แชร์

Dua Permintaan

ผู้เขียน: May Hape
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-11-16 20:40:27

"Apa saja dua permintaan itu?" tanya Zein penasaran.

"Yang pertama kamu harus bisa membuktikan kalau memang sudah tidak ada perasaan cinta lagi kepada Anggun dan yang kedua--." Risa menghentikan ucapannya sejenak.

"Kalau masalah Anggun, memang kami sudah tidak ada hubungan lagi. Saat kita bertemu tadi memang benar-benar tanpa disengaja. Aku bisa pastikan kalau saat ini hatiku hanya untukku," ucap Zein mantap.

"Baik, aku pegang ucapanmu, Mas," lanjut Risa.

"Bagaimana dengan hal yang kedua?" sambung Zein.

"Hem ..., aku ingin kita pindah dari sini dan tinggal di kontrakan saja," ucap Risa lirih.

"Tinggal di kontrakan? Di rumah ini masih ada kamar kosong untuk kita tempati. Kenapa harus pindah?" Zein merasa keberatan dengan permintaan istrinya.

"Ingat, Mas. Kamu sudah janji untuk menuruti permintaanku!" kata Risa mengingatkan janji yang baru saja diucapkan suaminya.

"Apakah permintaan kedua itu bisa diganti? Perlu kamu tahu, kalau ibuku sangat menginginkan kita tetap tinggal bersamanya. Bagaimana cara aku mengatakan hal itu? Pasti Ibu sangat kecewa terhadap kita," ucap Zein bingung menanggapi permintaan Risa.

"Coba kamu pikir baik-baik, Mas. Baru satu hari aku tinggal di sini, semua pekerjaan rumah dibebankan kepadaku. Sedangkan Minggu depan kita berdua sudah sama-sama kembali bekerja. Apa kamu tidak kasihan kepadaku, Mas?" Risa berusaha menyakinkan suaminya.

"Entahlah. Mungkin keputusan untuk kontrak rumah, kita pikirkan perlahan-lahan. Aku juga harus izin dulu kepada Ibuku. Untuk itu aku butuh waktu, supaya Bapak dan Ibu mengizinkan kita pindah rumah," tutur Zein.

Risa menjadi agak ragu jika rencana tinggal di kontrakan itu harus dibicarakan terlebih dahulu dengan ibu mertuanya. Kemungkinan besar rencana itu tidak terwujud. Risa akan berusaha merayu suaminya agar bisa meyakinkan ibu mertuanya bahwa jika mereka kontrak semua akan baik-baik saja.

"Sayang, peran kamu sekarang adalah sebagai kepala keluarga. Aku harap bisa meyakinkan Ibumu agar kita bisa segera tinggal di kontrakan. Bilang saja kalau ingin hidup mandiri setelah menikah." Risa berusaha mempengaruhi pikiran suaminya supaya mau diajak keluar dari rumah milik orang tuanya.

"Baiklah, akan kucoba mengatakan hal itu kepada Bapak dan Ibu," jawab Zein.

Zein akan mencari waktu yang tepat untuk membicarakan rencananya bersama istri untuk tinggal di kontrakan.

Sepasang pengantin baru itu, akhirnya berbaikan kembali. Risa sebenarnya begitu peduli dengan Zein, tetapi terkadang Zein terlalu patuh dan sayang kepada orang tua dan saudaranya, sehingga keputusan yang diambil selalu membuat Risa ingin marah. Dialah orang yang paling merasa dirugikan dengan sikap Zein yang seringkali tidak memihak kepadanya. Bahkan, mengharuskan Risa untuk selalu mengalah agar tidak terjadi keributan yang berkepanjangan.

"Aku kasih waktu paling lama sampai besok, sebelum kita masuk kerja," jawab Risa.

Hari yang melelahkan bagi Risa. Pagi-pagi sudah diberi pekerjaan rumah menumpuk. Setelah itu rencana makan berdua dengan Zein gagal total, karena suami tak sengaja bertemu mantan kekasihnya yang sok ramah dan g3n1t. Semua itu membuat perut Risa meronta-ronta ingin diberi asupan gizi. Kini Risa sedang menikmati sebungkus nasi campur yang dibelinya di pinggir jalan. Apapun makanannya kalau perut sedang lapar pasti akan terasa nikmat.

Zein hanya tersenyum melihat istrinya yang sedang lahap menikmati makanan yang baru saja mereka beli.

"Kasihan sekali istriku. Sepertinya dia lapar banget. Sampai begitu lahapnya menghabiskan makanan itu," lirih Zein.

Malam harinya, saat semua anggota keluarga sedang makan malam. Zein ingin mengutarakan rencananya untuk mengontrak rumah.

"Ayah, Ibu, berhubung sekarang aku dan Risa sudah menikah. Memang sebaiknya belajar hidup mandiri. Jadi kami memutuskan untuk kontrak rumah sendiri," ucap Zein hati-hati.

"Apa, kontrak rumah? Pasti ini kemauan istrimu kan, Zein!" cecar Narita dengan nada tinggi.

"Bukan, Bu. Itu adalah kesepakatan kami berdua. Jadi tolong izinkan pindah dari sini. Bukannya aku tidak ingin tinggal bersama kalian, tapi lebih pada kemandirian yang harus kita lakukan mulai dari sekarang," lanjut Zein.

"Aku tidak setuju!" tegas Narita.

"Memang agak berat kalau harus memulai sesuatu yang baru. Kami akan belajar menjadi suami dan istri dengan peran masing-masing. Jika nanti Allah SWT menitipkan anak, kami sudah siap," tutur Zein panjang lebar.

"Kalau Ayah setuju saja, kalian kontrak. Yang penting sudah punya cukup v4ng untuk memb4y4r b14y4 kontrak setiap bulan. Kalau belum siap, tinggal saja dulu di sini. Sambil menyisihkan v4ng. Kalau tabungan sudah cukup, baru kalian bisa kontrak dengan tenang." Bima-ayah Zein menasehati.

"Kami sudah ada v4ng t4bvng4n untuk kontrak rumah, Yah," jawab Risa bersemangat.

"Bagus itu, tapi alangkah baiknya kalau kalian tidak langsung tinggal di kontrakan. Sebaiknya dua atau tiga bulan ke depan. Di sini kalian bisa belajar berumah tangga. Dengar Zein, Ayah dan Ibu tidak melarang kalian hidup mandiri. Sebelum melangkah lebih jauh, pikirkan semuanya dulu secara matang rencana kalian itu, agar tidak menyesal di kemudian hari." Bima berusaha menasehati anak lelaki dan menantunya.

"Ibu sangat setuju dengan pendapat Ayahmu, Zein. Memangnya enak hidup di kontrakan? Lagipula selain tempatnya sempit, biayanya juga ma hal. Apalagi tinggal di kota seperti kita ini. Diberi kemudahan tinggal di sini dan tidak perlu b4y4r. Kok, malah milih kontrak. Cari susah itu namanya," sindir Narita sambil memandang t4j4m ke arah Risa.

Narita semakin kesal dengan menantunya itu. Zein yang biasanya selalu patuh kepadanya, kini mulai terpengaruh dengan pemikiran istrinya.

"Awas saja, kalau kamu berusaha mencuci 0t4k anak lelakiku. Aku akan buat perhitungan denganmu, Risa," ucap Narita dalam hati, dia tak terima dengan keputusan Zein karena mengikuti keinginan istrinya.

"Maaf, Bu. Bukan maksud kami menolak tinggal di sini secara gratis. Kami hanya ingin hidup mandiri saja dan tidak bergantung kepada Ayah dan Ibu," lanjut Risa saat mendengar penuturan mertuanya yang tidak enak dikonsumsi oleh indera pendengarannya.

"Ibu baru setuju kalian pindah rumah, kalau Risa sudah h4m1l. Jika belum, tetap tinggal di sini saja. Supaya Risa bisa belajar mengurus rumah! Jangan, membantah!" tegas Narita sambil beranjak pergi dari tempat duduknya.

Tampak sekali kalau Narita sangat tidak menyetujui keputusan Zein dan Risa untuk segera pindah dari rumahnya. Dia tidak ingin anak lelakinya dipengaruhi oleh Risa sehingga berubah, dari anak yang semula penurut menjadi pembangkang.

"Zein dan Risa, sebaiknya kalian menuruti keinginan Ibumu itu. Ambil segi positifnya saja. Ibumu memang benar. Ada baiknya kalian belajar mengurus rumah tangga dengan melihat apa yang Ayah dan Ibu lakukan sehari-hari. Jadi ketika kalian nanti sudah siap, semuanya jadi lebih mudah," tutur Bima bijak.

Meskipun dengan berat hati, Risa dan Zein akhirnya menuruti nasehat Bima. Memang benar, izin dari kedua orang tua sangat penting untuk kebaikan anak-anaknya.

Setelah acara makan malam selesai, seperti biasa Risa yang harus membersihkan piring dan juga peralatan makan lainnya. Kali ini Zein tidak membantu, dia lebih memilih ngobrol dengan Ayahnya yang hari ini masih cuti kerja.

Saat hanya berdua di kamar dengan suaminya. Risa menyempatkan diri untuk menyampaikan kekesalan yang masih mengganjal di hatinya. Tampak sekali kalau keputusan ibu mertuanya bukan hanya karena kasihan kepada Zein dan Risa, melainkan tak ingin kehilangan kebersamaan dengan anak lelakinya.

Zein sering cerita kalau dia begitu dekat dengan ibunya. Apa yang dia rasakan selalu diceritakan kepada Narita. Suatu hari Narita sempat mengatakan keberatannya kalau Zein harus segera menikah. Ibunya tak ingin Zein menikah muda, apalagi dia harus membantu membiayai adiknya yang belum lulus kuliah.

Ketika kini Zein sudah punya istri, ibunya juga merasa kalau kasih sayang dari anaknya itu sekarang sudah berpindah kepada Risa. Itu yang membuat Narita sering uring-uringan kepada Risa. Zein mulai tidak menuruti apa yang dikatakan oleh ibunya.

"Mas, apa sebelum ini sikap Ibumu seperti itu? Selalu mau menang sendiri dan keputusan yang diambil anak-anaknya harus atas persetujuannya?"

Bersambung

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Waspada

    "Ibuku memang punya watak yang keras, tapi sebenarnya dia sangat menyayangi anak-anaknya. Dia sangat tidak suka kalau keinginannya dibantah. Jadi untuk sementara kita tetap tinggal di sini dulu saja. Daripada harus selalu bertengkar dengan Ibu. Kan ada alternatif lain. Masih ingat apa yang Ibuku katakan?" tanya Zein."Perkataan yang mana? Banyak sekali yang dikatakan Ibumu. Aku tidak ingat," jawab Risa tak bersemangat."Ibu kan bilang, akan mengizinkan kita kontrak rumah kalau kamu sudah h4m1l. Jadi segera saja kita buat dedek bayi," lanjut Zein dengan senyuman penuh arti."Kamu semangat banget kalau masalah begituan," sungut Risa."Namanya juga pengantin baru, pasti lagi semangat banget ini. Ingin cepat pindah rumah atau tidak?" tanya Zein."Baiklah kalau begitu. Daripada aku harus makan hati tinggal di sini terus," jawab Risa setuju dengan pendapat Zein."Yuk, gak pakai lama!" lanjut Zein bersemangat."Tunggu sebentar!" cegah Risa."Apalagi, Sayang?" Zein semakin tak sabar."Ingat t

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-16
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Kado dari Penggemar

    Setelah mendengar penjelasan suaminya, Risa segera menyelesaikan kegiatan membersihkan diri. Tak lebih dari sepuluh menit dia sudah keluar kamar mandi. Padahal biasanya Risa paling suka berlama-lama di sana untuk mendinginkan badannya. Semua itu karena udara di kota Surabaya memang berhawa pa nas dan hanya didinginkan dengan kipas angin yang tidak begitu besar.Setelah siap, Risa segera menemui suaminya yang sudah menunggu di ruang tamu. Tampak Zein sudah siap dengan kunci kontak kendaraan roda duanya."Mas Zein, sebenarnya yang buka usaha katering itu siapa? Kok, jadi semuanya pekerjaan dilimpahkan padaku?" gerutu Risa."Sudahlah, Sayang! Jangan bahas masalah itu lagi. Kita hanya bantu Ibu tidak lebih dari tiga hari. Siapa tahu nanti bisa meneruskan usaha katering yang ibu lakukan sekarang ini. Jadi kamu nggak perlu lagi kerja sama orang lain," jawab Zein."Aku belum kepikiran ke arah sana," sambung Risa."Setelah ini, kita kembali pada aktivitas pekerjaan masing-masing. Makanya kamu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-26
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Ingin Sesuatu

    "Ah, kamu bisa saja, Desy. Aku menganggap Anton sebagai teman biasa. Seperti hubunganku sama kamu," ucap Risa menanggapi godaan Desy--teman satu stand dengannya."Mungkin anggapanmu seperti itu, tapi bagi Anton kamu adalah wanita spesial. Ketika mendengar kamu tidak masuk kerja karena menikah, dia kecewa berat. Dia cerita banyak tentang rasa kagumnya kepadamu," lanjut Desy."Terus aku harus bagaimana dalam bersikap kepadanya? Tidak mungkin aku memberikan harapan semu kepadanya. Apalagi sekarang aku jelas-jelas sudah menikah dengan lelaki yang kucintai," tutur Risa merasa serba salah.Dua bulan telah berlalu. Kehidupan rumah tangga Zein dan Risa masih saja dicampuri oleh ibu mertuanya. Selama tinggal di rumah orang tua Zein, Risa harus siap disuruh-suruh. Apalagi untuk menangani urusan dapur, Risa yang paling bisa diperintah ini dan itu. Sedangkan Salma sudah terbiasa mengabaikan semua pekerjaan rumah. Jika sudah ada kakak iparnya yang bisa mengerjakan semua pekerjaan domestik dan per

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-29
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Perhatian

    "Aku lagi ingin sesuatu, tapi suamiku gak mau nurutin permintaanku," jawab Risa sedih.Entah kenapa keinginan itu begitu besar untuk bisa makan mangga muda. Hatinya kesal sekali dengan perkataan suaminya tadi. Sepertinya Zein tidak perhatian lagi padanya."Memangnya, Mbak Risa mau apa? Mungkin aku bisa mencarikannya." Anton menawarkan bantuan."Apa kamu mau bantu aku?" tanya Risa tidak percaya."Asalkan aku mampu, apapun permintaan Mbak Risa akan aku usahakan untuk bisa terpenuhi," jawab Anton penuh percaya diri."Tapi kamu jangan tertawa, ya." Risa sebenarnya merasa tidak enak jika melibatkan Anton untuk memenuhi permintaannya. Namun, keinginannya sangat besar dan tak bisa dicegah."Aku hanya ingin makan mangga muda. Tadi waktu berangkat, aku sempat melihat di pinggir jalan ada mangga muda, tapi Mas Zein tidak mau minta pada pemiliknya," keluh Risa."Oh, hanya mangga muda! Nanti waktu istirahat, aku carikan untuk Mbak Risa. Jadi tidak usah sedih lagi ya." Ucapan Anton membuat Risa me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-06
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Jangan Manja

    Risa merasakan ada telapak tangan yang mengusap pipinya. Matanya berusaha dibuka. Namun, saat menghirup aroma tubuh Zein, perut Risa seakan diaduk-aduk kembali. Dengan secepat kilat, dia langsung terbangun dari peraduan dan berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan rasa mualnya."Hoek ... hoek!"Kembali Risa mengeluarkan isi perutnya, hingga badannya menjadi lemas dan wajahnya pucat. Ketika baru saja membuka pintu kamar mandi, kepala Risa terasa pusing, perut mual, mata berkunang-kunang. Akhirnya Risa tak mampu lagi menahan keseimbangan tubuhnya. Semua tampak gelap, Risa pun jatuh pingsan.Untung saja Zein sudah bersiap menunggu di depan pintu kamar mandi, sehingga badan Risa tak sampai terjatuh di lantai karena dengan sigap suaminya menangkap tubuh istrinya."Sayang, ayo bangun!" Zein kemudian membopong tubuh istrinya dan meletakkannya di tempat tidur.Sekitar sepuluh menit Risa pingsan. Seluruh badannya sudah diberi minyak angin, agar kesadarannya segera pulih. Zein merasa khawat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-14
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Akhirnya Setuju

    "Tadi ada sepeda motor yang memotong jalan, tanpa memberi tanda. Jadi, saya tekan rem mendadak untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Maaf, Pak. Atas ketidaknyamanannya," jawab sopir itu. Dia merasa bersalah karena tindakannya yang membuat penumpangnya terkejut."Iya, tidak apa-apa. Tapi lain kali jangan diulangi lagi, karena bisa membahayakan penumpang," pesan Zein.Tak terasa, mereka sudah sampai di depan rumah. Dengan hati-hati, Zein mengiringi langkah kaki Risa yang masih lemah.Di ruang keluarga, tampak keluarga Zein sedang berkumpul. Ada ayah dan ibu mertua, serta adik ipar Risa sedang menonton acara televisi. Zein langsung mengajak Risa masuk kamar, supaya istrinya bisa beristirahat sesuai dengan pesan Bidan Ratna. Setelah mengantar Risa istirahat, Zein kembali ke tempat semua anggota keluarganya berkumpul. Dia akan membicarakan keadaan Risa saat ini yang tidak boleh melakukan pekerjaan berat.Zein menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan untuk menenangk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-16
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Pindah Rumah

    "Biar aku yang keluar. Kamu tetap di sini saja," pesan Zein.Dengan langkah pelan, Zein menuju pintu, agar ketukan yang diberikan tidak semakin keras. Risa hanya melihatnya dari kejauhan. Kali ini Risa berperan sebagai penonton saja. Jika ikut menemui ibu mertuanya pasti akan berbuntut panjang."Ada apa, Bu? Risa lagi tak enak badan. Sekarang dia masih berada di atas tempat tidur," ucap Zein saat sudah berhadapan dengan ibunya."Ibu mau bicara sama istrimu."Narita langsung menyerobot masuk ke dalam kamar anaknya. Tanpa mempedulikan Zein yang berusaha menghalang-halanginya di depan pintu."Risa, enak benar kamu sekarang, ya! Apa memang begini maksud kedatanganmu di rumah ini? Ingin memisahkan Ibu dan anak lelakinya. Dulu sebelum menikahi kamu, Zein sudah bilang kalau akan tetap tinggal di sini menemaniku, tapi sekarang semuanya berubah! Zein lebih memilih tinggal bersama kamu daripada dengan Ibunya!" Narita tak sabar segera mengeluarkan segala uneg-uneg yang selama ini belum tersampai

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-17
  • Aku Bukan ART Keluargamu    Nasihat Ibuku

    "Waalaikum salam," jawab Risa kemudian segera melangkahkan kaki menuju pintu masuk. "Bapak, Ibu. Ayo masuk!" Risa mengajak bapak dan ibunya masuk ke rumah kontrakannya.Kedua orang tua Risa membawa beberapa kardus besar berisi berbagai macam makanan untuk diberikan kepada Risa. Memang adat di daerah kelahiran Risa, jika memasuki rumah baru, mereka akan berbagi makanan kepada tetangga kanan dan kirinya. Selain untuk berbagi juga agar mengenal tetangga baru. Walaupun mereka masih pindah di rumah kontrakan. Kemarin Risa sempat menghubungi orang tuanya untuk memberi tahu berita kehamilannya dan rencana pindah rumah. Kedua orang tua Risa sangat senang, karena akan mendapatkan cucu baru dan mendukung penuh keinginan anaknya tinggal berpisah dengan mertuanya. Bagi mereka anaknya lebih baik belajar hidup mandiri, agar dapat belajar mengarungi bahtera rumah tangga dan mendapatkan hikmah tersendiri atas pengalaman yang akan mereka hadapi kelak.Sebagai orang tua Risa, Agam dan Dewi hanya memb

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-22

บทล่าสุด

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Pindah Rumah Lagi

    Hampir sebulan Zein harus bolak-balik antara rumah dan kontrakannya sendiri. Bahkan, dia malah jarang bermalam di rumah kontrakannya. Di lain sisi, Risa sangat membutuhkan kehadiran Zein selama kondisi me ngan dung anak pertamanya. Demi mendukung bakti suami pada ibunya, Risa berusaha mengalah.Sebenarnya sejak Anggun mulai datang kembali ke rumah mertuanya, Risa sudah merasa tidak nyaman. Bukannya tidak percaya dengan kesetiaan suaminya, tapi lebih kepada adanya kesempatan yang terbentang di antara mereka untuk saling bertemu. Kucing akan makan ikan, jika disuguhkan kepadanya. Demikian juga Zein yang akan lebih sering bertemu dengan Anggun dibandingkan dengan istrinya sendiri. Ada kemungkinan, rasa cinta yang pernah ada di antara mereka kembali bersemi. Risa tidak menginginkan hal itu.Untuk mengatasi perasaan yang berkecamuk di hatinya, Risa ingin membahas masalah ini dengan suaminya, daripada dia merasa tidak tenang dengan kondisi rumah tangganya. Risa ingin ha mil tanpa banyak pik

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Menahan Diri

    Risa penasaran siapa sebenarnya tamu yang disambut oleh adik iparnya itu. Sepertinya ada tamu istimewa yang sengaja ditunggu kedatangannya.Deg!"Anggun? Kenapa dia bisa tahu kalau Ibu mertuaku akan pulang hari ini?" lirih Risa dengan penuh tanda tanya. Tampak Salma menggandeng tangan Anggun dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Anggun, menatap sekilas ke arah Risa. Entah mengapa, perasaan Risa tak enak dengan adanya Anggun di rumah ini. Pikirannya langsung tertuju pada suaminya. Apakah Anggun sengaja diberitahu oleh Salma atau Zein, agar dia menjenguk ibu mertuanya?Risa jadi teringat dengan janji Zein untuk tidak menjalin hubungan apapun dengan Anggun, tapi pada kenyataannya sangatlah berbeda. Kenapa Salma seolah-olah lebih menunggu kehadiran Anggun di rumah ini, daripada dirinya yang mana statusnya jelas-jelas sebagai menantu yang sah."Eh, ternyata Mbak Risa juga sudah ada di sini. Maaf, aku datang ke sini rencananya ikut menjemput Ibunya Salma. Kemarin aku dihubungi Salma, katan

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Siapa yang Datang

    Baru saja masuk ke ruangan di mana mertuanya dirawat, sudah terdengar suara sumbang dari adik iparnya. Ingin rasanya me nam par mu lut Salma yang selalu menyakiti hatinya. Siapa juga yang menginginkan hal buruk terjadi pada mertuanya. Dia sudah berusaha mencegah, tapi ibu mertuanya sendiri yang mengundang penyakit."Tolong dijaga bicaranya. Aku keluar bukannya kelayapan, tapi memeriksakan kandunganku. Dari tadi aku yang mengurus semua kebutuhan Ibu di sini." Tak tahan juga rasanya untuk menjawab setiap omongan Salma yang tak enak didengar telinga."Halah, alasan. Lihat apa yang telah kamu lakukan. Ibu sakit gara-gara makanan yang kamu masak. Awas saja kalau terjadi hal yang tidak diinginkan pada Ibu," cecar Salma."Per-gi ka-mu Ri-sa!" Narita yang masih terbaring lemah tega-teganya mengusir menantunya. Padahal, kalau Risa tidak segera membawanya ke rumah sakit. Nyawa Narita tidak bisa tertolong. Ibu dan anak sama-sama tidak punya hati. Sudah ditolong, tapi malah yang menolong dica ci

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Jatuh Sakit

    "Mas Zein, kamu cepat pulang! Ibu baru saja jatuh di kamar mandi," ucap Risa panik, karena mertuanya tidak sadarkan diri sampai sekarang."Kenapa bisa jatuh di kamar mandi? Pasti kamu tidak pernah membersihkan lantai kamar mandi, sehingga Ibu terpeleset saat masuk kamar mandi!" cetus Zein pada istrinya dengan nada kesal."Kok, malah nyalahin aku! Semenjak aku hamil, kamu 'kan yang bertugas membersihkan kamar mandi? Sudahlah, jangan mengajak berdebat di telepon, Mas Zein. Lebih baik, kamu cepat pulang. Setelah itu, kita bawa Ibu ke ru mah sa kit terdekat!" ujar Risa merasa jengkel, karena mendapatkan tuduhan yang begitu menyudutkannya sebagai orang yang terakhir bersama Narita--ibunya Zein."Lebih baik, kamu minta bantuan tetangga untuk mengantar Ibu ke ru mah sa kit. Takut ada apa-apa yang terjadi pada Ibu, jika tidak segera mendapat pertolongan. Nanti kirim saja lokasi ru mah sa kitnya. Aku akan segera menyusul," pungkas Zein kemudian menutup sambungan ponselnya.Zein begitu cemas se

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Ujian Pernikahan

    Kening Zein berkerut. Bagaimana istrinya tidak marah seperti ini. Lama-lama Sarah nekat juga. Urusan rumah tangganya saja belum selesai. Bagaimana bisa dia menawarkan sebuah hubungan yang mampu membuat dua keluarga berantakan?"Kenapa, Mas Zein? Apa wanita itu mengirimkan pesan untukmu?" desak Risa.Zein hanya menganggukkan kepalanya. Secara refleks dia menyerahkan ponsel kepada istrinya. Dengan rasa tak menentu dia menerima ponsel milik suaminya. Kemudian Risa membaca isi pesan dari Sarah. Kini matanya membulat. Tak disangka, wanita yang bernama Sarah itu begitu blak-blakan mengungkapkan rasa cintanya kepada Zein. Bahkan, menginginkan menjadi istri kedua Zein. Perasaan Risa kini campur aduk. Mantan Zein yang bernama Anggun yang ditemuinya beberapa waktu yang lalu, masih mampu menjaga imagenya. Sedangkan Sarah langsung to the point meminta agar dirinya dijadikan istri kedua. Risa menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan. Dia berusaha melonggarkan d4d4nya ya

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Wanita Idaman Lain

    Setelah selesai menghabiskan makanan hasil karya Risa, Zein mengambil undangan reuni yang dimaksud istrinya. Ternyata yang mengundang adalah teman SMA. Jadi kangen sama teman seangkatan yang dulu terkenal kompak di zamannya waktu memakai seragam putih abu-abu. Zein berencana tukar jadwal masuk kerja, untuk menghadiri acara reuni tersebut, karena jatah cutinya sudah habis."Yang, apa kamu mau ikut hadir di acara reuni teman SMA-ku?" tanya Zein kepada istrinya."Nggak, Mas Zein. Aku lihat hari itu jadwalnya berbenturan dengan jadwal masuk kerjaku. Lagipula aku juga tidak bisa tukar sama temanku. Dia ada acara lamaran adiknya di desa," jawab Risa."Beneran nih, tidak mau ikut? Apa tidak menyesal? Bagaimana kalau aku ketemu dengan mantan-mantanku? Apa kamu nanti tidak makin cemburu lagi seperti dulu?" goda Zein sambil tersenyum."Awas saja, kalau berani bertingkah laku macam-macam. Aku tidak akan tinggal diam!" ancam Risa sambil menyatukan dua kepalan tangannya.Zein hanya tersenyum melih

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Berita Kehilangan

    "Mas Zein, Ibu datang sambil teriak-teriak di depan pintu. Kamu yang bukakan pintu ya!" pinta Risa.Kalau nada suara ibu mertuanya sudah level tinggi. Pasti kalau bertemu dengan Risa, bawaannya marah-marah terus. Daripada jadi korban, lebih baik Risa menghindar saja. Biasanya tanpa sebab, dirinya kena damprat mertuanya."Ada apa, Bu? Pagi-pagi sudah gedor-gedor pintu," tegur Zein."Hu ... hu ...!" Tiba-tiba terdengar suara tangis Narita keras sekali."Bilang padaku, Bu! Apa yang terjadi? Kenapa Ibu menangis seperti ini?" Zein tampak khawatir."Ayahmu, Zein!""Apa yang terjadi pada Ayah, Bu? Sekarang Ibu masuk dulu. Setelah tenang baru cerita padaku." Zein berusaha menenangkan ibunya.Tanpa disuruh suaminya, Risa membuatkan teh hangat untuk mertuanya. Walaupun hatinya sering tersakiti oleh perkataan dan perbuatan ibu mertuanya, tetapi Risa berusaha tetap menghormati wanita di hadapannya itu sebagai ibu suaminya."Diminum dulu teh hangatnya, Bu. Supaya Ibu bisa lebih tenang," ucap Risa

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Nasihat Ibuku

    "Waalaikum salam," jawab Risa kemudian segera melangkahkan kaki menuju pintu masuk. "Bapak, Ibu. Ayo masuk!" Risa mengajak bapak dan ibunya masuk ke rumah kontrakannya.Kedua orang tua Risa membawa beberapa kardus besar berisi berbagai macam makanan untuk diberikan kepada Risa. Memang adat di daerah kelahiran Risa, jika memasuki rumah baru, mereka akan berbagi makanan kepada tetangga kanan dan kirinya. Selain untuk berbagi juga agar mengenal tetangga baru. Walaupun mereka masih pindah di rumah kontrakan. Kemarin Risa sempat menghubungi orang tuanya untuk memberi tahu berita kehamilannya dan rencana pindah rumah. Kedua orang tua Risa sangat senang, karena akan mendapatkan cucu baru dan mendukung penuh keinginan anaknya tinggal berpisah dengan mertuanya. Bagi mereka anaknya lebih baik belajar hidup mandiri, agar dapat belajar mengarungi bahtera rumah tangga dan mendapatkan hikmah tersendiri atas pengalaman yang akan mereka hadapi kelak.Sebagai orang tua Risa, Agam dan Dewi hanya memb

  • Aku Bukan ART Keluargamu    Pindah Rumah

    "Biar aku yang keluar. Kamu tetap di sini saja," pesan Zein.Dengan langkah pelan, Zein menuju pintu, agar ketukan yang diberikan tidak semakin keras. Risa hanya melihatnya dari kejauhan. Kali ini Risa berperan sebagai penonton saja. Jika ikut menemui ibu mertuanya pasti akan berbuntut panjang."Ada apa, Bu? Risa lagi tak enak badan. Sekarang dia masih berada di atas tempat tidur," ucap Zein saat sudah berhadapan dengan ibunya."Ibu mau bicara sama istrimu."Narita langsung menyerobot masuk ke dalam kamar anaknya. Tanpa mempedulikan Zein yang berusaha menghalang-halanginya di depan pintu."Risa, enak benar kamu sekarang, ya! Apa memang begini maksud kedatanganmu di rumah ini? Ingin memisahkan Ibu dan anak lelakinya. Dulu sebelum menikahi kamu, Zein sudah bilang kalau akan tetap tinggal di sini menemaniku, tapi sekarang semuanya berubah! Zein lebih memilih tinggal bersama kamu daripada dengan Ibunya!" Narita tak sabar segera mengeluarkan segala uneg-uneg yang selama ini belum tersampai

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status