"Anak kita sudah, ada di dalam perut kamu belum ya?", tanya Sagara, sembari mengecup perut rata istrinya."Mas geli ah, hmm, besok aku coba test deh." Tiara terkekeh, ia menyapu lembut rambut suaminya."Kamu mau anak cewek atau cowok?" tanya Sagara, sambil berbaring mendekap erat tubuh Tiara."Aku mau cowok aja biar ganteng kayak papanya." jawab Tiara, kepalanya bersandar nyaman di dada sang suami."Yah, padahal aku berharap kamu jawab cewek loh, aku mau anak yang manis dan imut kayak mamanya." Sagara menyeringai, mencubit gemas pipi tembem Tiara."Hahaha." Keduanya tertawa riang, diatas ranjang hangat mereka.Namun semua itu hanyalah sebuah kenangan yang tak akan terulang kembali..."Mas." Gumam Tiara dengan mata terpejam, sering kali ia memimpikan suaminya yang kejam, ada rasa rindu akan kehangatan yang dulu.Cairan bening keluar lagi dari matanya, perasaan sesak di dada terasa lagi, hatinya terasa perih dan pilu, jika mengingat kehangatan dan kekejaman dari suaminya."Hiks..hiks.
Satu bulan telah berlalu cepat. Tok, tok, tok. "Permisi", seru Rangga yang baru saja datang. "Dokter Rangga", sambut Tiara dengan riang, saat membukakan pintu. Rangga tersenyum senang, ia datang sambil membawakan sekantung makanan, untuk makan malam bersama. "Wah, pindahannya sudah beres semua? Sorry loh, aku gak sempat bantuin kamu." ucap Rangga, kedua mata menelisik tempat persembunyian Tiara yang baru. "Tidak usah minta maaf, tidak perlu repot-repot bantu juga, lagian barangku tidak banyak kok, cuma baju-baju saja, kebetulan rumah yang aku sewa ini sudah lengkap dengan perabotan, jadi cocok buatku tinggal sendirian." ucap Tiara santai. Tiara tak mau terus merepotkan kak Annisa, karena itu Tiara memutuskan untuk menyewa sebuah rumah yang letaknya dekat dengan rumah sakit tempat Rangga bekerja. Bukan rumah yang besar, hanya sebuah rumah sederhana, dengan dua kamar, dapur, dua kamar mandi kamar mandi. Paman Alfred membantu Tiara menjual beberapa perhiasan yang pernah di
Gelas yang pecah apa bila disusun kembali tak akan pernah utuh seperti semula, karna ada bagian yang retak dan kosong. Begitu pula perasaan yang terluka itu tak akan pernah pulih kembali, ia hanya akan menjadi butiran-butiran kehampaan yang tersakiti.Saat itu aku masih bodoh, dengan mudahnya aku melepasmu, tanpa memikirkan perasaanmu yang hancur seperti, gelas yang sudah pecah tak bisa tersusun kembali.Aku merasa bersalah lantaran, mengakhiri hubungan cinta kita, hanya karena ibuku tak merestui. Tapi kini aku sadar, waktu telah menyadarkan ku, kenapa kebahagiaan tak kunjung menghampiri ku.Tiara kamulah kebahagiaan dalam hidupku, kamu selalu melekat di hatiku. Takkan pernah ku lepaskan lagi seperti dulu.Pov Rangga*****“Tidak bisakah kau memberiku kesempatan, Tiara?, aku yang dulu memang bodoh, tapi sekarang keadaan berubah, aku sudah bisa bekerja, tidak tergantung lagi dengan ibubdan ayah ku", lirih Rangga memohon.Hubungan yang tak direstui pernah terjadi diantara Rangga dan Ti
*FlashbackSatu hari setelah Tiara pergi meninggalkan suaminya.Alfred baru saja pulang kembali, ke kediaman Sagara, ia berhasil mengamankan Tiara di rumah adiknya, di pinggiran kota Bogor.Prang!Prang!Suara benda pecah memenuhi seisi rumah, yang layaknya istana, para pelayan bersembunyi, tidak berani menunjukkan batang hidungnya.Sang tuan rumah sedang mengamuk, setelah bangun siuman dari tidur panjang, ia mendapati sang istri sudah kabur entah kemana.Alfred masuk ke dalam rumah."Astaga!" gumam Alfred, saat melihat rumah Sagara menjadi sangat berantakan seperti kapal pecah, ada banyak payung, guci, gelas dan piring yang pecah, kursi makan juga di gulingkan, vas bunga pun sudah tidak berbentuk, pajangan juga berhamburan rusak di lantai."Widya!, Merry! Adel!" panggil Alfred pada ketiga pelayan rumah."Ya-ya, pak Al", cicit Widya, keluar dari ruang dapur, sembari gemetaran takut."Ngapain saja kalian! Lihat rumah berantakan begini, cepat bereskan semuanya!" titah Alfred kesal."Ba-
Cahaya Mentari pagi kian bersinar, menembus kain gorden bewarna pink kamar Tiara, perlahan Tiara menggeliat dan mulai membuka kedua matanya. Wajahnya cerah tidak lagi terlihat sendu ataupun mata yang sembab. Kini hari-hari Tiara dipenuhi kebahagiaan, sudah lama sekali ia tidak merasa senang ini, semenjak pelariannya meninggalkan suami yang kejam."Euughh!" Tiara merasa ada benda berat menindih perutnya, dan ternyata itu adalah tangan kekar Rangga. Pria itu tidur sambil memeluk Tiara sepanjang malam."Uh, ini jam berapa?" ucap Tiara dengan suara parau, ia menatap jendela yang masih tertutup gorden."Ayang! Bangun, ini sudah siang, kamu harus bekerja kan."ucap Tiara, sembari menepuk-nepuk lengan yang masih lingkari tubuhnya."Hemm, aku praktek siang kok." Rangga bergumam, ia enggan membuka mata ataupun melepaskan pelukannya dari tubuh Tiara.Sudah sebulan ini Rangga dan Tiara kembali menjalin ikatan cinta. Tiara sudah setuju dengan ajakan Rangga yang ingin menikahinya setelah bercerai.
Gedung Perusahaan Mahendra Grup.Dua orang kolega bisnis dari Negeri Gingseng, datang sebagai tamu kehormatan, Sagara menemani Roger untuk membicarakan bisnis.Awalnya Sagara enggan datang, sudah beberapa bulan juga ia menutup diri, setelah kepergian Tiara dari sisinya."Hei, nak, jangan murung terus, hari ini kita harus bersenang-senang." ajak Roger sembari menepuk pundak putranya.Sagara hanya bisa termenung pasrah, sang ayah mengajaknya ke sebuah bar kamu elite, menyewakan sebuah ruang karaoke VIP.Ditengah keasyikan mengobrol dengan para kolega asing, beberapa wanita muda pun masuk untuk menuangkan minuman. Tentu saja pelayanan mereka buka sekedar hanya menuangkan minum saja."Linda." sapa Roger pada salah satu sugar baby-nya.Wanita cantik dan seksi yang pernah Sagara temui saat makan malam di rumah Roger. Wanita itu datang memakai pakaian ketat, gaun cantik berwarna merah maroon, dengan belahan dada yang rendah.Roger menepuk tempat duduk kosong di dekat Sagara, Linda pun datang
Seminggu kemudian,"Kamu yakin mau pulang ke jakarta?" tanya Annisa merasa khawatir pada Tiara, takut suaminya yang kejam kembali menyakiti Tiara dan bayinya."Iya, kak Annisa tenang saja, paman Alfred sudah berhasil membuat surat gugatan cerai. Suamiku juga sudah menerima surat itu, jadi aku harus segera menyelesaikan masalah rumah tangga ini secepatnya, sebelum anakku lahir." ucap Tiara, ia mengelus bayi dalam perutnya yang sudah membuncit.Walaupun Tiara berkata demikian, namun hatinya masih rasa takut, membayangkan kembali bertemu lagi dengan Sagara. Tapi Tiara tak bisa lagi menunda, ia harus segera menyelesaikan masalah rumah tangga yang sudah hancur ini, secepatnya."Kak Annisa tenang saja, aku akan mendampingi Tiara, aku akan menjaga dia dan anaknya. Kami juga sudah memutuskan untuk segera menikah, jadi aku harus menemui kedua orangtuaku untuk meminta restu", ujar Rangga, lalu merangkul calon istrinya.Tiara pun tersenyum bahagia menatap Rangga, sambil membayangkan kehidupan ba
"GLEEDEEEKK...!!!"Jawaban Tiara, layaknya suara petir menggelegar, itulah yang Sagara rasakan sekarang saat mendengar jawaban istrinya, rasa sedih dan kecewa tak dapat ia tutupi lagi.Sagara hanya bisa menatap sendu sang istri, ia berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi buruk, bukan kenyataan.Tapi ini bukan mimpi, betapa pahitnya kenyataan ini, saat tahu istri yang ia cintai telah berselingkuh, lari dengan pria lain, dan hamil mengandung anak selingkuhannya.Lidah Sagara terasa kelu, beberapa kali ia menelan kasar salivanya, tenggorokannya pun terasa begitu perih, suaranya malah tertahan tak bisa keluar, malah digantikan oleh cairan bening yang keluar dari kedua sudut matanya.Harusnya Sagara marah, mengobrak-abrik seisi rumah, seperti yang selalu ia lakukan kalau sedang kumat, atau seharusnya ia menghajar selingkuhan istrinya di hadapan semua orang, layaknya seperti anak tantrum, tapi yang ia keluarkan hanyalah sebuah kata...."Aku merindukanmu", lirih Sagara.Kedua tangannya teru
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak