"Yeay, Papa. Kau datang tepat waktu. Aku baru saja mempersiapkan lilinnya."Saat seseorang membuka pintu belakang, Nyonya Dean dan Rich mengarahkan pandangannya ke pintu dan senyum dari bocah itu terlihat ketika tahu siapa yang akan bergabung dengannya."Aku minta maaf padamu sampai terlambat dan membiarkanmu berangkat sendirian ke sini.""Aku tak masalah. Aku sudah besar dan aku bisa sampai di sini dengan selamat.""Tanpa pertolongan siapapun?""Ada seorang wanita yang menolongku. Dia sangat cantik dan dia sangat baik. Dia sangat perhatian dan aku sangat bersyukur sekali dia menyelamatkanku dari perampok.""Wow, aku tidak menyangka kalau Tuan Muda Rich bisa bicara se-elegan itu."Ayahnya hanya tersenyum saja mendengar celetukan dari Nyonya Dean."Anda sepertinya sangat beruntung sekali memilikinya dan kurasa Anda berhasil mendidiknya.”"Aku harap begitu Nyonya Dean Arthur. Tapi aku juga tidak terlalu yakin karena dia berhasil kabur dari rumah. Kurasa didikanku masih ada yang salah.""
"Bukan sesuatu yang mudah kujelaskan J."Kenapa mengganti panggilanku jadi J? hati Rania belum tahu alasannya, Reza sudah bicara lagi:"Kau mungkin bisa bertanya pada Nyonya Dean Arthur."Tatapan mata Rania pun mengarah pada sosok yang disebut oleh Reza barusan."Ya Rania. Dan aku akan menjelaskannya padamu nanti tapi sekarang mungkin kau harus menunggu dulu di dalam sini beberapa saat sampai Tuan Clarke dan putranya keluar dari tempat kami.”"Oh, aku harus menunggunya?"Nyonya Dean mengangguk dengan senyum yang agak sedikit sulit.Rania mengerti dan kembali menatap Reza."Silakan. Jika Anda ingin pergi sekarang dan terima kasih untuk undangannya.”"Aku akan menghubungimu nanti. Bye Rania.""Oh ya. Sampai berjumpa lagi Rich."Dan hanya itu yang terurai dari bibir Rania sebelum Reza berjalan dengan anaknya tanpa berpegangan tangan menuju ke mobil mereka."Semuanya sudah selesai Tuan?""Ya, David. Kita pulang sekarang."Hanya kata itu saja yang terurai dari Reza dan dia juga putranya tid
"Eh, ada apa denganmu Za? Ada sesuatukah yang dilakukan oleh Shine yang membuatmu berpikir harus memberhentikannya?""Five minutes. Not more than five minutes, grandpa will call me. Just wait."Sungguh David tak mengerti apa tujuan Reza tapi dia disuruh menunggu ya dia diam. Dia belum tahu apa niatan Reza dan kini hanya menanti saja yang ingin dilakukan oleh sahabatnya itu."Kau benar. Kakekmu meneleponmu."Dan dengan santainya Reza duduk di kursi kerjanya lalu memencet satu tombol di handphonenya itu, membiarkan suara kakeknya terdengar di seluruh ruang kerjanya.Reza: Iya kakek?Vladimir: Reza. Apa yang kau katakan sampai membuat Bagus jadi merasa bersalah sekali padamu?Reza: Supaya dia tidak lagi merasa bersalah padaku maka kusuruh anaknya supaya tidak lagi bekerja padaku. Aku sudah tidak lagi membutuhkan Shine.Vladimir: Reza, aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan di dalam hatimu tapi menurutku kesalahan yang dilakukan oleh Shine tidak sebanding dengan semua kebaikan yang su
"Rania, kurasa kau sudah bisa keluar sekarang.""Oh, iya."Sesaat setelah Reza dan putranya keluar dari SR's shop, Rania masih memandangi pintu dan bukan dia bertanya pada Nyonya Dean Arthur seperti yang disarankan oleh Reza, justru dia hanya memandangi pintu itu saja."Rein, kalau begitu aku pamit dulu ya.""Rania tapi kau ingat ya yang dibilang oleh Tuan Clarke, jangan menceritakan pada siapapun." Makanya Ibu dari Rein berinisiatif untuk mengingatkan pada Rania."Iya Nyonya. Aku paham. Aku permisi dulu ya."Sebetulnya ada keingintahuan yang cukup besar dalam hati Rania tentang seseorang yang ingin ditemuinya ini. Dia juga penasaran kenapa dirinya merasakan suatu getaran yang berbeda. Rasa yang tadi dipahami olehnya. Tapi ada ketakutan dalam hati Rania jika dia tahu terlalu banyak.Dokter Mike akan datang dan dia akan memeriksa kondisiku. Dia akan menghipnotisku untuk menghilangkan semua perasaan cemas dalam diriku. Dia juga sering menanyakan apa yang kulakukan diluar. Dan kalau suda
Aaaakh, kepalaku.Benturan kedua ini lebih kencang daripada benturan pertama dan bukan hanya membuat Rania cuma oleng seperti tadi.Tapi ada sesuatu terjadi di dalam benaknya yang dia tak mengerti.LEPASKAN AKU!Hhh, i-itu? Itu bukan mimpikah? Apa yang terjadi?Rania jadi terbayang sesuatu yang menakutkan dalam pikirannya.MARSHA. JANGAN BAWA DIA. LEPASKAN AKU. KUMOHON, TOLOONG!Rania bisa melihat dirinya mencoba memekik. Dia mencoba menghindar tapi dia tak bisa merespon itu semua sekarang karena matanya semakin tak kuat tetap terjaga di saat yang bersamaan telinganya juga mendengar."Ayo kita bawa dia sekarang!" suara itu membuat hati Rania hopeless dan dia tak lagi bisa membela dirinya karena kesadarannya sudah hilang."Hei lepaskan dia."Namun di saat kedua orang itu ingin membawa Rania, ada teriakan juga ada suara sirine dengan mobil mendadak mengepung tempat itu. Mereka mendekat tanpa sirine di awal."Jangan coba-coba mengganggunya. Kalian tidak akan bisa lagi pergi dari sini. Jat
"Bagaimana jika aku tidak mau?""Shine. Jangan menantangku! Lakukan apa yang kuminta karena kau juga sudah membuat masalah besar dalam hidupku."Tapi sayangnya Bagus tidak mau mewujudkan keinginan putrinya yang menolak tadi.Dia memaksa, bahkan sudah berjalan ke arah wardrobe dan melemparkan pakaian untuk dikenakan putrinya."Kenakan itu! Cepat ganti pakaianmu!""Aku tidak mau!"Shine masih tetap dengan pendiriannya yang sama.PLAAK!Sampai tamparan itu mendarat di pipinya."Kau jangan menolak apa yang sudah kuperintahkan. Cepat lakukan! Ini kesempatanmu satu-satunya.”"Aku tidak mau! Aku tidak mau kembali ke sana karena memang sudah benar kalau ini adalah salahku. Jadi wajar jika aku dipecat.""Hah!"Bagus menatap kesal pada putrinya dan dia makin geram."Jangan bilang kalau kau sengaja membiarkan Rich pergi supaya kau bisa keluar dari tempat itu. Kau tahu takdirmu untuk apa?""Ayahku yang baik hati yang selalu terlihat baik di hadapan tuan Reza kenapa kau tidak benar-benar menjadi or
Ini bukan mimpi!Seseorang berbisik di dalam hatinya ketika pintu ruang perawatannya sudah ditutup dan dia menutup matanya, mengingat bayangan itu."Mamaaaaaaa!"Dirinya terngiang panggilan yang menguatkan hatinya kalau ini bukanlah sebuah mimpi.Aku mengingat semuanya. Benturan itu membuatku mengingat kalau aku memang punya masa lalu. Dan ini berbeda dari yang semua mereka katakan. Masa laluku yang sebenarnya bukan mimpi buruk!Flashback on"Febry?""Yah, bagus deh kalau kau masih bisa mengenali namaku Rania. Kupikir kau sudah lupa siapa namaku!""Apa maumu di sini?"Rania tak tahu. Tapi dia sudah mulai merasakan ketakutan karena senyum Febry penuh kebencian."Mama, Marsha udah selesai."Dan saat anaknya keluar dari bilik kamar mandi, mata wanita di hadapannya kini melirik tajam pada bocah manis yang lugu dan terlihat menggemaskan."Jadi dia adalah anak Reza?""Bukan urusanmu!"Rania mencoba melindungi anaknya di belakang punggungnya."Bukan urusanku?" Febry lalu tersenyum simpul."La
Flashback off"Marsha."Rania berbisik lirih dengan suara pelan yang hanya bisa terdengar telinganya sendiri saat dia menangis memikirkan tentang putrinya. Dia memiringkan wajahnya dan berusaha untuk menahan air matanya. Dia tak mau terlihat menangis.Rania masih takut karena dia tidak mau orang yang menelepon di depan itu masuk dan melihat dirinya menangis. Ini akan menimbulkan kecurigaan apalagi Rania mulai membayangkan sesuatu dari masa lalunya yang sudah dilupakan itu."LEPASKAN AKU! APA YANG AKAN KALIAN LAKUKAN?"Rania ingin melawan tapi sayang dia sudah disuntik dan tubuhnya terasa semakin lemas. Bahkan untuk bangun pun dia sulit."SELAMATKAN BAYINYA! UNTUK IBUNYA KALAUPUN HARUS MATI JUGA TIDAK MASALAH."