Satu bulan telah berlalu cepat. Tok, tok, tok. "Permisi", seru Rangga yang baru saja datang. "Dokter Rangga", sambut Tiara dengan riang, saat membukakan pintu. Rangga tersenyum senang, ia datang sambil membawakan sekantung makanan, untuk makan malam bersama. "Wah, pindahannya sudah beres semua? Sorry loh, aku gak sempat bantuin kamu." ucap Rangga, kedua mata menelisik tempat persembunyian Tiara yang baru. "Tidak usah minta maaf, tidak perlu repot-repot bantu juga, lagian barangku tidak banyak kok, cuma baju-baju saja, kebetulan rumah yang aku sewa ini sudah lengkap dengan perabotan, jadi cocok buatku tinggal sendirian." ucap Tiara santai. Tiara tak mau terus merepotkan kak Annisa, karena itu Tiara memutuskan untuk menyewa sebuah rumah yang letaknya dekat dengan rumah sakit tempat Rangga bekerja. Bukan rumah yang besar, hanya sebuah rumah sederhana, dengan dua kamar, dapur, dua kamar mandi kamar mandi. Paman Alfred membantu Tiara menjual beberapa perhiasan yang pernah di
Gelas yang pecah apa bila disusun kembali tak akan pernah utuh seperti semula, karna ada bagian yang retak dan kosong. Begitu pula perasaan yang terluka itu tak akan pernah pulih kembali, ia hanya akan menjadi butiran-butiran kehampaan yang tersakiti.Saat itu aku masih bodoh, dengan mudahnya aku melepasmu, tanpa memikirkan perasaanmu yang hancur seperti, gelas yang sudah pecah tak bisa tersusun kembali.Aku merasa bersalah lantaran, mengakhiri hubungan cinta kita, hanya karena ibuku tak merestui. Tapi kini aku sadar, waktu telah menyadarkan ku, kenapa kebahagiaan tak kunjung menghampiri ku.Tiara kamulah kebahagiaan dalam hidupku, kamu selalu melekat di hatiku. Takkan pernah ku lepaskan lagi seperti dulu.Pov Rangga*****“Tidak bisakah kau memberiku kesempatan, Tiara?, aku yang dulu memang bodoh, tapi sekarang keadaan berubah, aku sudah bisa bekerja, tidak tergantung lagi dengan ibubdan ayah ku", lirih Rangga memohon.Hubungan yang tak direstui pernah terjadi diantara Rangga dan Ti
*FlashbackSatu hari setelah Tiara pergi meninggalkan suaminya.Alfred baru saja pulang kembali, ke kediaman Sagara, ia berhasil mengamankan Tiara di rumah adiknya, di pinggiran kota Bogor.Prang!Prang!Suara benda pecah memenuhi seisi rumah, yang layaknya istana, para pelayan bersembunyi, tidak berani menunjukkan batang hidungnya.Sang tuan rumah sedang mengamuk, setelah bangun siuman dari tidur panjang, ia mendapati sang istri sudah kabur entah kemana.Alfred masuk ke dalam rumah."Astaga!" gumam Alfred, saat melihat rumah Sagara menjadi sangat berantakan seperti kapal pecah, ada banyak payung, guci, gelas dan piring yang pecah, kursi makan juga di gulingkan, vas bunga pun sudah tidak berbentuk, pajangan juga berhamburan rusak di lantai."Widya!, Merry! Adel!" panggil Alfred pada ketiga pelayan rumah."Ya-ya, pak Al", cicit Widya, keluar dari ruang dapur, sembari gemetaran takut."Ngapain saja kalian! Lihat rumah berantakan begini, cepat bereskan semuanya!" titah Alfred kesal."Ba-
Cahaya Mentari pagi kian bersinar, menembus kain gorden bewarna pink kamar Tiara, perlahan Tiara menggeliat dan mulai membuka kedua matanya. Wajahnya cerah tidak lagi terlihat sendu ataupun mata yang sembab. Kini hari-hari Tiara dipenuhi kebahagiaan, sudah lama sekali ia tidak merasa senang ini, semenjak pelariannya meninggalkan suami yang kejam."Euughh!" Tiara merasa ada benda berat menindih perutnya, dan ternyata itu adalah tangan kekar Rangga. Pria itu tidur sambil memeluk Tiara sepanjang malam."Uh, ini jam berapa?" ucap Tiara dengan suara parau, ia menatap jendela yang masih tertutup gorden."Ayang! Bangun, ini sudah siang, kamu harus bekerja kan."ucap Tiara, sembari menepuk-nepuk lengan yang masih lingkari tubuhnya."Hemm, aku praktek siang kok." Rangga bergumam, ia enggan membuka mata ataupun melepaskan pelukannya dari tubuh Tiara.Sudah sebulan ini Rangga dan Tiara kembali menjalin ikatan cinta. Tiara sudah setuju dengan ajakan Rangga yang ingin menikahinya setelah bercerai.
Gedung Perusahaan Mahendra Grup.Dua orang kolega bisnis dari Negeri Gingseng, datang sebagai tamu kehormatan, Sagara menemani Roger untuk membicarakan bisnis.Awalnya Sagara enggan datang, sudah beberapa bulan juga ia menutup diri, setelah kepergian Tiara dari sisinya."Hei, nak, jangan murung terus, hari ini kita harus bersenang-senang." ajak Roger sembari menepuk pundak putranya.Sagara hanya bisa termenung pasrah, sang ayah mengajaknya ke sebuah bar kamu elite, menyewakan sebuah ruang karaoke VIP.Ditengah keasyikan mengobrol dengan para kolega asing, beberapa wanita muda pun masuk untuk menuangkan minuman. Tentu saja pelayanan mereka buka sekedar hanya menuangkan minum saja."Linda." sapa Roger pada salah satu sugar baby-nya.Wanita cantik dan seksi yang pernah Sagara temui saat makan malam di rumah Roger. Wanita itu datang memakai pakaian ketat, gaun cantik berwarna merah maroon, dengan belahan dada yang rendah.Roger menepuk tempat duduk kosong di dekat Sagara, Linda pun datang
Seminggu kemudian,"Kamu yakin mau pulang ke jakarta?" tanya Annisa merasa khawatir pada Tiara, takut suaminya yang kejam kembali menyakiti Tiara dan bayinya."Iya, kak Annisa tenang saja, paman Alfred sudah berhasil membuat surat gugatan cerai. Suamiku juga sudah menerima surat itu, jadi aku harus segera menyelesaikan masalah rumah tangga ini secepatnya, sebelum anakku lahir." ucap Tiara, ia mengelus bayi dalam perutnya yang sudah membuncit.Walaupun Tiara berkata demikian, namun hatinya masih rasa takut, membayangkan kembali bertemu lagi dengan Sagara. Tapi Tiara tak bisa lagi menunda, ia harus segera menyelesaikan masalah rumah tangga yang sudah hancur ini, secepatnya."Kak Annisa tenang saja, aku akan mendampingi Tiara, aku akan menjaga dia dan anaknya. Kami juga sudah memutuskan untuk segera menikah, jadi aku harus menemui kedua orangtuaku untuk meminta restu", ujar Rangga, lalu merangkul calon istrinya.Tiara pun tersenyum bahagia menatap Rangga, sambil membayangkan kehidupan ba
"GLEEDEEEKK...!!!"Jawaban Tiara, layaknya suara petir menggelegar, itulah yang Sagara rasakan sekarang saat mendengar jawaban istrinya, rasa sedih dan kecewa tak dapat ia tutupi lagi.Sagara hanya bisa menatap sendu sang istri, ia berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi buruk, bukan kenyataan.Tapi ini bukan mimpi, betapa pahitnya kenyataan ini, saat tahu istri yang ia cintai telah berselingkuh, lari dengan pria lain, dan hamil mengandung anak selingkuhannya.Lidah Sagara terasa kelu, beberapa kali ia menelan kasar salivanya, tenggorokannya pun terasa begitu perih, suaranya malah tertahan tak bisa keluar, malah digantikan oleh cairan bening yang keluar dari kedua sudut matanya.Harusnya Sagara marah, mengobrak-abrik seisi rumah, seperti yang selalu ia lakukan kalau sedang kumat, atau seharusnya ia menghajar selingkuhan istrinya di hadapan semua orang, layaknya seperti anak tantrum, tapi yang ia keluarkan hanyalah sebuah kata...."Aku merindukanmu", lirih Sagara.Kedua tangannya teru
"Tuan..." sapa Linda saat melihat kedatangan Sagara dan Alferd.Wanita itu datang mengenakan gaun tipis bewarna pink salem, dengan belahan dada yang rendah, tidak segan-segan memperlihatkan belahan pay udaranya yang besar dan berisi, tentu saja hasil operasi.Linda berlari menghampiri Sagara, lalu memeluk erat tubuh tegap yang bagaikan jiwa tanpa raga itu, Linda menempelkan seperti perangko pada Sagara, membuat para pelayan yang melihatnya merasa mual."Terimakasih bunganya, ini indah sekali", Linda langsung kegirangan saat menerima buket bunga dari Sagara, hatinya melompat kesenangan, berharap bisa segera mengambil seluruh cinta dari Sagara secepat mungkin.Sebelumnya Linda pernah gagal menjerat Sagara dengan tubuh seksinya, malam dimana Sagara dibuat mabuk berat. Di kamar hotel Linda mencoba merangsang adik Sagara, namun adik kecil itu tidak juga mau bangun, ditambah lagi Sagara yang tidak melakukan apa-apa, pria itu hanya berbaring kaku seperti batang pohon, hingga akhirnya Linda m