Dua hari sudah berlalu sejak kejadian heboh di rumah sakit, Kini Rangga sudah mengetahui soal masalah rumah tangga Tiara, selama dua hari juga Rangga sulit tidur, ia terus saja kepikiran soal Tiara yang akan segera bercerai di saat kondisinya tengah hamil muda."Apa dia tahu kalau Tiara sedang mengandung??' pertanyaan yang terus saja muncul di benak Rangga.Saat ini Rangga sedang mengendarai mobilnya, ia hendak mengunjungi Tiara di rumah kak Annisa. Setelah kejadian ribut, kak Annisa datang meminta maaf pada Rangga, lalu memberikan alamat rumahnya pada Rangga, agar ia bisa sering mengunjungi Tiara guna membantunya pulih dari keterpurukan kondisi rumah tangganya yang tak baik-baik saja..."Hmm, ini rumah nomor 16, harusnya ini alamat Tiara tinggal." gumam Rangga sambil mengamati rumah kak Annisa dari dalam mobilnya.Sejenak Rangga terlebih dahulu memarkirkan mobilnya, lalu ia turun sambil membawa beberapa kantong belanjaan.'Tok....tok....tok...tok...tok.'"Permisi." sapa Rangga."Ko
"Anak kita sudah, ada di dalam perut kamu belum ya?", tanya Sagara, sembari mengecup perut rata istrinya."Mas geli ah, hmm, besok aku coba test deh." Tiara terkekeh, ia menyapu lembut rambut suaminya."Kamu mau anak cewek atau cowok?" tanya Sagara, sambil berbaring mendekap erat tubuh Tiara."Aku mau cowok aja biar ganteng kayak papanya." jawab Tiara, kepalanya bersandar nyaman di dada sang suami."Yah, padahal aku berharap kamu jawab cewek loh, aku mau anak yang manis dan imut kayak mamanya." Sagara menyeringai, mencubit gemas pipi tembem Tiara."Hahaha." Keduanya tertawa riang, diatas ranjang hangat mereka.Namun semua itu hanyalah sebuah kenangan yang tak akan terulang kembali..."Mas." Gumam Tiara dengan mata terpejam, sering kali ia memimpikan suaminya yang kejam, ada rasa rindu akan kehangatan yang dulu.Cairan bening keluar lagi dari matanya, perasaan sesak di dada terasa lagi, hatinya terasa perih dan pilu, jika mengingat kehangatan dan kekejaman dari suaminya."Hiks..hiks.
Satu bulan telah berlalu cepat. Tok, tok, tok. "Permisi", seru Rangga yang baru saja datang. "Dokter Rangga", sambut Tiara dengan riang, saat membukakan pintu. Rangga tersenyum senang, ia datang sambil membawakan sekantung makanan, untuk makan malam bersama. "Wah, pindahannya sudah beres semua? Sorry loh, aku gak sempat bantuin kamu." ucap Rangga, kedua mata menelisik tempat persembunyian Tiara yang baru. "Tidak usah minta maaf, tidak perlu repot-repot bantu juga, lagian barangku tidak banyak kok, cuma baju-baju saja, kebetulan rumah yang aku sewa ini sudah lengkap dengan perabotan, jadi cocok buatku tinggal sendirian." ucap Tiara santai. Tiara tak mau terus merepotkan kak Annisa, karena itu Tiara memutuskan untuk menyewa sebuah rumah yang letaknya dekat dengan rumah sakit tempat Rangga bekerja. Bukan rumah yang besar, hanya sebuah rumah sederhana, dengan dua kamar, dapur, dua kamar mandi kamar mandi. Paman Alfred membantu Tiara menjual beberapa perhiasan yang pernah di
Gelas yang pecah apa bila disusun kembali tak akan pernah utuh seperti semula, karna ada bagian yang retak dan kosong. Begitu pula perasaan yang terluka itu tak akan pernah pulih kembali, ia hanya akan menjadi butiran-butiran kehampaan yang tersakiti.Saat itu aku masih bodoh, dengan mudahnya aku melepasmu, tanpa memikirkan perasaanmu yang hancur seperti, gelas yang sudah pecah tak bisa tersusun kembali.Aku merasa bersalah lantaran, mengakhiri hubungan cinta kita, hanya karena ibuku tak merestui. Tapi kini aku sadar, waktu telah menyadarkan ku, kenapa kebahagiaan tak kunjung menghampiri ku.Tiara kamulah kebahagiaan dalam hidupku, kamu selalu melekat di hatiku. Takkan pernah ku lepaskan lagi seperti dulu.Pov Rangga*****“Tidak bisakah kau memberiku kesempatan, Tiara?, aku yang dulu memang bodoh, tapi sekarang keadaan berubah, aku sudah bisa bekerja, tidak tergantung lagi dengan ibubdan ayah ku", lirih Rangga memohon.Hubungan yang tak direstui pernah terjadi diantara Rangga dan Ti
*FlashbackSatu hari setelah Tiara pergi meninggalkan suaminya.Alfred baru saja pulang kembali, ke kediaman Sagara, ia berhasil mengamankan Tiara di rumah adiknya, di pinggiran kota Bogor.Prang!Prang!Suara benda pecah memenuhi seisi rumah, yang layaknya istana, para pelayan bersembunyi, tidak berani menunjukkan batang hidungnya.Sang tuan rumah sedang mengamuk, setelah bangun siuman dari tidur panjang, ia mendapati sang istri sudah kabur entah kemana.Alfred masuk ke dalam rumah."Astaga!" gumam Alfred, saat melihat rumah Sagara menjadi sangat berantakan seperti kapal pecah, ada banyak payung, guci, gelas dan piring yang pecah, kursi makan juga di gulingkan, vas bunga pun sudah tidak berbentuk, pajangan juga berhamburan rusak di lantai."Widya!, Merry! Adel!" panggil Alfred pada ketiga pelayan rumah."Ya-ya, pak Al", cicit Widya, keluar dari ruang dapur, sembari gemetaran takut."Ngapain saja kalian! Lihat rumah berantakan begini, cepat bereskan semuanya!" titah Alfred kesal."Ba-
Cahaya Mentari pagi kian bersinar, menembus kain gorden bewarna pink kamar Tiara, perlahan Tiara menggeliat dan mulai membuka kedua matanya. Wajahnya cerah tidak lagi terlihat sendu ataupun mata yang sembab. Kini hari-hari Tiara dipenuhi kebahagiaan, sudah lama sekali ia tidak merasa senang ini, semenjak pelariannya meninggalkan suami yang kejam."Euughh!" Tiara merasa ada benda berat menindih perutnya, dan ternyata itu adalah tangan kekar Rangga. Pria itu tidur sambil memeluk Tiara sepanjang malam."Uh, ini jam berapa?" ucap Tiara dengan suara parau, ia menatap jendela yang masih tertutup gorden."Ayang! Bangun, ini sudah siang, kamu harus bekerja kan."ucap Tiara, sembari menepuk-nepuk lengan yang masih lingkari tubuhnya."Hemm, aku praktek siang kok." Rangga bergumam, ia enggan membuka mata ataupun melepaskan pelukannya dari tubuh Tiara.Sudah sebulan ini Rangga dan Tiara kembali menjalin ikatan cinta. Tiara sudah setuju dengan ajakan Rangga yang ingin menikahinya setelah bercerai.
Gedung Perusahaan Mahendra Grup.Dua orang kolega bisnis dari Negeri Gingseng, datang sebagai tamu kehormatan, Sagara menemani Roger untuk membicarakan bisnis.Awalnya Sagara enggan datang, sudah beberapa bulan juga ia menutup diri, setelah kepergian Tiara dari sisinya."Hei, nak, jangan murung terus, hari ini kita harus bersenang-senang." ajak Roger sembari menepuk pundak putranya.Sagara hanya bisa termenung pasrah, sang ayah mengajaknya ke sebuah bar kamu elite, menyewakan sebuah ruang karaoke VIP.Ditengah keasyikan mengobrol dengan para kolega asing, beberapa wanita muda pun masuk untuk menuangkan minuman. Tentu saja pelayanan mereka buka sekedar hanya menuangkan minum saja."Linda." sapa Roger pada salah satu sugar baby-nya.Wanita cantik dan seksi yang pernah Sagara temui saat makan malam di rumah Roger. Wanita itu datang memakai pakaian ketat, gaun cantik berwarna merah maroon, dengan belahan dada yang rendah.Roger menepuk tempat duduk kosong di dekat Sagara, Linda pun datang
Seminggu kemudian,"Kamu yakin mau pulang ke jakarta?" tanya Annisa merasa khawatir pada Tiara, takut suaminya yang kejam kembali menyakiti Tiara dan bayinya."Iya, kak Annisa tenang saja, paman Alfred sudah berhasil membuat surat gugatan cerai. Suamiku juga sudah menerima surat itu, jadi aku harus segera menyelesaikan masalah rumah tangga ini secepatnya, sebelum anakku lahir." ucap Tiara, ia mengelus bayi dalam perutnya yang sudah membuncit.Walaupun Tiara berkata demikian, namun hatinya masih rasa takut, membayangkan kembali bertemu lagi dengan Sagara. Tapi Tiara tak bisa lagi menunda, ia harus segera menyelesaikan masalah rumah tangga yang sudah hancur ini, secepatnya."Kak Annisa tenang saja, aku akan mendampingi Tiara, aku akan menjaga dia dan anaknya. Kami juga sudah memutuskan untuk segera menikah, jadi aku harus menemui kedua orangtuaku untuk meminta restu", ujar Rangga, lalu merangkul calon istrinya.Tiara pun tersenyum bahagia menatap Rangga, sambil membayangkan kehidupan ba