Share

Bab 33

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-02-09 04:32:09

Hidung mancung, bibirnya merah muda, bola matanya kecoklatan, rambutnya sangat lebat dan wajahnya cukup mirip dengan David.

Entah mengapa bisa semua itu harus diwarisi oleh putranya.

Padahal ayahnya juga tidak pernah tahu kalau anak itu adalah darah dagingnya.

Lelaki tidak bertanggungjawab seperti David rasanya tak perlu tahu tentang anaknya.

Lagi pula belum tentu juga bisa menerimanya melihat seperti apa sikap David padanya sekarang.

Tapi untuk apa juga dia masih memikirkan David?

Ini semua karena wajah mereka yang memiliki kemiripan.

Andai saja wajah Kenzie mirip dirinya ini tidak akan pernah terjadi.

Dia akan benar-benar sangat bahagia karena tidak lagi melihat wajah David dalam diri putranya.

Tapi Ayunda cukup merasa bahagia karena putranya sudah bisa dibawa pulang setelah beberapa hari ini berjauhan dengannya.

Kini hati Ayunda pun lebih tenang bisa bersama dengan bayinya setiap waktu.

Meskipun rasanya sangat melelahkan tapi tidak masalah, karena buah hatinya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
iinfadilah415
neeneknya aja sadarrr... masak si david g sadar² hufttt
goodnovel comment avatar
Eka Vesa Longa
lanjut dong kk Thor ....
goodnovel comment avatar
asyafitri1808
lnjt Kaka rhor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 34

    "Tapi wajah putra mu mengingatkan ku pada David saat bayi dulunya." Ayunda masih saja memikirkan ucapan Hera, ternyata Hera pun mengakui secara langsung jika wajah David dan Kenzie memiliki kemiripan yang begitu jelas. Saat ini Yunda berharap semoga saja David tidak pernah tahu Kenzie adalah putranya untuk selama-lamanya. Rasa bencinya terhadap David sudah terlalu besar sehingga tidak ingin lagi ada hubungan dengan David. Bahkan dia pun berkeinginan untuk segera pergi dari rumah David, sayangnya dia belum mendapatkan pekerjaan di luar sana. Sedangkan Ayunda sangat membutuhkan pekerjaan untuk bisa membeli susu formula. "Yunda!!!" seru Gia. Yunda yang tengah sibuk dengan pikirannya pun seketika dibuat terkejut. "Gia!" kesalnya sambil mengusap dada. "Ya ampun, Yunda. Dari tadi aku manggil kamu," ucap Gia dengan sangat bingung melihat wajah Yunda. "Benarkah?" tanya Ayunda lagi sambil tersenyum malu. Benar-benar pikirannya begitu kacau hingga tidak menyadari kehadiran

    Last Updated : 2025-02-09
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 35

    Hari ini David pulang lebih awal, pekerjaannya sedikit renggang membuatnya lebih santai dari biasanya. Bahkan, dia juga bisa makan malam bersama di rumah. "Menurut Mama kalian harus ke dokter," Hera pun membuka pembicaraan terlebih dahulu. David yang tengah mengunyah makan malamnya pun segera melihat wajah sang Mama. Dia merasa bingung dengan anjuran sang Mama. "Dokter?" tanya David. Mungkin juga dia sedikit bingung sebab merasa tidak memiliki penyakit yang serius. Jadi mengapa harus ke dokter? Dia pun masih menunggu jawaban dari sang Mama. Semetara Adel masih diam saja sambil terus mengunyah makanannya. "Iya," jawab Hera lagi dengan sangat yakin. "Kenapa seperti itu, Ma?" tanya David lagi yang semakin kebingungan. "Jadi gini, Mama udah nggak sabar menimang cucu. Dan, dulu waktu Mama dan Papa baru menikah tidak lama kemudian kamu hadir di perut Mama. Semetara kalian berdua sudah beberapa bulan menikah belum juga ada tanda-tanda Adel hamil," terang Hera. Adel p

    Last Updated : 2025-02-11
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 36

    David pun penasaran dengan ucapan sang Mama. Dia pun segera pergi menuju kamar Ayunda untuk melihat baby Kenzie. Benarkah apa yang dikatakan oleh Mamanya? Dia harus membuktikan sendiri, jiwa penasarannya semakin menjadi-jadi sebelum melihatnya. Dia masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Baginya dia adalah penguasa, dirumahnya dia bebas melakukan apa saja termasuk keluar masuk dengan bebas di kamar siapa saja tanpa terkecuali. Namun, saat itu dirinya tidak melihat wajah Ayunda. Tapi apa yang dia cari dia temukan, baby Ken tengah tertidur pulas di atas ranjang. Sesaat itu David pun mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Dia kini menyimpulkan bahwa Ayunda tengah mandi di dalam sana. Di rumah David bukan hanya kamar majikan dan kamar tamu yang memiliki masing-masing kamar mandi. Tapi kamar pembantu memiliki kamar mandi masing-masing juga tanpa terkecuali, meskipun tidak sebesar kamar mandi di kamar majikannya. Sebab menurutnya pembantu

    Last Updated : 2025-02-11
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 37

    Adel pun mulai memasuki kamar, tapi ternyata tidak ada David di sana.Tapi dia tahu dimana tepatnya David sekarang, pasti d ruang kerjanya.Dia pun mulai melangkahkan menuju ruang kerja David.Ternyata benar pria itu ada di sana.David duduk di kursinya dengan mata tertutup dan wajah yang tampak sangat was-was.Peluhnya terlihat bercucuran, sepertinya berada dalam mimpi buruk yang mengerikan.Adel pun tersenyum saat mendengar suara David yang menyebutkan satu nama."Ayunda"."David!""DAvid!!""Yunda?" "Adel!" sahut Adel, "Adelia!" kata Adel lagi.Kemudian dia pun tersenyum sambil menatap wajah David penun selidik. David pun mengusap wajahnya setelah mendengar suara Adel. Ternyata benar yang ada di hadapannya adalah Adel. Kemudian Adel pun kembali menuangkan minuman pada gelas David. "Minum!" kata Adel. David pun kembali meneguknya, kemudian memijat dahinya. Sesaat kemudian Adel pun tersenyum sambil melenggang pergi begitu saja. David kini tinggal sendiri, dia masih te

    Last Updated : 2025-02-12
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 38

    Semuanya harus dikerjakan oleh Ayunda dengan penuh semangat, apa lagi mengurus putranya. Lelahnya jangan di tanya lagi, karena sudah pasti dia sangat kelelahan. Sebab, selain mengurus bayi dia juga mempunyai tanggung jawab untuk bekerja sebagai seorang pembantu. Menjadi pembantu di rumah pria yang sebenarnya harus bertanggungjawab atas kehamilannya, atas anak yang dia lahirkan. Sayangnya sampai detik inipun Ayunda lebih memilih untuk diam menyimpan semua itu karena rasa kecewanya yang teramat sangat dalam. Miris bukan? Begitulah kini keadaannya. Bahkan saat pagi hari seperti ini pun dia bekerja sambil menggendong bayinya. Karena bayinya sedikit rewel, akan tetapi bayi tersebut sepertinya kini sumber semangat baginya. "Yunda, kamu di sini?" tanya Adel. "Iya, kan aku lagi bersih-bersih," jawab Ayunda dengan menatap wajah Gia kebingungan. Sebab, pekerjaannya adalah bersih-bersih. "Bukan gitu, maksud aku kamu kerja kok sambil gendong Ken? Kasihan dia." "Iya sih,

    Last Updated : 2025-02-14
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 38

    Langkah kaki David terhenti saat berada di teras, matanya melihat seorang bayi yang diletakkan di atas sofa. Sofa yang tersedia di teras, tempat tersebut biasanya untuk Hera berjemur di pagi hari. Tapi pagi ini sepertinya ada yang berbeda, karena tidak ada Hera disana. Hanya ada bayi yang sedang tertidur pulas sendirian saja. Namun, yang sebenarnya membuat langkah kaki David terhenti adalah wajah bayi tersebut. Hanya Ayunda yang memiliki bayi di rumah itu, jadi, sudah pasti itu adalah bayi yang dimaksud oleh ibunya. Seketika itu David pun mengingat kembali apa yang pernah dikatakan oleh ibunya. Kini David pun tanpa sadar membenarkan jika saja wajah bayi Ayunda mirip dengan dirinya. "Itu tidak mungkin, dan aku tidak mau!" gumamnya. Kemudian dia pun semakin mendekatinya agar bisa melihat lebih jelas, dia yakin bahwa dirinya sedang salah melihat. Tapi tidak, terlihat lebih jelas jika bayi itu sangat mirip dengan dirinya. Rasanya tak percaya dan ini sangat tidak mung

    Last Updated : 2025-02-15
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 39

    "Sayang," Ayunda pun berusaha untuk menenangkan putranya yang terus menangis tanpa hentinya sejak tadi. Entah mengapa bayi tersebut terus saja menangis. Ditambah lagi Ayunda belum terlalu pandai dalam mengurus bayi. Wajahnya terlihat begitu kelelahan, meskipun demikian tentu saja dia tidak menyerah. Padahal sudah sangat larut malam, tapi bayinya belum juga tidur. "Cup cup cup," Ayunda pun menggendong bayinya dan mengayunkan tangannya berharap sang bayi bisa berhenti menangis dan tertidur pulas. Tapi sepertinya belum juga, dia pun terus berusaha lebih keras lagi untuk membuat bayinya tidur. Wajahnya kini terlihat sangat pucat, Ayunda cukup kelelahan karena kurangnya istirahat. Dari semenjak melahirkan seharusnya dia istirahat total, tapi sayangnya tidak. Setelah hari hampir pagi akhirnya baby Ken pun terlelap. Begitu pun juga dengan Ayunda yang ikut terlelap sambil memeluk baby Ken. Dia sangat kelelahan karena semalam penuh tidak tidur. Hingga terbangun saat men

    Last Updated : 2025-02-15
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 40

    Benar saja Yogi kembali datang untuk menemui Ayunda. Padahal siang tadi dia baru dari sana. "Tumben kau datang ke sini?" tanya David yang melihat Yogi. Yogi pun menatap wajah David dengan senyuman. Selama ini dia memang sangat jarang datang, bahkan dia datang jika memang dihubungi saja. Sepertinya kali ini tidak ada yang menghubungi sudah datang, entah angin apa yang membawanya datang tanpa diminta. "Aku mau menemui pembantu mu, dia teman sekolah ku, dia cantik sekali walaupun sudah janda," jawabnya dengan santai. David tidak mengerti kenapa Yogi berkata demikian. "Yunda, aku mau menemuinya. Sekaligus menemui anaknya," terang Yogi lagi. "Seperti tidak ada wanita lain saja di dunia ini," sinis David. Dia pikir siapa yang akan ditemui oleh Yogi hingga begitu bersemangat, ternyata hanya wanita yang dianggapnya sangat rendah. "Wanita di dunia ini banyak, tapi yang secantik dia itu yang sulit untuk ditemukan," jawab Yogi lagi dengan sangat yakin. "Dia itu hanya wani

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 152

    David semakin menyesap rok*k nya, asapnya sudah mulai memenuhi sekitarnya. Belum juga satunya habis dia sudah mengambil yang lainnya dan menyesapnya kembali. Otaknya benar-benar tidak bisa dikondisikan karena ulah Ayunda. Entah seberapa besar pertahanan yang tersisa, yang jelas kini semakin tipis. David sendiri tidak tahu bisa menjamin dirinya bisa kuat atau tidak. Tapi kenapa? Apakah Ayunda sengaja melakukan semua ini? Apakah dia masih terlalu polos atau sangat bodoh hingga melakukan apapun dengan sesukanya. Polos? Rasanya tidak mungkinkan? Dia sudah dewasa dan mengerti akan kebutuhan pria dewasa. David pun meneguk mineral yang tersedia di kamarnya tersebut. Kamar yang sebelumnya telah dia tinggalkan karena mengikuti Ayunda yang berpindah kamar kini justru tempatnya untuk menyimpan rasa panasnya. Untuk menormalkan segala perasaan yang ada sungguh sangat menyiksa, bahkan tangannya terlihat bergerak sambil beberapa kali mengusap wajahnya. Drettt. Suara pon

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 151

    Dekat terasa menyiksa, sedangkan jauh terasa rindu. Itulah yang dirasakan oleh David saat ini, dia terdiam duduk sambil menatap layar ponselnya dimana ada wajah Ayunda di sana. Sebenarnya David sendiri bingung dengan dirinya, keinginannya pergi ke Bali untuk bekerja sekaligus untuk menghindari Ayunda. Tapi apa? Baru sampai saja sudah membuatnya menjadi tidak tenang, rasa rindu mulai melanda. Sungguh dia sangat tersiksa. Ting tong! Suara bel berbunyi dan David pun melihat daun pintu. Ting tong! Lagi-lagi terdengar suara bel dan dia harus bangkit dari duduknya untuk membuka pintu. Alangkah terkejutnya dia melihat siapa yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Yunda?" David benar-benar tidak percaya jika Ayunda ada di hadapannya. "Kak, jangan marah dulu ya. Yunda di paksa Mama nyusul, Kakak. Tadi dianterin sama Kak Zidan." "Tapi sekarang Kak Zidan udah balik lagi," jelas Ayunda. Ayunda takut diamuk oleh David, sehingga memilih untuk segera menjelaskan. Ingatkan

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 150

    'Apa pernikahan kami cuma menutupi ketidak normalnya aja ya? Tapi apa iya? Iya juga sih, kenapa sebelum menikah dia berusaha mendekati aku terus dan sekarang biasa aja. Malahan udah tidur satu kamar, satu ranjang pula,' batin Ayunda. Semetara David kebingungan melihat wajah Ayunda yang terus memperhatikannya dalam diam. Apa yang ada dipikiran wanita di hadapannya tersebut sungguh membuat David penasaran. "Kak, sebenarnya pekerjaan Bimo apa sih?" tanya Ayunda berusaha untuk mencari tahu tentang Bimo. Tepatnya ingin tahu sebesar apa perasaan David terhadap Bimo. Apa perasaan? Kacau! Ayunda semakin berpikir jauh, tapi tentunya tidak boleh menyimpulkan sesuatu tanpa ada bukti yang akurat. Mari kita cari buktinya dulu. "Dia orang kepercayaan ku di sini," jawab David. "Menurut, Kakak dia gimana?" "Baik, dan jujur, bisa diandalkan dalam segala hal," terang David. "Segala hal? Contohnya?" Ayunda semakin penasaran dan merasa pertanyaannya semakin sengit. "Iya, semuany

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 149

    Karena sudah tidak sanggup David pun segera pergi tanpa berpamitan sama sekali. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. "Kak!" panggil Ayunda yang merasa kebingungan. Melihat David yang tiba-tiba pergi, bahkan pintu pun sudah tertutup rapat. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya melihat David yang pergi begitu saja. "Kak David kenapa ya? Apa aku keterlaluan banget minta dipijat? Kayaknya aku keterlaluan deh, mungkin aja kan dia nggak suka di suruh-suruh," gumamnya dengan rasa bersalah. Ayunda pun tak lagi mempermasalahkan David yang pergi begitu saja. Dia memilih untuk tidur agar kembali pulih. Tok tok tok. "Yunda!" seru Wina. Ayunda pun terbangun dan ternyata hari sudah siang. Ternyata dia sudah tidur hampir seharian. "Ya, Ma," sahutnya sambil bergerak turun dari ranjang dan membuka pintu. "Kamu kok nggak sarapan pagi, nggak makan siang? Nanti tambah sakit lho," omel Wina. "Iya, Ma. Yunda mandi dulu ya." "Pengantin baru jam segini belum mandi

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 148

    Tengah malam David belum juga bisa terlelap, dia pun segera pergi ke luar untuk mencari angin segar. Tepatnya untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia menuju taman belakang dan duduk di kursi sambil mengusap wajahnya beberapa kali. "Sedang apa kau di sini?" tanya Zidan. David pun menoleh dan ternyata dia melihat Zidan. "Mencari angin segar," jawab David. Setelah sekian lama akhirnya Zidan mengajaknya berbicara? Tentunya David merasa senang, semoga saja persahabatan mereka bisa kembali membaik. "Apa kabar?" tanya David kembali. "Kenapa bertanya soal kabar, apakah aku terlihat tidak baik-baik saja?!" sinis Zidan. "Bukan begitu, aku hanya ingin minta maaf pada mu," ucap David lagi. Zidan pun terdiam begitu juga dengan David. Hingga Zidan pun kembali bertanya, "Sampai kapan kau akan mencari angin segar di sini? Apakah kau tidak ingin tidur?" tanya Zidan penuh selidik. "Lalu bagaimana dengan mu, kenapa ada di sini juga?" David pun pun memutar balikan pertanyaan. S

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 147

    Sesekali David menoleh pada Ayunda yang duduk di sampingnya, dia bingung karena sepanjang perjalanan menuju rumah Ayunda hanya diam saja. David berpikir jika Ayunda masih berpikir tentang apa yang dikatakan oleh temanya barusan. "Kamu masih kepikiran sama ucapan barusan?" tanya David secara langsung. Sudah susah payah dia berusaha untuk tetap membuat hubungan mereka baik tapi ada saja celah yang membuat David merasa terancam. "Nggak sih, Kak. Tapi kalau dipikir-pikir lagi nggak mungkin juga dia ngarang, buat apa?" jawab Ayunda. David pun menggaruk kepalanya karena bingung sendiri untuk membuat Ayunda mengerti. "Terserah, Kakak aja deh. Yunda nggak papa kok," Ayunda pun tersenyum sambil menunjukkan dua baris giginya. Ayunda mengatakan tidak apa-apa? Dia terlihat santai tanpa beban. Tapi reaksi Ayunda membuat David terluka, dengan begitu artinya Ayunda tak memiliki perasaan padanya. Sedalam apa luka yang dulu dia torehkan hingga mampu menghapus cinta Ayunda yang begi

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 146

    Begitu banyak barang yang dibeli oleh Ayunda, karena pakaian anaknya juga mulai sempit akibat pertumbuhan Ken yang begitu cepat. Kenzie kini lebih gemuk dan semakin menggemaskan, apa lagi dia sudah bisa duduk. Tapi Ayunda yang bingung melihat sikap David. Sejenak dia menatap wajah David penuh tanya. "Kenapa?" tanya David menyadari tatapan mata Ayunda yang berbeda padanya. "Yunda perhatiin kok, Kakak lebih kalem ya. Maksudnya agak beda dari sebelumnya yang kerjanya bikin kesel terus," ujar Ayunda. David pun tersenyum mendengar ucapan Ayunda, tapi sebenarnya dia takut salah bicara dan membuat hubungan baik mereka malah kembali menegang seperti dulu. Jadi David lebih memilih untuk diam, karena kini sikap Ayunda begitu baik padanya. "Kak, kira-kira ini bagus nggak ya?" tanya Ayunda sambil menunjuk sebuah pakaian mungil untuk Kenzie. "Bagus," jawab David. "Apanya yang bagus, ini jelek," gerutu Ayunda. David hanya bisa diam, lihatlah wanita yang membingungkan ini. Wa

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 145

    "Zidan," panggil Wina saat melihat anaknya melintas di ruang keluarga lagi. Kali ini Zidan sepertinya akan pergi padahal baru kembali. Tapi Wina tidak perduli dengan semua itu karena telah menjadi kebiasaan anaknya. "Ya, Ma?" jawabannya sambil menghentikan langkah kakinya. "Sebenarnya kamu berbuat apa pada Tere, kok dia sampai begitu ketakutan kalau lihat kamu," tanya Wina penasaran. Semetara Ayunda masih diam menunggu jawaban dari sang Kakak. Dia juga penasaran akan kehidupan yang dijalani oleh sahabatnya. Ayunda bahkan merasa jika Tere yang kini tidak dia kenali lagi. Terlihat hanya ada beban hidup yang dia pikul, bahkan untuk tertawa lepas seperti dulu saja tidak pernah dilihatnya lagi. "Memangnya dia tidak berbicara pada, Mama?" tanya Zidan kembali. Wina pun menggeleng kepalanya. "Zidan pikir dia sudah memberi tahu, tapi sejak kapan, Mama peduli?" tanya Zidan lagi yang malah bingung. Karena setahunya Wina juga tidak setuju jika Tere menjadi istrinya, bahkan

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 144

    Krang!! Terdengar suara pecahan dari arah dapur seketika itu mengejutkan Ayunda dan David. "Kenapa ya, Kak?" tanya Ayunda. David pun menggelengkan kepalanya karena mereka berdua sama-sama tidak tahu. Dengan cepat Ayunda pun pergi menuju dapur disusul oleh David. Sesampainya di dapur ternyata ada Tere yang jatuh pingsan. Bahkan di dekatnya ada gelas yang pecah, Ayunda menebak jika suara pecahan sebelumnya berasal dari pecahan gelas tersebut. "Tere, bangun," seru Ayunda. Dia terlihat begitu panik melihat keadaan sang sahabat saat ini.Keadaan yang sangat memprihatikan. "Tere!" seru Ayunda tak hentinya. "Lho, dia kenapa?" tanya Wina yang juga melihat Tere tergeletak di lantai. "Nggak tahu, Ma. Mukanya pucat banget, kayaknya dia sakit," kata Ayunda lagi. Wina pun hanya bisa mengangguk sambil memperhatikan wajah pucat Tere. "Kak, tolong Tere," pinta Ayunda. Dia melihat yang lainnya hanya menonton saja sementara keadaan Tere cukup memprihatinkan.Apakah tak ada y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status