggak akan sudi memiliki menantu seperti dia!" "Iya, iya..! Tapi Ma, aku gak tau gimana caranya buat wanita itu keguguran!" ungkap Bella takut."Aakhhh...! Masa' gitu aja nggak tau, sih! Percuma sekolah tinggi-tinggi, gitu aja nggak bisa!" jawab bu Susy ketus sambil menahan emosi pada putrinya."Jangan bawa-bawa pendidikan aku donk, Ma!" jawab Bella tak terima dikatakan bodoh secara tidak langsung."Mama pikir, aku nuntu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08

Bab terbaru

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 162

    Bu Susy tersadar dari tidurnya kaget, melihat suasana berbeda dengan tempat yang ia tempati beberapa bulan terakhir. Dalam kebingungan, ibu Susy berteriak. Tak berapa lama, seorang perawat yang bertugas melayani para penghuni panti, datang. "Ada apa, Bu?" tanya perawat tersebut. "Hapa... hamu...?" tanya bu Susy heran. "Saya perawat di sini, Bu! Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya perawat yang telah terbiasa berinteraksi dengan orang stroke, membuat ia bisa mengartikan bahasa tak jelas dari ibu Susy."Hana, haman, haku hau haman!" "Maaf Bu, Bapak Arman sendiri, yang mengantarkan Ibu ke sini! Saat ini, Bapak Arman sudah pulang! Ibu bisa tenang, Ibu berada di tempat yang khusus merawat para orangtua, yang tak sempat, di rawat anak-anak mereka!"Betapa kagetnya bu Susy setelah mendengar penjelasan perawat. Ia nampak shock, tak menyangka jika ia akan dibuang oleh anaknya sendiri. Bu Susy menangis, ia menyesal

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 165

    "Apaan sih, Mas! Aku malah bahagia, jika mereka bisa tetap bersama selamanya! Lagi pula, aku udah punya kamu, ngapain harus menyemburukan suami orang?" jawab Nisa sambil nyelendot di tangan Rasya. Hati Rasya berbunga-bunga, dengan ungkapan perasaan istrinya. "Terimakasih sayang! Aku harap, apapun masalahnya, kita bisa bicarakan baik-baik! Aku tak mau mengalami kegagalan, dalam rumahtangga kita!""Aamiiiin....! Sama-sama, sayang!" jawab Nisa tersenyum manis. Nisa merasa bahagia, dengan selesainya semua permasalahan yang ia rasakan selama ini, Nisa akhirnya bisa merasa lega. "Mas.... aku bahagia banget, masalalu yang dulu aku alami terasa berat, ternyata memberi kebahagiaan bagiku, di masa sekarang!" ucap Nisa memandang jalanan di depan. "Syukurlah, tapi aku akan berusaha, memberikan kebahagiaan bukan cuma saat ini, tapi selamanya!""Aamiiiin...!"Kedua suami istri tak jadi pulang ke rumah, tapi justru mereka

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 164

    "Terimakasih atas saran lo, Nis! Aku akan lihat, bagaimana Indra menyadari kesalahannya! Jika memang dia pantas untuk dipertahankan, maka aku akan berusaha mempertahankannya!" jawab Dinda santai. "Bagus deh, semoga Allah memberikan kebaikan untuk rumahtangga kalian!""Aamiiin....!" balas Dinda atas do'a Nisa. "Oh iya Nis! Aku mau minta maaf, ya! Nama kamu, ikut digunakan oleh mendiang anakku!' jawab Dinda sedih teringat dengan kematian putri kecilnya. "Gak papa, kok! Lagian, nama itu 'kan belum aku bikinkan lisensinya, jadi siapa aja boleh menggunakannya! Apalagi aku cantik, aku yakin siapapun yang menggunakan nama itu, pasti cantik kayak aku!" jawab Nisa enteng. Dinda melongo dengan kenarsisan sahabatnya, sejak kapan, pikirnya "Lo baik-baik aja, 'kan, Nis?" tanya Dinda sambil menempelkan tangannya di dahi Nisa. "Apaan sih, Din! Orang sehat begini, malah dibilang sakit!" gumam Nisa sewot. "Tunggu.... tunggu! Sejak

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 163

    "Assalamualaikum....!" ucap salam Nisa yang di depan sebuah rumah minimalis, ditemani suaminya. "Rumahnya, asri ya Mas!" ucap Nisa sambil melihat-lihat lingkungan rumah sahabatnya. "Kamu suka?" tanya Rasya merangkul tubuh istrinya kepelukan. "Banget, aku itu sukanya suasana alam, ya.... seperti taman ini, Mas!""Nanti kita beli satu, rumah yang ada tamannya!" jawab Rasya enteng. "Awh....!" jerit Rasya yang mendapat cubitan dari istrinya. "Apaan sih, sayang! Main cubit aja!" sungut Rasya sambil menggosok perutnya. "Kamu yang apaan, Mas! Beli rumah, kayak beli gado-gado, pemborosan tau!" protes Nisa. "Kan kamu ingin suasana seperti ini, sayang!" jawab Rasya membela diri. "Tapi nggak gitu juga konsepnya, kali...!" jawab Nisa heran dengan pola pikir suaminya. "Waalaikum salam....! Maaf, cari siapa, ya?" tanya wanita paruhbaya yang membukakan pintu. Rasya dan Nisa menoleh ke pintu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 161

    "Dasar, adik ipar perhitungan! Baru aja dimintai pertolongan beberapa kali, udah main kabur!" omel Arman di sepanjang jalan. Sampai di rumah, emosi Arman semakin membengkak! Ibunya yang duduk di atas kursi roda, melemparkan perabotan rumah yang tidak seberapa, ke segala arah. "Mama apa-apaan sih, Ma! Udah gak bisa bantu beres-beres, malah berantakin rumah begini!" Melihat kedatangan putranya, bu Susy tambah meradang. Semua barang benda yang dapat terjangkau oleh tangannya, ia lemparkan kepada Arman. "Huh.... huh...!" Sambil melempar, hanya kata gak jelas yang keluar dari bibirnya. "Ma.... jika Mama terus-terusan seperti ini, Arman pastikan Mama akan menyesal!" bentak Arman memandang tajam. "Mama mikir gak, sih! Mama baru aja keluar dari Rumah Sakit, bukannya istirahat malah marah nggak jelas begini!" omel Arman sambil mengumpulkan pecahan beling yang berserakan di lantai."Hamu... hak.. hecus, hurus hibu!" ujar bu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 160

    Hati Indra terasa miris, melihat wanita yang biasanya selalu ceria, kini hilang ingatannya. Yang dipikirannya, hanya mengenai anak yang ia lahirkan, yang telah kembali ke pankuan ilahi. "Dinda, kamu udah makan obat?" tanya Indra duduk di bangku, yang ada di kamar mereka. "Udah donk, Mas! Aku kan harus sehat, agar bisa menjaga dede Nisa!" jawab Dinda semangat. "Iya, kamu harus minum obat terus ya, agar dede bayi juga ikutan sehat!" ucap Indra memotivasi istrinya agar tetap semangat untuk minum obat, walau harus mengikuti ke 'halu an' istrinya. "Gitu ya, Mas?" tanya Dinda dengan senyum di bibirnya. "Iya, donk! Jika kamu sehat, nanti kita bisa jalan-jalan!" tambah Indra. "Jalan-jalan...? Sama dede Nisa, Mas?" tanya Dinda dengab mata berbinar. Dinda duduk di pinggir tempat tidur, menghadap suaminya, seperti seorang anak yang ingin mendengar dongeng dari ibunya. "Iya..kita akan jalan-jalan, tapi pastikan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 159

    "Siapa istri pemuda itu..? Apakah istrinya, mengenalku? Semoga saja begitu, dengan demikian, aku mempunyai harapan selamat, dari balas dendam bocah itu!" ucap hati Tuan Frass. "Ada apa dengan Tuan! Nampaknya dia begitu bahagia!" Tanda tanya menghantui pikiran Jhon, tapi dia tetap menjalankan perintah Tuannya***Di rumah, Nisa nampak duduk dengan Ahmad,putranya. Ahmad begitu senang mendengar kabar kehamilan ibunya, "Bunda... berapa lama lagi adik Ahmad bisa diajak bermain, Bun?" tanya Ahmad semringah. "Hehe... sabar ya sayang, tunggu adik lahir dulu, terus tunggu adek gede, baru deh main sama kakak Ahmad!" ucap Nisa sambil membelai rambut putranya. "Kok lama banget! Sekarang adik di mana, Bun?" tanya Ahmad polos. Sambil tersenyum, Nisa memindahkan tangan Ahmad, ke perutnya yang masih datar. "Kok di sini, Bun? Apa gak sempit Bun? Terus, tempat adik bermain, dimana?" tanya Ahmad heran. "Nggak sempit don

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 158

    Air mata Nisa tak dapat ia bendung, air mata bahagia, mengiasi wajah cantiknya. Nisa merasa tak percaya, baru satu bulan ia menikah, ternyata Allah kembali menitip kan karunia terbesar, pada dirinya. Ia benar-benar bersyukur, karena banyak di luar sana, yang telah sekian lama menikah, namun belum dikaruniai seorang anak. "Selamat ya, Bu atas kehamilannya!" ucap dokter wanita yang menanganinya. "Terimakasih, Dok!" ucap Nisa tersenyum haru. "Sudah menjadi tugas kami, Bu! Pesan saya, jaga emosinya agar jangan sampai stres, dan jangan lupa konsumsi makanan bergizi ya, Bu! Jangan lupa, perbanyak istirahat!" nasehat dokter. "Baik, Dok!" jawab Nisa, serius mendengar nasehat dokter. "Satu lagi, di sini saya tulis resep vitamin, juga obat penghilang mualnya, jangan lupa bulan depan datang lagi, kita cek perkembangan janinnya, ya Bu!" "In syaa allah, Dok!"Setelah menebus obat dan vitamin di apotik, Nisa, segera meninggalkan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 157

    Nisa baru ingat, jika bulan ini dia belum menstruasi. "Kenapa, nak? Kamu gak berencana menunda kehamilan, 'kan?" "Ee...nggak kok, Yah!" cicit Nisa."Syukurlah, gak baik kamu menunda kehamilan! Walau bagaimanapun, kamu harus menghargai keinginan suamimu! Lagi pula, Ahmad juga sudah besar, sudah sepantasnya punya adik!" nasehat Ayah Faisal. "Iya Yah, dari awal menikah, Nisa gak ada niat untuk menunda kehamilan! Tapi kalau belum hamil, ya sabar aja!" jawab Nisa, tapi dalam hati Nisa berkata lain. "Bagus itu, mumpung kamu masih muda, jadi peluang untuk hamil itu, masih besar! Ayah do'akan agar kamu secepatnya, bisa memberikan Keturunan buat Rasya!""Iya, Yah! Moga aja secepatnya dipercaya Allah!""In syaa allah, aamiiin!" doa ayah Faisal.Ia ingin, dengan kehamilan, dapat mempererat cinta dalam rumahtangga putrinya. Nisa yang masih terngiang pertanyaan ayahnya, dia mulai memikirkan perubahan yang terja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status