Share

Bertemu Mantan Zein

Author: May Hape
last update Last Updated: 2024-11-16 20:31:32

"Mas, seneng banget ya. Pakai acara c1vm-c1vm segala. Memangnya dia siapa?" bisik Risa dengan hati yang terasa remuk redam.

Seperti mengerti apa yang berkecamuk dalam hati Risa, wanita yang berdiri di depan Zein itu segera memperkenalkan diri kepada Risa.

"Kenalkan namaku Anggun," ucapnya tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya.

Dengan berat hati, Risa menyambut uluran tangan wanita itu. Sepertinya Risa pernah mendengar nama itu. Nama yang tak asing di telinganya. Setelah beberapa saat, dia baru teringat sesuatu. Dulu Salma pernah bercerita tentang wanita yang bernama Anggun. Dia adalah pacar terakhir Zein sebelum mengenal Risa. Mereka berpisah karena beda status ekonomi, sehingga tak direstui oleh orang tua pihak perempuan.

"Namaku Risa--istrinya Mas Zein. Apa Mbak Anggun sekarang sudah menikah?" Risa merasa perlu bertanya tentang status Anggun, supaya dia bisa lebih waspada atas kemungkinan suami dan mantan pacarnya itu balikan lagi.

"Sudah," jawab Anggun cepat.

"Maaf ya, kalau istriku ini punya rasa ingin tahu yang besar," ucap Zein.

"Aku bisa paham, kok. Santai saja. Mbak Risa pasti sangat mencintai kamu, Mas Zein. Jadi dia takut kalau kamu nanti aku rebut," ucap Anggun sambil tersenyum dengan memamerkan gigi putihnya yang berderet rapi.

Wanita yang bernama Anggun ini memang cantik. Terlihat berkelas. Tinggi dan berat badannya ideal. Kalau dilihat dari sorot matanya, tampak masih ada rasa cinta untuk Mas Zein. Hati Risa diliputi rasa cemburu.

"Mumpung hari ini kita kebetulan bertemu di sini, kali ini aku yang traktir. Anggap saja sebagai hadiah pernikahan kalian. Maaf, waktu itu aku tidak bisa datang karena bertepatan dengan acara keluarga yang diadakan di luar kota," lanjut Anggun.

"Wah, terima kasih banyak. Jadi ngerepotin kamu. Ngomong-ngomong mana suamimu? Kok nggak diajak sekalian makan di sini?" tanya Zein penuh perhatian.

"Oh, suamiku lagi ada kerjaan. Jadi aku cari makan di luar. Habis bosen makan makanan rumah terus. Pingin sesuatu yang beda. Terus aku ingat rumah makan ini, tempat yang biasanya kita gunakan buat ketemuan. Kamu pasti juga masih ingat kan, Mas Zein? Terbukti meskipun kita sudah tidak jadi sepasang kekasih, tapi kamu masih tetap mampir ke rumah makan ini," tutur Anggun tanpa merasa bersalah.

Hubungan cinta antara Zein dan Anggun memang terpisah karena tidak ada restu dari orang tua kedua belah pihak. Status sosial Anggun yang lebih tinggi membuat orang tua Anggun tidak bisa menerima kehadiran Zein sebagai calon menantu di keluarga besar Anggun. Apalagi dia adalah anak bungsu dari keluarga darah biru. Melihat penolakan dari keluarga Anggun, maka orang tua Zein juga ikut menolak kehadiran Anggun dalam keluarganya. Terutama ibunya Zein yang paling alergi kalau dapat penghinaan dari orang lain.

Meskipun keluarga kedua belah pihak sudah memberikan lampu merah, tetapi Zein dan Anggun masih sempat bertemu tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Pada akhirnya hubungan backstreet itu diketahui oleh orang tua Anggun, sehingga dengan terpaksa Anggun harus mau dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya.

Zein sempat patah hati dan tidak mau berhubungan lagi dengan wanita lain setelah putus dengan Anggun. Zein baru membuka hatinya ketika bertemu dengan Risa dan segera mengajaknya menikah, meskipun sebenarnya kedua orang tua Zein kurang suka dengan Risa. Mereka menganggap kalau Risa yang mempengaruhi Zein agar cepat-cepat menikah. Padahal, adik Zein masih butuh b14y4 besar untuk sekolahnya. Alhasil, setelah keduanya menikah watak asli dari keluarga Zein kini terkuak.

"Kok, malah melamun, Mas Zein!" Risa menyenggol lengan suaminya, karena terlihat bengong saat berhadapan dengan Anggun dalam satu meja.

"Ah, nggak. Aku hanya ngantuk saja. Habis semalam kita begadang." Zein berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kalau kamu masih mengingat masa lalu dengan Anggun, lebih baik aku pergi dari sini. Daripada mengganggu kalian yang sedang reunian. Permisi," gerutu Risa kemudian langsung beranjak dari tempat duduknya.

Hati Risa merasa sangat kesal. Sikap Zein yang tampak begitu memperhatikan Anggun, membuat hati Risa dibakar rasa cemburu.

"Aku juga ikut kamu, Risa!" Zein berusaha mengejar Risa yang melangkah cepat meninggalkan bangku mereka.

"Lho, Mas Zein. Kenapa malah pergi begitu saja? Makanannya belum juga selesai dihidangkan," cegah Anggun.

"Kita makannya kapan-kapan saja ya," ucap Zein tanpa penjelasan, karena tak ingin membuat istrinya semakin marah kepadanya.

"Risa, tunggu!" Kejar Zein tanpa menoleh lagi pada sosok Anggun yang tampak kebingungan.

Sesampainya di parkiran langkah kaki Risa baru terhenti. Dengan sedikit malas, dia menoleh ke arah suaminya yang mengikuti langkahnya dari belakang.

"Kamu kenapa marah-marah tanpa sebab, seperti anak kecil saja," protes Zein.

"Bukannya aku yang seperti anak kecil, Mas. Kamu saja yang nggak peka sama hati istri yang baru saja dinikahi kemarin. Apa pantas seorang suami bersikap terlalu ramah dengan wanita lain, apalagi yang berstatus mantan pacar. Mestinya kamu bisa lebih menghargai aku sebagai istrimu, Mas!" ucap Risa penuh penekanan.

"Kamu jangan salah sangka, Sayang. Aku dan Anggun sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu tahu sendiri kan kalau dia kini sudah menikah. Bahkan pernikahannya jauh sebelum kita menikah. Apa salah kalau sekarang kita tetap menjalin hubungan sebagai teman biasa?" Zein berusaha membela diri.

"Teman biasa macam apa? Di hadapan istrinya saja, wanita itu sudah berani c1vm kamu? Bagaimana kalau tadi tidak ada aku? Sudahlah, Mas. Aku capek dan lapar. Bukannya dapat makanan enak, malah perutku jadi kenyang melihat kemesraan kalian." Risa kemudian melangkah pergi meninggalkan Zein yang dari tadi belum menghidupkan mesin kendaraan roda duanya.

"Yang, tunggu!" Zein segera menghidupkan sepeda motornya untuk mengejar langkah kaki Risa.

"Ayo, naik! Kita beli makanan di pinggir jalan saja, kemudian langsung dibawa pulang. Daripada kamu nanti sakit perut karena dari tadi menahan lapar dan juga marah-marah," pungkas Zein.

Dengan terpaksa, Risa naik di boncengan sepeda motor yang dikendarai Zein. Apalagi sekarang hari kian terik.

Mereka berhenti sejenak untuk membeli nasi campur di warung pinggir jalan. Selama diperjalanan tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Risa. Dia memilih diam seribu bahasa, daripada nanti akan menambah runyam masalah.

Akhirnya keduanya sampai di rumah kembali. Baru saja memasuki rumah, Salma sudah meminta satu bungkus makanan yang dibawa Risa. Tanpa banyak kata, Risa mengambil satu bungkus untuknya, sedangkan yang lainnya diletakkan di meja makan.

"Mas Zein, kenapa Mbak Risa cemberut seperti itu? Apa dia lagi dapat tamu bulanan ya? Mukanya dari tadi ditekuk terus?" tanya Salma penasaran.

"Kamu tidak usah Ikut campur, anak kecil taunya minta makanan dan uang jajan," jawab Zein sekenanya.

"Huh, suami-isteri yang aneh. Baru kemarin nikah sekarang sudah bertengkar. Gak ada mesra-mesranya. Lebih baik aku makan, daripada ikutan pusing," gerutu Salma sambil membuka bungkus makanan yang dibawa oleh Risa.

Di dalam kamar, Risa masih belum bisa berdamai dengan suaminya. Rasa sakit hati itu masih ada. Memang Risa merasa kalah saingan jika dibandingkan dengan Anggun. Akan tetapi jika dipikir-pikir, tetap Risa yang keluar sebagai pemenang. Karena dia yang sekarang menjadi istri sah dari Zein Prasetya. Lebih baik sekarang dia memikirkan cara agar bisa segera keluar dari rumah ini.

"Sayang, maafkan aku. Jangan marah-marah terus seperti itu. Kami memang benar-benar tidak ada hubungan apapun. Kamu jangan salah sangka." Zein tidak ingin p3r4ng dingin antara dirinya dan Risa semakin berlarut-larut. Hal itu sangat tidak baik bagi rumah tangga yang baru saja mereka bina.

"Terus terang saja aku marah sama kamu, Mas. Karena tidak bisa menjaga perasaan istri," cecar Risa.

"Kita berdamai saja ya? Aku tidak ingin kita marahan lagi. Pengantin baru itu kan biasanya mesra-mesraan, tapi kita malah bertengkar terus." Zein berusaha untuk melunakkan hati istrinya. Tak lama kemudian Risa menganggukkan kepalanya dan menarik b1b1rnya membentuk senyuman meskipun agak dipaksakan.

"Kamu harus janji dulu, Mas!" tegas Risa.

"Apapun itu yang membuat kamu bahagia akan aku lakukan," jawab Zein.

"Aku hanya ingin kamu memenuhi dua permintaanku," ucap Risa.

Bersambung

Related chapters

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Dua Permintaan

    "Apa saja dua permintaan itu?" tanya Zein penasaran."Yang pertama kamu harus bisa membuktikan kalau memang sudah tidak ada perasaan cinta lagi kepada Anggun dan yang kedua--." Risa menghentikan ucapannya sejenak."Kalau masalah Anggun, memang kami sudah tidak ada hubungan lagi. Saat kita bertemu tadi memang benar-benar tanpa disengaja. Aku bisa pastikan kalau saat ini hatiku hanya untukku," ucap Zein mantap."Baik, aku pegang ucapanmu, Mas," lanjut Risa."Bagaimana dengan hal yang kedua?" sambung Zein."Hem ..., aku ingin kita pindah dari sini dan tinggal di kontrakan saja," ucap Risa lirih."Tinggal di kontrakan? Di rumah ini masih ada kamar kosong untuk kita tempati. Kenapa harus pindah?" Zein merasa keberatan dengan permintaan istrinya."Ingat, Mas. Kamu sudah janji untuk menuruti permintaanku!" kata Risa mengingatkan janji yang baru saja diucapkan suaminya."Apakah permintaan kedua itu bisa diganti? Perlu kamu tahu, kalau ibuku sangat menginginkan kita tetap tinggal bersamanya. B

    Last Updated : 2024-11-16
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Waspada

    "Ibuku memang punya watak yang keras, tapi sebenarnya dia sangat menyayangi anak-anaknya. Dia sangat tidak suka kalau keinginannya dibantah. Jadi untuk sementara kita tetap tinggal di sini dulu saja. Daripada harus selalu bertengkar dengan Ibu. Kan ada alternatif lain. Masih ingat apa yang Ibuku katakan?" tanya Zein."Perkataan yang mana? Banyak sekali yang dikatakan Ibumu. Aku tidak ingat," jawab Risa tak bersemangat."Ibu kan bilang, akan mengizinkan kita kontrak rumah kalau kamu sudah h4m1l. Jadi segera saja kita buat dedek bayi," lanjut Zein dengan senyuman penuh arti."Kamu semangat banget kalau masalah begituan," sungut Risa."Namanya juga pengantin baru, pasti lagi semangat banget ini. Ingin cepat pindah rumah atau tidak?" tanya Zein."Baiklah kalau begitu. Daripada aku harus makan hati tinggal di sini terus," jawab Risa setuju dengan pendapat Zein."Yuk, gak pakai lama!" lanjut Zein bersemangat."Tunggu sebentar!" cegah Risa."Apalagi, Sayang?" Zein semakin tak sabar."Ingat t

    Last Updated : 2024-11-16
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Kado dari Penggemar

    Setelah mendengar penjelasan suaminya, Risa segera menyelesaikan kegiatan membersihkan diri. Tak lebih dari sepuluh menit dia sudah keluar kamar mandi. Padahal biasanya Risa paling suka berlama-lama di sana untuk mendinginkan badannya. Semua itu karena udara di kota Surabaya memang berhawa pa nas dan hanya didinginkan dengan kipas angin yang tidak begitu besar.Setelah siap, Risa segera menemui suaminya yang sudah menunggu di ruang tamu. Tampak Zein sudah siap dengan kunci kontak kendaraan roda duanya."Mas Zein, sebenarnya yang buka usaha katering itu siapa? Kok, jadi semuanya pekerjaan dilimpahkan padaku?" gerutu Risa."Sudahlah, Sayang! Jangan bahas masalah itu lagi. Kita hanya bantu Ibu tidak lebih dari tiga hari. Siapa tahu nanti bisa meneruskan usaha katering yang ibu lakukan sekarang ini. Jadi kamu nggak perlu lagi kerja sama orang lain," jawab Zein."Aku belum kepikiran ke arah sana," sambung Risa."Setelah ini, kita kembali pada aktivitas pekerjaan masing-masing. Makanya kamu

    Last Updated : 2024-11-26
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Ingin Sesuatu

    "Ah, kamu bisa saja, Desy. Aku menganggap Anton sebagai teman biasa. Seperti hubunganku sama kamu," ucap Risa menanggapi godaan Desy--teman satu stand dengannya."Mungkin anggapanmu seperti itu, tapi bagi Anton kamu adalah wanita spesial. Ketika mendengar kamu tidak masuk kerja karena menikah, dia kecewa berat. Dia cerita banyak tentang rasa kagumnya kepadamu," lanjut Desy."Terus aku harus bagaimana dalam bersikap kepadanya? Tidak mungkin aku memberikan harapan semu kepadanya. Apalagi sekarang aku jelas-jelas sudah menikah dengan lelaki yang kucintai," tutur Risa merasa serba salah.Dua bulan telah berlalu. Kehidupan rumah tangga Zein dan Risa masih saja dicampuri oleh ibu mertuanya. Selama tinggal di rumah orang tua Zein, Risa harus siap disuruh-suruh. Apalagi untuk menangani urusan dapur, Risa yang paling bisa diperintah ini dan itu. Sedangkan Salma sudah terbiasa mengabaikan semua pekerjaan rumah. Jika sudah ada kakak iparnya yang bisa mengerjakan semua pekerjaan domestik dan per

    Last Updated : 2024-11-29
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Perhatian

    "Aku lagi ingin sesuatu, tapi suamiku gak mau nurutin permintaanku," jawab Risa sedih.Entah kenapa keinginan itu begitu besar untuk bisa makan mangga muda. Hatinya kesal sekali dengan perkataan suaminya tadi. Sepertinya Zein tidak perhatian lagi padanya."Memangnya, Mbak Risa mau apa? Mungkin aku bisa mencarikannya." Anton menawarkan bantuan."Apa kamu mau bantu aku?" tanya Risa tidak percaya."Asalkan aku mampu, apapun permintaan Mbak Risa akan aku usahakan untuk bisa terpenuhi," jawab Anton penuh percaya diri."Tapi kamu jangan tertawa, ya." Risa sebenarnya merasa tidak enak jika melibatkan Anton untuk memenuhi permintaannya. Namun, keinginannya sangat besar dan tak bisa dicegah."Aku hanya ingin makan mangga muda. Tadi waktu berangkat, aku sempat melihat di pinggir jalan ada mangga muda, tapi Mas Zein tidak mau minta pada pemiliknya," keluh Risa."Oh, hanya mangga muda! Nanti waktu istirahat, aku carikan untuk Mbak Risa. Jadi tidak usah sedih lagi ya." Ucapan Anton membuat Risa me

    Last Updated : 2024-12-06
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Jangan Manja

    Risa merasakan ada telapak tangan yang mengusap pipinya. Matanya berusaha dibuka. Namun, saat menghirup aroma tubuh Zein, perut Risa seakan diaduk-aduk kembali. Dengan secepat kilat, dia langsung terbangun dari peraduan dan berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan rasa mualnya."Hoek ... hoek!"Kembali Risa mengeluarkan isi perutnya, hingga badannya menjadi lemas dan wajahnya pucat. Ketika baru saja membuka pintu kamar mandi, kepala Risa terasa pusing, perut mual, mata berkunang-kunang. Akhirnya Risa tak mampu lagi menahan keseimbangan tubuhnya. Semua tampak gelap, Risa pun jatuh pingsan.Untung saja Zein sudah bersiap menunggu di depan pintu kamar mandi, sehingga badan Risa tak sampai terjatuh di lantai karena dengan sigap suaminya menangkap tubuh istrinya."Sayang, ayo bangun!" Zein kemudian membopong tubuh istrinya dan meletakkannya di tempat tidur.Sekitar sepuluh menit Risa pingsan. Seluruh badannya sudah diberi minyak angin, agar kesadarannya segera pulih. Zein merasa khawat

    Last Updated : 2024-12-14
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Akhirnya Setuju

    "Tadi ada sepeda motor yang memotong jalan, tanpa memberi tanda. Jadi, saya tekan rem mendadak untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Maaf, Pak. Atas ketidaknyamanannya," jawab sopir itu. Dia merasa bersalah karena tindakannya yang membuat penumpangnya terkejut."Iya, tidak apa-apa. Tapi lain kali jangan diulangi lagi, karena bisa membahayakan penumpang," pesan Zein.Tak terasa, mereka sudah sampai di depan rumah. Dengan hati-hati, Zein mengiringi langkah kaki Risa yang masih lemah.Di ruang keluarga, tampak keluarga Zein sedang berkumpul. Ada ayah dan ibu mertua, serta adik ipar Risa sedang menonton acara televisi. Zein langsung mengajak Risa masuk kamar, supaya istrinya bisa beristirahat sesuai dengan pesan Bidan Ratna. Setelah mengantar Risa istirahat, Zein kembali ke tempat semua anggota keluarganya berkumpul. Dia akan membicarakan keadaan Risa saat ini yang tidak boleh melakukan pekerjaan berat.Zein menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan untuk menenangk

    Last Updated : 2024-12-16
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Pindah Rumah

    "Biar aku yang keluar. Kamu tetap di sini saja," pesan Zein.Dengan langkah pelan, Zein menuju pintu, agar ketukan yang diberikan tidak semakin keras. Risa hanya melihatnya dari kejauhan. Kali ini Risa berperan sebagai penonton saja. Jika ikut menemui ibu mertuanya pasti akan berbuntut panjang."Ada apa, Bu? Risa lagi tak enak badan. Sekarang dia masih berada di atas tempat tidur," ucap Zein saat sudah berhadapan dengan ibunya."Ibu mau bicara sama istrimu."Narita langsung menyerobot masuk ke dalam kamar anaknya. Tanpa mempedulikan Zein yang berusaha menghalang-halanginya di depan pintu."Risa, enak benar kamu sekarang, ya! Apa memang begini maksud kedatanganmu di rumah ini? Ingin memisahkan Ibu dan anak lelakinya. Dulu sebelum menikahi kamu, Zein sudah bilang kalau akan tetap tinggal di sini menemaniku, tapi sekarang semuanya berubah! Zein lebih memilih tinggal bersama kamu daripada dengan Ibunya!" Narita tak sabar segera mengeluarkan segala uneg-uneg yang selama ini belum tersampai

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Pindah Rumah Lagi

    Hampir sebulan Zein harus bolak-balik antara rumah dan kontrakannya sendiri. Bahkan, dia malah jarang bermalam di rumah kontrakannya. Di lain sisi, Risa sangat membutuhkan kehadiran Zein selama kondisi me ngan dung anak pertamanya. Demi mendukung bakti suami pada ibunya, Risa berusaha mengalah.Sebenarnya sejak Anggun mulai datang kembali ke rumah mertuanya, Risa sudah merasa tidak nyaman. Bukannya tidak percaya dengan kesetiaan suaminya, tapi lebih kepada adanya kesempatan yang terbentang di antara mereka untuk saling bertemu. Kucing akan makan ikan, jika disuguhkan kepadanya. Demikian juga Zein yang akan lebih sering bertemu dengan Anggun dibandingkan dengan istrinya sendiri. Ada kemungkinan, rasa cinta yang pernah ada di antara mereka kembali bersemi. Risa tidak menginginkan hal itu.Untuk mengatasi perasaan yang berkecamuk di hatinya, Risa ingin membahas masalah ini dengan suaminya, daripada dia merasa tidak tenang dengan kondisi rumah tangganya. Risa ingin ha mil tanpa banyak pik

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Menahan Diri

    Risa penasaran siapa sebenarnya tamu yang disambut oleh adik iparnya itu. Sepertinya ada tamu istimewa yang sengaja ditunggu kedatangannya.Deg!"Anggun? Kenapa dia bisa tahu kalau Ibu mertuaku akan pulang hari ini?" lirih Risa dengan penuh tanda tanya. Tampak Salma menggandeng tangan Anggun dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Anggun, menatap sekilas ke arah Risa. Entah mengapa, perasaan Risa tak enak dengan adanya Anggun di rumah ini. Pikirannya langsung tertuju pada suaminya. Apakah Anggun sengaja diberitahu oleh Salma atau Zein, agar dia menjenguk ibu mertuanya?Risa jadi teringat dengan janji Zein untuk tidak menjalin hubungan apapun dengan Anggun, tapi pada kenyataannya sangatlah berbeda. Kenapa Salma seolah-olah lebih menunggu kehadiran Anggun di rumah ini, daripada dirinya yang mana statusnya jelas-jelas sebagai menantu yang sah."Eh, ternyata Mbak Risa juga sudah ada di sini. Maaf, aku datang ke sini rencananya ikut menjemput Ibunya Salma. Kemarin aku dihubungi Salma, katan

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Siapa yang Datang

    Baru saja masuk ke ruangan di mana mertuanya dirawat, sudah terdengar suara sumbang dari adik iparnya. Ingin rasanya me nam par mu lut Salma yang selalu menyakiti hatinya. Siapa juga yang menginginkan hal buruk terjadi pada mertuanya. Dia sudah berusaha mencegah, tapi ibu mertuanya sendiri yang mengundang penyakit."Tolong dijaga bicaranya. Aku keluar bukannya kelayapan, tapi memeriksakan kandunganku. Dari tadi aku yang mengurus semua kebutuhan Ibu di sini." Tak tahan juga rasanya untuk menjawab setiap omongan Salma yang tak enak didengar telinga."Halah, alasan. Lihat apa yang telah kamu lakukan. Ibu sakit gara-gara makanan yang kamu masak. Awas saja kalau terjadi hal yang tidak diinginkan pada Ibu," cecar Salma."Per-gi ka-mu Ri-sa!" Narita yang masih terbaring lemah tega-teganya mengusir menantunya. Padahal, kalau Risa tidak segera membawanya ke rumah sakit. Nyawa Narita tidak bisa tertolong. Ibu dan anak sama-sama tidak punya hati. Sudah ditolong, tapi malah yang menolong dica ci

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Jatuh Sakit

    "Mas Zein, kamu cepat pulang! Ibu baru saja jatuh di kamar mandi," ucap Risa panik, karena mertuanya tidak sadarkan diri sampai sekarang."Kenapa bisa jatuh di kamar mandi? Pasti kamu tidak pernah membersihkan lantai kamar mandi, sehingga Ibu terpeleset saat masuk kamar mandi!" cetus Zein pada istrinya dengan nada kesal."Kok, malah nyalahin aku! Semenjak aku hamil, kamu 'kan yang bertugas membersihkan kamar mandi? Sudahlah, jangan mengajak berdebat di telepon, Mas Zein. Lebih baik, kamu cepat pulang. Setelah itu, kita bawa Ibu ke ru mah sa kit terdekat!" ujar Risa merasa jengkel, karena mendapatkan tuduhan yang begitu menyudutkannya sebagai orang yang terakhir bersama Narita--ibunya Zein."Lebih baik, kamu minta bantuan tetangga untuk mengantar Ibu ke ru mah sa kit. Takut ada apa-apa yang terjadi pada Ibu, jika tidak segera mendapat pertolongan. Nanti kirim saja lokasi ru mah sa kitnya. Aku akan segera menyusul," pungkas Zein kemudian menutup sambungan ponselnya.Zein begitu cemas se

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Ujian Pernikahan

    Kening Zein berkerut. Bagaimana istrinya tidak marah seperti ini. Lama-lama Sarah nekat juga. Urusan rumah tangganya saja belum selesai. Bagaimana bisa dia menawarkan sebuah hubungan yang mampu membuat dua keluarga berantakan?"Kenapa, Mas Zein? Apa wanita itu mengirimkan pesan untukmu?" desak Risa.Zein hanya menganggukkan kepalanya. Secara refleks dia menyerahkan ponsel kepada istrinya. Dengan rasa tak menentu dia menerima ponsel milik suaminya. Kemudian Risa membaca isi pesan dari Sarah. Kini matanya membulat. Tak disangka, wanita yang bernama Sarah itu begitu blak-blakan mengungkapkan rasa cintanya kepada Zein. Bahkan, menginginkan menjadi istri kedua Zein. Perasaan Risa kini campur aduk. Mantan Zein yang bernama Anggun yang ditemuinya beberapa waktu yang lalu, masih mampu menjaga imagenya. Sedangkan Sarah langsung to the point meminta agar dirinya dijadikan istri kedua. Risa menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan. Dia berusaha melonggarkan d4d4nya ya

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Wanita Idaman Lain

    Setelah selesai menghabiskan makanan hasil karya Risa, Zein mengambil undangan reuni yang dimaksud istrinya. Ternyata yang mengundang adalah teman SMA. Jadi kangen sama teman seangkatan yang dulu terkenal kompak di zamannya waktu memakai seragam putih abu-abu. Zein berencana tukar jadwal masuk kerja, untuk menghadiri acara reuni tersebut, karena jatah cutinya sudah habis."Yang, apa kamu mau ikut hadir di acara reuni teman SMA-ku?" tanya Zein kepada istrinya."Nggak, Mas Zein. Aku lihat hari itu jadwalnya berbenturan dengan jadwal masuk kerjaku. Lagipula aku juga tidak bisa tukar sama temanku. Dia ada acara lamaran adiknya di desa," jawab Risa."Beneran nih, tidak mau ikut? Apa tidak menyesal? Bagaimana kalau aku ketemu dengan mantan-mantanku? Apa kamu nanti tidak makin cemburu lagi seperti dulu?" goda Zein sambil tersenyum."Awas saja, kalau berani bertingkah laku macam-macam. Aku tidak akan tinggal diam!" ancam Risa sambil menyatukan dua kepalan tangannya.Zein hanya tersenyum melih

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Berita Kehilangan

    "Mas Zein, Ibu datang sambil teriak-teriak di depan pintu. Kamu yang bukakan pintu ya!" pinta Risa.Kalau nada suara ibu mertuanya sudah level tinggi. Pasti kalau bertemu dengan Risa, bawaannya marah-marah terus. Daripada jadi korban, lebih baik Risa menghindar saja. Biasanya tanpa sebab, dirinya kena damprat mertuanya."Ada apa, Bu? Pagi-pagi sudah gedor-gedor pintu," tegur Zein."Hu ... hu ...!" Tiba-tiba terdengar suara tangis Narita keras sekali."Bilang padaku, Bu! Apa yang terjadi? Kenapa Ibu menangis seperti ini?" Zein tampak khawatir."Ayahmu, Zein!""Apa yang terjadi pada Ayah, Bu? Sekarang Ibu masuk dulu. Setelah tenang baru cerita padaku." Zein berusaha menenangkan ibunya.Tanpa disuruh suaminya, Risa membuatkan teh hangat untuk mertuanya. Walaupun hatinya sering tersakiti oleh perkataan dan perbuatan ibu mertuanya, tetapi Risa berusaha tetap menghormati wanita di hadapannya itu sebagai ibu suaminya."Diminum dulu teh hangatnya, Bu. Supaya Ibu bisa lebih tenang," ucap Risa

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Nasihat Ibuku

    "Waalaikum salam," jawab Risa kemudian segera melangkahkan kaki menuju pintu masuk. "Bapak, Ibu. Ayo masuk!" Risa mengajak bapak dan ibunya masuk ke rumah kontrakannya.Kedua orang tua Risa membawa beberapa kardus besar berisi berbagai macam makanan untuk diberikan kepada Risa. Memang adat di daerah kelahiran Risa, jika memasuki rumah baru, mereka akan berbagi makanan kepada tetangga kanan dan kirinya. Selain untuk berbagi juga agar mengenal tetangga baru. Walaupun mereka masih pindah di rumah kontrakan. Kemarin Risa sempat menghubungi orang tuanya untuk memberi tahu berita kehamilannya dan rencana pindah rumah. Kedua orang tua Risa sangat senang, karena akan mendapatkan cucu baru dan mendukung penuh keinginan anaknya tinggal berpisah dengan mertuanya. Bagi mereka anaknya lebih baik belajar hidup mandiri, agar dapat belajar mengarungi bahtera rumah tangga dan mendapatkan hikmah tersendiri atas pengalaman yang akan mereka hadapi kelak.Sebagai orang tua Risa, Agam dan Dewi hanya memb

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Pindah Rumah

    "Biar aku yang keluar. Kamu tetap di sini saja," pesan Zein.Dengan langkah pelan, Zein menuju pintu, agar ketukan yang diberikan tidak semakin keras. Risa hanya melihatnya dari kejauhan. Kali ini Risa berperan sebagai penonton saja. Jika ikut menemui ibu mertuanya pasti akan berbuntut panjang."Ada apa, Bu? Risa lagi tak enak badan. Sekarang dia masih berada di atas tempat tidur," ucap Zein saat sudah berhadapan dengan ibunya."Ibu mau bicara sama istrimu."Narita langsung menyerobot masuk ke dalam kamar anaknya. Tanpa mempedulikan Zein yang berusaha menghalang-halanginya di depan pintu."Risa, enak benar kamu sekarang, ya! Apa memang begini maksud kedatanganmu di rumah ini? Ingin memisahkan Ibu dan anak lelakinya. Dulu sebelum menikahi kamu, Zein sudah bilang kalau akan tetap tinggal di sini menemaniku, tapi sekarang semuanya berubah! Zein lebih memilih tinggal bersama kamu daripada dengan Ibunya!" Narita tak sabar segera mengeluarkan segala uneg-uneg yang selama ini belum tersampai

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status