David pun melepaskan tautannya dan Ayunda pun mulai menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dengan nafas yang terengah-engah Ayunda pun menatap wajah David penuh tanya dan ketakutan. Tapi apakah David menjauh? Karena menyadari ketakutan Ayunda? Tidak. Kesabaran David sudah habis, tidak ada lagi kesempatan untuk lepas. Dia seperti seekor singa yang kelaparan dan Ayunda adalah santapan nya. "Kak?!" seru Ayunda saat merasakan tubuhnya tertarik kembali dan berakhir terlentang pada ranjang. Tanpa banyak waktu David pun menindihnya, tak ada lagi pikiran jernih. Semuanya hanya tentang dahaga yang harus mendapatkan setetes air. Sekalipun tubuh Ayunda bergetar hebat tapi David tak melepaskan sama sekali. Tidak membiarkan wanita ini untuk bisa lolos. "Kak!" seru Ayunda panik sambil menusukkan kuku-kukunya pada punggung David. Dia sendiri tak menyangka jika David bisa seperti ini. Dia hanya fokus pada apa yang dia lakukan tanpa mendengarkan dirinya. Tak ada jeda yang di
"Yunda," panggil David sambil menepuk-nepuk pipi Ayunda. Mata Ayunda tertutup rapat, dengan nafas yang tersengal-sengal membuat David khawatir. Khawatir? Dia baru merasa khawatir setelah selesai mendapatkan puncaknya? Iya, itu benar. Sebab, sejak tadi dia masih terlalu fokus pada keindahan tubuh istrinya hingga tak ada yang dapat mengalihkan perhatiannya. "Ayunda, kamu baik-baik saja?" tanya David untuk memastikan. Ayunda pun mengangguk sebagai jawaban, tapi dia tak bisa membuka matanya sama sekali. Bagaimana ini? David pun meraih mineral yang tersedia di atas meja kemudian memberikan pada Ayunda untuk diteguk. Setelah itu barulah Ayunda merasa lebih baik, dia juga sadar masih polos. David pun meraih selimut yang tergeletak asal pada lantai dan menyelimuti Ayunda. "Kamu mau bukti apa lagi?" David pun tersenyum sambil menggerakkan kedua alisnya. "Apa?" tanya Ayunda berpura-pura tidak mengerti. "Menurut mu, Kakak ini normal atau tidak?" tanya David memastikan.
Akhirnya Ayunda terlelap tanpa makan tanpa mengenakan pakaian, tubuhnya hanya tertutup selimut saja hingga akhirnya mata hari pun mulai masuk melalui celah-celah jendela. Membuat tidur Ayunda pun terusik hingga perlahan kelopak matanya bergerak dan terbuka. Sambil merenggangkan otot-ototnya dia pun melihat ke arah samping. Ternyata David sedang menatapnya. "Pagi sayang," sapa David. Apa ini? Pagi-pagi sudah dibuat seperti melayang di udara. Perasaan macam apa ini? Ayunda bingung dan terus bertanya-tanya apakah yang terjadi padanya? "Cantiknya istri ku," kata David sambil menyentuh hidung mancung Ayunda. Huuuufff. Mendadak menegang, selain karena sentuhan David juga karena apa yang telah mereka lewati tadi malam. Akhirnya semuanya terjadi juga. Rasanya sangat luar biasa bercampur malu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.Meskipun diawali dengan sedikit ketegangan namun akhirnya berakhir dengan menghangatkan. "Yunda laper tau, Kak. Dari tadi malam nggak ma
Setelah selesai makan Ayunda pun merebahkan tubuhnya, tentu saja untuk pijatan yang telah dijanjikan oleh David. Ayunda benar-benar santai menikmati pijatan tangan David yang terasa pas. Tapi semakin lama dia merasa ada yang berbeda. Tapi apa lagi ya? Ayunda mencoba untuk mencari sesuatu yang berbeda itu. Berbeda dari sebelumnya. Benar. Tangan David mulai menjalar dengan sesukanya dan membuat Ayunda pun tidak nyaman. Dia pun segera bangkit kemudian menatap David dengan bingung. "Kenapa?" tanya David sebelum Ayunda yang bertanya. "Kok pijet nya gitu ya, Kak? Perasaan kemari itu nggak gitu deh." "Gitu gimana?" tanya David berpura-pura tidak mengerti. "Ya gitu," Ayunda sendiri tidak mengerti cara menjelaskan pada David. "Kamu ngomong apa, Kakak nggak ngerti, sini Kakak pijit biar nggak pegel lagi," David pun meraih tangan Ayunda agar kembali naik ke atas ranjang. Tapi Ayunda tampak ragu karena merasa tidak nyaman dengan pijatan David. Meskipun begitu dia tet
Cup! Satu kecupan manis mendarat di pipi Ayunda membuatnya pun mulai terusik dari tidurnya. Seketika dia pun duduk sambil memegang selimut di bagian dadanya. Menyadari ternyata Bu Nuri sudah tidak berada di sana, justru yang ada David. Kapan Bu Nuri pergi? Kapan juga David kembali? "Kamu lagi nungguin aku ya," goda David sambil mengecup lengan bagian atas Ayunda yang terbuka. "Apa sih!" sinis Ayunda dengan perasaan tegang, "Bu Nuri kemana ya?" "Siapa dia?" David tampak bingung dengan pertanyaan Ayunda. "Yang, Kakak minta ke sini buat mijat Yunda." "Sepertinya sudah pergi sejak tadi." "Padahal Ayunda belum ngasih tipsnya," Ayunda pun sedikit kecewa karena dirinya yang ketiduran. "Kakak udah minta Bimo memberikan sepuluh juta," jawab David. "Banyak sekali," Ayunda dibuat syok setelah mengetahuinya. "Tidak masalah karena dia sudah membuat Ayunda ku tidak letih lagi." huuuufff. Kenapa jadi seperti ini? Ayunda benar-benar tegang dibuatnya seketika. "Kamu
David pun melompat ke dalam kolam renang, dia mulai berenang dengan begitu indah. Tak lama berselang dia pun kembali muncul dipermukaan. Dada bidangnya terpampang nyata di depan mata, siapapun tak akan bisa berpaling. Dia mengenakan celana boxer yang memperlihatkan tubuhnya begitu profesional. Semakin basah semakin mengundang kehangatan yang luar biasa. Begitu juga dengan Ayunda yang sejak tadi hanya diam sambil menatapnya. "Sayang, kenapa hanya melihat saja?" tanya David yang kini berjalan menghampiri Ayunda. Tiba-tiba saja Ayunda merasa tegang karena celana David yang begitu menonjol. 'Belum hidup saja sudah begitu,' batin Ayunda dengan isi pikirannya yang kotor. "Kakak, kok pakek kolor doang sih?" tanya bingung. "Memangnya kenapa? Disini hanya ada kita berdua saja," jelas David tanpa beban sama sekali. "Ya, tapi nggak malu apa di depan Yunda?" "Kenapa harus malu, kamu ini ada-ada saja," David pun terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sangat lucu ini. "
Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.
Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak
Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K
"Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke
Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn
Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak
Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.
David pun melompat ke dalam kolam renang, dia mulai berenang dengan begitu indah. Tak lama berselang dia pun kembali muncul dipermukaan. Dada bidangnya terpampang nyata di depan mata, siapapun tak akan bisa berpaling. Dia mengenakan celana boxer yang memperlihatkan tubuhnya begitu profesional. Semakin basah semakin mengundang kehangatan yang luar biasa. Begitu juga dengan Ayunda yang sejak tadi hanya diam sambil menatapnya. "Sayang, kenapa hanya melihat saja?" tanya David yang kini berjalan menghampiri Ayunda. Tiba-tiba saja Ayunda merasa tegang karena celana David yang begitu menonjol. 'Belum hidup saja sudah begitu,' batin Ayunda dengan isi pikirannya yang kotor. "Kakak, kok pakek kolor doang sih?" tanya bingung. "Memangnya kenapa? Disini hanya ada kita berdua saja," jelas David tanpa beban sama sekali. "Ya, tapi nggak malu apa di depan Yunda?" "Kenapa harus malu, kamu ini ada-ada saja," David pun terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sangat lucu ini. "
Cup! Satu kecupan manis mendarat di pipi Ayunda membuatnya pun mulai terusik dari tidurnya. Seketika dia pun duduk sambil memegang selimut di bagian dadanya. Menyadari ternyata Bu Nuri sudah tidak berada di sana, justru yang ada David. Kapan Bu Nuri pergi? Kapan juga David kembali? "Kamu lagi nungguin aku ya," goda David sambil mengecup lengan bagian atas Ayunda yang terbuka. "Apa sih!" sinis Ayunda dengan perasaan tegang, "Bu Nuri kemana ya?" "Siapa dia?" David tampak bingung dengan pertanyaan Ayunda. "Yang, Kakak minta ke sini buat mijat Yunda." "Sepertinya sudah pergi sejak tadi." "Padahal Ayunda belum ngasih tipsnya," Ayunda pun sedikit kecewa karena dirinya yang ketiduran. "Kakak udah minta Bimo memberikan sepuluh juta," jawab David. "Banyak sekali," Ayunda dibuat syok setelah mengetahuinya. "Tidak masalah karena dia sudah membuat Ayunda ku tidak letih lagi." huuuufff. Kenapa jadi seperti ini? Ayunda benar-benar tegang dibuatnya seketika. "Kamu
Setelah selesai makan Ayunda pun merebahkan tubuhnya, tentu saja untuk pijatan yang telah dijanjikan oleh David. Ayunda benar-benar santai menikmati pijatan tangan David yang terasa pas. Tapi semakin lama dia merasa ada yang berbeda. Tapi apa lagi ya? Ayunda mencoba untuk mencari sesuatu yang berbeda itu. Berbeda dari sebelumnya. Benar. Tangan David mulai menjalar dengan sesukanya dan membuat Ayunda pun tidak nyaman. Dia pun segera bangkit kemudian menatap David dengan bingung. "Kenapa?" tanya David sebelum Ayunda yang bertanya. "Kok pijet nya gitu ya, Kak? Perasaan kemari itu nggak gitu deh." "Gitu gimana?" tanya David berpura-pura tidak mengerti. "Ya gitu," Ayunda sendiri tidak mengerti cara menjelaskan pada David. "Kamu ngomong apa, Kakak nggak ngerti, sini Kakak pijit biar nggak pegel lagi," David pun meraih tangan Ayunda agar kembali naik ke atas ranjang. Tapi Ayunda tampak ragu karena merasa tidak nyaman dengan pijatan David. Meskipun begitu dia tet
Akhirnya Ayunda terlelap tanpa makan tanpa mengenakan pakaian, tubuhnya hanya tertutup selimut saja hingga akhirnya mata hari pun mulai masuk melalui celah-celah jendela. Membuat tidur Ayunda pun terusik hingga perlahan kelopak matanya bergerak dan terbuka. Sambil merenggangkan otot-ototnya dia pun melihat ke arah samping. Ternyata David sedang menatapnya. "Pagi sayang," sapa David. Apa ini? Pagi-pagi sudah dibuat seperti melayang di udara. Perasaan macam apa ini? Ayunda bingung dan terus bertanya-tanya apakah yang terjadi padanya? "Cantiknya istri ku," kata David sambil menyentuh hidung mancung Ayunda. Huuuufff. Mendadak menegang, selain karena sentuhan David juga karena apa yang telah mereka lewati tadi malam. Akhirnya semuanya terjadi juga. Rasanya sangat luar biasa bercampur malu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.Meskipun diawali dengan sedikit ketegangan namun akhirnya berakhir dengan menghangatkan. "Yunda laper tau, Kak. Dari tadi malam nggak ma