"Berarti sekarang kau akan membawaku bertemu dengan Amar dan Neil, lalu mereka akan membarter-ku dengan dua orang teman kalian?"
"Hmm. Bersiaplah. Ayo kita berangkat sekarang!"
"Eh, aku ikut Za!"
Tidak ada yang mengajak Rania. Reza sebenarnya hanya ingin membawa Rein saja. Tapi Rania tidak mau ditinggalkan.
"Terakhir kali aku berpisah denganmu malah aku sial. Aku harus menunggu lima tahun untuk bertemu denganmu lagi dan aku juga kehilangan Marsha. Aku tidak mau berpisah denganmu, Za!"
Rania memaksa.
Tapi ini alasan yang masuk akal. Rania sudah mengingat masa lalunya dan pengalaman itu membuanya trauma.
"Rania tapi kan di sini ada aku."
"Bang Abi, kau tidak mungkin
"Rania, kemarilah!"Dan selepas Bagus bicara Giyan mencoba memanggil adiknya dan meminta Rania menjauh dari Reza."Di tubuh mereka sudah kupasang bom. Jika mereka meninggalkanku maka tubuh mereka akan meledak saat ini juga.""Apa?"Cemaslah wajah Amar ketika mendengarnya dan kini masuk akal kenapa Reza bisa datang sendirian dan hanya bersama dengan dua pengawal yang kini mengarahkan senjata padanya tanpa rasa takut. Kata-kata bom membuat mereka seakan mulai memahami apa rencana Reza."Dan saat mereka menjauh dariku 5 meter saja. Maka saat itu tubuh mereka m
"Lebih baik aku mati daripada aku melihat Rania yang mati!"Amar tidak mau mendengarkan.Dia tahu kalau rencananya ini tidak berhasil. Cuma Amar tetap bersikeras dan kini ekor matanya melirik pada Rania.“Aku tidak tahu Rania. Aku minta maaf padamu karena aku ikut serta dalam menghancurkanmu. Harusnya aku menyelamatkanmu dari dulu dan mengembalikanmu pada suamimu yang kini bersama denganmu. Aku tidak tahu kalau kau benar-benar mencintainya. Mereka sudah menipuku dan aku sangat bodoh di sini karena terbutakan dengan cintaku sehingga membahayakan dirimu."Amar dari dulu memang sangat tulus sekali mencintai Rania. Amar menginginkanny
"Reza, kau!""Tenanglah."Bagus sudah mau menumpahkan semua kesalnya pada Reza tapi Han sepertinya sudah memiliki sebuah rencana lain."Tidak akan semudah itu mereka keluar dari ruangan ini. Aku sudah mengantisipasi ini Bagus. Ada mereka yang bekerja hanya denganku dan mereka sudah mengepung ruangan ini."Han memang sudah menyiapkan pasukannya sendiri."Kau memang partner yang aku butuhkan Han. Kalau tanpa bantuanmu yang membuat backup plan untuk rencana di rumah sakit kurasa waktu itu kita juga tidak akan berhasil."&nb
"Kalian berdua tidak apa-apa?"Setelah kepergian Amar, Reza bertanya pada Dicky dan Shine, hanya untuk memastikan saja."Kami berdua tidak apa-apa. Terima kasih Pak Reza sudah membantu kami.""Kau bisa memanggilku Reza saja dikit. "Dan kini pandangan Reza mengarah lagi pada wanita di samping Dicky."Apa saja yang diceritakan Bagus padamu?""Kau adalah kembaranku? Apa kau lahir juga di tanggal yang sama denganku?"
"Reza turunkan aku."Rania mencoba membujuk pria yang kini masih menggendongnya.Tapi Reza dengan wajahnya yang selalu terlihat cool, seakan tak peduli dan terus melangkah menuju ke arah mobil tempat di mana putranya berada. Seharusnya Rania marah tapi yang terjadi dengan hatinya ini berbeda. Malah membuat hatinya berdegup tak tenang.Garis-garis wajahnya terlihat tegas. Dia selalu saja terlihat tampan seperti dulu saat aku pertama kali bertemu dengannya. Itu sudah 11 tahun berlalu. Tapi wajahnya seperti vampire yang tak pernah terlihat tua. Tidak terlalu jauh berbeda dari dulu. Masih sangat tampan sekali. Padahal usianya sudah kepala empat kan?
"Apa maksudmu melihatku begitu?"Aku juga tidak tahu apa maksudku melihatnya begitu. Tapi yang pasti aku gemas sendiri dengan dirinya karena kalau aku bicara lagi pasti dia akan membalikkan lagi kata-kataku. Selalu saja aku yang kalah.Rania sebenarnya menjawab begini di dalam hatinya tapi diam memilih menggelengkan kepalanya dan menunduk.“Yang menjadi masalahku sekarang kau terlihat sangat tampan. Sama seperti dulu Daddy Reza. Dan selalu saja menghipnotisku. Tapi aku merasa wajahku seperti tante-tante. Aku khawatir kalau kau tidak akan menyukaiku lagi. Aku malu sekali dengan diriku sendiri. Apakah warna kulitku berubah? Apakah ada keriput di tanganku? Keriput di wajahku ka
Kalau hanya dengan melakukan ini membuatmu bisa percaya padaku maka aku rasa aku tidak punya pilihan lain. Daripada aku salah bicara dan aku kena omel lagi darimu.Rania tak mau berdebat lagi dengan pria yang tadi sudah mengeluarkan emosinya dan tampak kesal itu."Kau tahu arti ciumanku tadi?"Dan kini Rania memberikan sebuah pertanyaan setelah dia mengangkat bibirnya dengan kedua tangannya masih memegang wajah Reza."Kupikir kita akan pergi dengan perjalanan hanya setengah jam lalu sampai ke tempat tujuan dan kita akan menghabiskan waktu bersama. Kau tau aku sudah sangat merindukanmu?"
"Awww, Sweet J, Awww, hentikan!"Tapi sayang Rania tidak merespon permintaan Reza yang sebelumnya.Makanya pria itu sudah meninggikan suaranya lagi tapi memang dia tidak berani mendorong tubuh Rania. Dia tak ingin wanita itu jatuh meski saat ini dia tersiksa juga dengan apa yang dilakukan Rania."Baiklah aku minta maaf. Hentikan dulu. Aku minta maaf aku akan membawa Rich segera ke sini."Dan akhirnya setelah lima menitan bernegosiasi dengan Rania tidak juga digubris oleh wanita itu, Reza menjanjikan sesuatu yang membuat Rania baru mau mengangkat giginya dari leher Reza.