"Engkau adalah gunung yang tak bisa kudaki, samudera yang tak mungkin kuarungi. Engkau seluas semesta, dan seindah bintang-bintang yang mustahil kugapai. "
Seorang Berandal membaca bait-bait puisi dengan penuh hayati. Rima-rima yang mengalir terpatri di hati sang guru dan anak-anak kelas sastra yang duduk terenyuh oleh indahnya puisi yang dibacakannya. Hanya satu orang yang nampak kesal: Cinta Anandia Suryani, gadis manis berkacamata dengan pipi tembem menggemaskan yang terus cemberut sedari kelas dimulai. Hatinya terus bergumam, "dasar preman pasar, Itu kan puisi cintaku! "" Ckckckck, ibu gak nyangka. Di balik tampilanmu yang kayak preman pasar ternyata ada jiwa-jiwa puitis juga dalam jiwamu, " Bunda Gladis memuji murid ternakalnya. Dosa Alwinn yang kuliah cuma memakai sendal jepit, jacket hitam dan celana boxer diampuni olehnya. Kata pengampunan tidak berlaku bagi Cinta yang karyanya dicolong sahabat begundalnya itu.Alwinn tersentum cerah, dengan sombongnya dia berkata, "begitulah seni Bu. Apa yang dimulai dengan cinta, dan ditulis pakai rasa hasilnya kan selalu indah dan berkesan. " Si Berandal tampan menatap ke arah wajah manis Bu Gladis yang tampil seksi dengan dress ungu yang menggoda. Tanpa ragu dia memujinya, "contohnya Bu Gladis. Ibu adalah maha karya semesta yang indah dan berbudi luhur. Tanpa ibu, aku yang kecil ini hanyalah segumpal darah yang pembakang."Bu Gladis menatap penuh hasrat, ia tak kuasa mengigit bibirnya. Sebagai Saphiosexual, dia sangat terangsang akan intelektualitas — yang mana tidak nampak dari sosok Alwinn yang sebenarnya. Apa yang dilihatnya kali ini hanyalah skill maling karya dari sahabatnya sendiri yang kebetulan sedang jatuh cinta.Decak kagum berhamburan menggema di dalam kelas, tepuk tangan yang meriah diberikan oleh seluruh mahasiwa pada si Berandal Kelas. Dan tentu saja, satu bogem mentah menunggunya sepulang kuliah. Cinta begitu murka pada sahabatnya yang merobek secarik kertas dari diary ungu miliknya. Puisi cintanya untuk Bintang.Sang Berandal duduk di samping kawannya yang culun. Senyumnya menyeringai, begitu puas menjahili kawan kecilnya yang badmood. Alwinn mengelus pelan rambut Cinta, dengan nada lembut ia berkata padanya, "sudah jangan marah Cin, nanti kamu cepet keriput. Malu ama nenek ku yang masih skincare-an. ""Apaan sih kamu teh! " Cinta menepis tangan Alwinn, menatap dengan pandangan mengutuk pada kawannya yang mencuri karyanya yang dibuat semalam suntuk. Alwinn terdiam sejenak."Baiklah paduka aku bersiap menerima hukumanmu, " Alwinn bicara laksana dubber di sinetron India. "Apapun yang engkau minta, pasti hamba kabulkan.""Janji? " Cinta mendadak mengeluarkan jari kelingking mungilnya. Alwinn mengaitkan kelingkingnya sebagai tanda kontrak telah dijalin."Demi Tuhan! " Teriaknya dengan lantang. Tangannya mengacak-acak rambut kawannya yang sebahu, kusut kali seperti benang gelasan yang pajelit.Satu buah eskrim coklat, dan sebatang coklat jadi sebuah alat penebusan dosa. Kala bell kampus —yang mana tiada— berbunyi, di kala itulah dosa Sang Berandal dimaafkan. Lain cerita jika pencurinya adalah pembajak buku yang berkeliaran bebas bak seorang bajak laut yang meraup untung di lautan sastra, Cinta sudah pasti menebas lehernya atau memenjarakannya. Sungguh, dosa pembajak buku takan diampuni dan tak bisa ditebus walau dengan sebatang coklat.*****Sebuah Mercy warna hitam melaju mulus memasuki kampus. Bukan sesuatu yang special bagi kampus idaman yang dihuni anak-anak kelas menengah atas yang terbiasa dimanja oleh kehidupan berkelas. Yang special bukan lah mobil yang kini terparkir di halaman atau bapak-bapak berkumis baplang yang menjadi supirnya. Hanya satu yang istimewa : Bintang Alexander Zulkarnsen, anak konglomerat —juragan sapi— yang namanya sudah sampai kesohor sampai keliang kubur. Sekali melihat wajah manisnya yang beralis tebal—dengan tatapannya yang setajam elang— engkau akan terkesima olehnya seumur hidup. Sepuluh juta follower di i*******m adalah bukti dia lelaki berkarisma.Pintu mobil terbuka lebar, Sang Bintang keluar dari kereta kencananya. Gadis-gadis menjerit meraung-raungkan namanya, berkhayal bisa jadi kekasih hatinya. Walau begitu cantik dengan kosmetik tebal yang harganya lebih mahal dari gaji kuli Jawa, Bintang begitu acuh dengan bidadari-bidadari metropolitan yang menjerit melengking-lengking seperti orang sinting. Dia terus melangkah di atas karpet merah yang digelar oleh supirnya : Mang Jaka, si gundul berkilau yang sudah puluhan tahun mengabdi padanya.Semua mata tertuju ke arah Bintang. Gadis culun berkacamata berjalan pelan di belakang tiga wanita anggun yang konon menjadi majikannya di sekolah. Tangannya membawa barang-barang mewah yang harganya dua kali lipat harga ginjalnya. Walau tak sekaya mereka, Cinta adalah gadis cerdas yang masuk UNPAD via jalur prestasi, tidak seperti tiga atasan didepannya yang masuk jalur orang dalam."Oh baby, lihat darlingku sudah datang! " Kinanti begitu antusias, dia menggoyangkan dadanya tuk memikat Bintang dan... Bintang tak meliriknya walau sedetik pun.Bidadari Oon yang pertama bernama Kinan, si dada besar dari jurusan hukum. Bibirnya setebal bendul, dan balonnya sebesar semangka, tapi sayangnya tingkat kecerdasannya tak lebih cerdas dari pingguin di Antartika. Dia tak paham dengan hukum politik, tapi sangat paham betul dengan hukum fashion. Ia begitu piawai memadu busana jadi enak dipandang, dan sangat piawai membedakan anak konglomerat dengan anak sok kaya hanya dengan mencium aroma parfumenya memakai indra penciumanya. "Nyaaa! Bintang sama indah banget! " Laura menggeliang tidak jelas.Bidadari kedua bernama Laura, si centil dari jurusan seni rupa. Tidak jelas apa alasannya masuk ke sana. Mungkin karena Laura itu abstrak. Matanya belo dengan bulu mata yang melengkung menembus langit, hidungnya yang mancung bak Pinokio, dan bibirnya tipis dengan balutan warna pink — tidak ada yang salah dengan rupanya. Satu-satu kesalahan Laura adalah gaya fashionnya yang abstrak. Dia pernah datang ke kampus dengan jambul pink bak Syahrini, sepatu heel yang lebih runcing dari taring vampir, dan jaket bermotif macan dengan ekornya yang menjuntai. Dimatanya dia bak bidadari di film kolosal, tapi dimata Cinta yang ndeso : Laura tak lebih dari siluman macan yang telmi. "Cin-cin tolong pegangin Chanel milik qu ini! " Utari menyerahkan belanjaannya pada Cinta, Cinta langsung menerimanya dengan paksa.Dan Bidadari ke tiga adalah Utari, anak dari kelas sastra yang tergila-gila dengan Bintang. Dia tidak se-oon Kinan, dan seabsurd Laura. Satu-satu alasannya menjadi bodoh adalah bergaul dengan orang bodoh. Seperti Mafia, dia lebih memilih memakai otaknya yang cerdas untuk memperalat anak culun dikampusnya, daripada menjadi si rajin yang juara olimpiade matematika."Bintang! " Utari begitu histeris, ia berlari ke arah Bintang yang berdiri gagah dengan jas hitamnya. Tangannya menari-nari bergerak kesana-kemari, mencari sudut paling tepat untuk selfie. Wajah Bintang begitu datar melihat sepupunya yang norak bukan main. Bintang berbisik manja ke kuping Utari, "jangan dekat-dekat gue, nanti sifat oon lo menular! ""Ih, Bintang kamu kok jahat begitu ngomongnya...," Tari berbicara dengan nada yang manja. Dia mulai tersenyum kecil lalu memuji Bintang, "kamu itu penting. Tanpa kamu followers instaku teh bakalan stagnan. ""Lo kira gue tukang followers? " maki Bintang." Bintang berjalan dengan tenang, bahunya menyenggol pundak Utari yang ringkih. Dia berjalan ke arah Kinan, Laura, dan satu anak buabnya yang terpesona oleh ketampanannya : Cinta. Satu senyuman maut ia daratkan di depan betina itu."Siapa nama lo? ""Pasti dia manggil gue," gumam Laura. Laura melangkah ke depan dengan gaya yang somse. "Aku Lau—""Bukan kamu! " Sentak Bintang.Laura langsung mundur ke belakang dengan hati yang ancur lebur bak bubur. Rasanya dia ingin terus berjalan mundur seperti undur-undur sampai akhirnya masuk liang kubur — tak muat menahan malu. Melihat sobatnya yang dihina, jiwa Kinan bergejolak. Dia maju kedepan dengan wajah penuh gairah. "Sudah jelas Bintang memanggil gue!" gumamnya dalam batin. Dia berjalan sambil menggetar-getarkan semangka kembarnya."Maaf, bukan anda, wahai nyonya kalong wewe! " sindir Bintang. Kinan mundur kebelakang. Bukan hanya ingin menguburkan diri, dia ingin pergi ke luar angkasa, meluncur bersama roket yang membawa astronot-astronot kesepian. Memudar di antara bintang-bintang malang yang terlupakan."Hey kamu. " Bintang menggerakan telunjuknya tiga kali, meminta Cinta yang sedari tadi mematung. Kesal tak didengarkan, Bintang dengan ikhlas berjalan tiga langkah ke arah Cinta. Kini, wajah Cinta yang kusut tepat berada di depan dada Bintang yang bidang. Bintang mulai bernafas didepannya, "jangan sampai gue ngulang tiga kali. Nama lo, siapa?""Cin... Cin.. Ta... Ta..." wajahnya menunduk kebawah tak kuasa menatap kilaunya. Tangan Bintang yang kekar menjamah dagu Cinta yang belah dua. Bintang menaikannya pelan-pelan sampai matanya yang lentik memandang wajah Bintang dengan jelas."Kalau ngomong tuh jangan lihat lantai, tatap lawan bicara lo. Mata itu jendela dunia, bukan teras dunia." Suaranya terdengar begitu dingin. Kini, wajah mereka saling menatap, dan jantung Cinta berdetak lebih kencang. Lebih kencang dari maling yang nyolong keranda, atau pesepeda yang sedang naik gunung. Cinta terbungkam. Sosok yang dicintainya secara diam-diam ada tepat didepannya. Satu jengkal lagi, mereka bisa berciuman."Parasmu ternyata tak jelek-jelek amat kok, " Bintang terus menilik wajah Cinta. Ia begitu khusyu memijit bintik-bintik komedo yang berkeliaran dihidung kecilnya. Wajah Cinta semakin merah padam. Apalagi kala Bintang berkata, "dari garis wajahmu sepertinya kamu tak sebodoh tiga Oon di sana. Anehnya, mau saja kamu jadi suruhan mereka. "Gadis-gadis satu kampus menatap Cinta dengan pandangan cemburu. Bintang tak peduli, mata cantiknya tetap melihat ke paras cinta yang mungil. Dengan gagah ia berkata, "lo itu gak cocok jadi asisten. " Tangan Bintang yang kekar merampas semua belanjaan yang Cinta genggam. Dash! Bintang melempar barang branded itu dengan kencang ke tong sampah disampingnya."Aaargh tas qyu! " Bidadari Oon lari berhamburan langsung melangkah ke depan, memulung baju-bajunya yang kini bersatu dengan kuah bakwan dan aroma busuk kotoran kecoa. Ketiganya langsung lari kocar-kacir ke luar kampus, memastikan semua barangnya bisa diselamatkan di laundry kesayangannya."Cih." Bintang tersenyum kecil, merasa geli dengan tiga gadis itu."Hey Cinta jadilah wanita yang merdeka. Jangan mau diperbudak mereka yang sok kaya. " Bintang yang tengil mendadak jadi ustadz dadakan. Sebelum pergi menjauh satu kata ia ucapkan pada Cinta, "Hargai diri lo, lo itu berharga."Cinta langsung meleleh. Ia hanya bisa menatap punggung si jangkung yang semakin menjauh darinya. Dia merasa dihina, dan dicinta dalam waktu bersamaan."Cinta oh Cinta. Sepertinya engkau sedang jatuh Cinta. "Seorang lelaki berjaket hitam berdiri di belakang Cinta, tangannya menggenggam dua buah eskrim rasa stroberi — Alwinn sudah tiba dari Kantin Buhe yang begitu padat. Mata Cinta kini teralihkan oleh kehadiran sahabatnya walau rasanya tetap terpendam untuk Bintang."Makasih banget ya, Man! Udah salah keseratus kalinya beliin aku eskrim." Dengan sedikit keluh, Cinta pun mengambilnya. "Dasar pikun! " Ujar Cinta sambil memelintir hidung sahabatnya.Dengan nada agak bengek Alwinn menjawab, "aku ini bukan pikun, tapi sengaja. ""Sengaja, kok bisa salah sampai seratus kali? "ejek Cinta dengan suara gombal ala Shincan."Itu artinya aku sengaja seratus kali salah tuk melindungimu Ta. Aku tak mau engkau gendut gara-gara coklat," Alwinn mulai merayu Cinta."Oke, sekarang mana coklat batanganku? " Cinta tak peduli. Tangan Cinta menengadah meminta pada sobatnya. Sang Berandal langsung meletakkan coklat di tangan Cinta yang putih. Mata Cinta terbelalak melihat coklatnya yang dikorupsi sebelum dicicip."Loh, kok hilang sepotong? ""Bukan hilang Ta, ku sedekah kan coklatnya ke kucing. Noh, lihat! " Alwinn menunjuk ke arah si meong yang sedang duduk di taman. Dan sungguh coklat yang terhampar di taman yang sedang digali si meong bukan lah coklat nikmat nan padat yang sering Cinta hisap. Coklat di taman adalah sesuatu yang lain yang lebih lembek, encer dan sepertinya tak harus dijelaskan.Alwinn tersenyum manis. Cinta melihat sisa-sisa coklat yang menempel di tepi bibir kawannya itu."Ta, kamu tahu gak kenapa aku gak suka ngasih kamu coklat? " Wajah Alwinn yang jenaka mulai serius."Kenapa? " Satu gigitan penasaran muncul berbarengan dengan gigitan coklat yang terus Cinta kunyah."Kamu tuh tak paham filosofi coklat! "Dahi Cinta mengerenyit, menatap kawannya yang sok bijak. Sosok berandal yang tak tahu bedanya Plato dan Pluto mencoba mengguruinya. Menarik.Dengan penuh perhatian, Alwinn mengusap sisa coklat yang menempel di sudut bibir Cinta yang tipis, pelan-pelan sampai getaran cinta hinggap secuil dihatinya. Sang Berandal berkata, "rasa coklat itu sama hal nya seperti cinta. Manis atau pahitnya cinta cuma bisa kamu rasain kalo kamu udah merasakannya. "Cinta mulai menyimak."Cinta diam-diam adalah cinta tak berharga. Cinta yang bahagia itu hanya untuk mereka yang punya nyali, " Alwinn semakin serius. "Dan kamu bukan lah salah satunya. "Kata-katanya menusuk relung Cinta yang paling dalam, melelehkannya lebih cepat melebihi potongan-potongan coklat yang merasuk ke raganya. Cinta melihat dengan jelas keseriusannya kala Sang Berandal menarik nafas dengan berat lalu mulai berucap, "Ta, aku paham engkau sedang jatuh cinta. ""A.... Apaan sih lho! " Cinta melempar eskrim stoberi ke arah sahabatnya. Alwinn menangkap dan menjilatnya. Sambil terkekeh-kekeh ia berkata, "gak usah malu-malu. Aku tahu semua rahasiamu. Bahkan, tompel dekat pahamu pun aku tahu! ""Pasti ama aing kan? " Sang Berandal menaikan kedua alisnya yang tebal. Cinta mencoba menahan muntah."Ta, aku akan mengajarimu cara untuk jatuh cinta. Membimbingmu menjadi wanita sesunggugnya yang pantas dicinta. " Alwinn merangkul sahabatnya. Kali ini Cinta paham, bahwasananya berandal gila ini sedang serius padanya."Tapi boong! " Hiya! Hiya! Hiya! "Rasanya Cinta ingin menampar sahabatnya yang tak henti-hentinya memasang wajah absurd. Cinta langsung berpaling lalu melangkah menjauhi Alwinn. Di kala Cinta semakin jauh, Sang Berandal mulai tersenyum. "Ta, aku bakal membantumu menggapai Bintang. ""Bintang yang kata engkau mustahil tuk kau gapai, cintanya seluas samudera, dan semustahil gunung Everest yang kau tak bisa kau daki..."Cinta menghentikan langkahnya. Perlahan ia merasakan kehangatan yang menjamah tangan kanannya, Alwinn memegangnya dengan erat. "Mendapat bintang kecil, bukan lah hal mustahil bagi seorang bidadari sepertimu yang terbiasa tinggal di kahyangan. "Salting. Itulah yang terjadi padanya sekarang."Aku bakal menuntunmu untuk menggapai Bintang, tapi dengan satu syarat... " Diletakkanlah satu telunjuknya di depan mata Cinta. Matanya yang berbinar-binar seolah bertanya, "apa syaratnya? ""Elo gak boleh jatuh cinta sama gue, " ucap Alwinn dengan nada alay ala anak Jaksel.Cinta pun terbahak sampai terlengking-lengking. "Nenek lampir aja ogah ama berandal kala Lo, Win! ""Yah, begitu pula Bintang. Ampe sekarat pun dia tak sudi ama lo, Ta. " Sindirannya di smash balik.Cinta diam tak berkutik. Dia mulai berfikir tuk membuat kontrak dengan Sang Berandal.Ruangan dingin dengan cat putih membosankan nampak lebih panas dan bergelora saat Alexandria Zulkarnsen duduk di atas kursi panasnya. Rambut ikalnya yang memanjang tergerai dengan begitu anggun menutupi anting bintangnya yang berkilau-kilauan. Alisnya yang simetris begitu sinergi dengan mata birunya yang berkelopak seperti panda. Kulit coklatnya seindah Katrina Kaif di film Bollywood. Setangkai mawar dan jasmine terukir melingkar di atas lengannya menambah kesan liarnya. Sambil tersenyum nakal Alexandria menopang dagunya, iamenatap manja pada orang di depannya, "Pak Raden Sumargo, ada perlu apa anda manggil saya?"Sang dosen mengelap tetesan keringat yang terus meluncur, kumisnya yang cuma separonya yang harusnya sangar ala Hitler lebih nampak seperti Chaplin yang jenaka dan konyol. Apalagi letaknya yang di sisi kiri menambah kesan absurnya 100℅. Mau letaknya di kiri apa kanan, dosen kill
"Its spa time, hala hala baby! "Tiga gadis muda dengan raga bak pragawati sedang bermanja-manja di salon andalannya : Tamara Beauty. Salon kelas atas milik Tamara Hotterstone, bunda kandung Utari Hotterstone yang terkenal sebagai sang entrepeneur yang cerdas dan menawan. Walau usianya sudah 50 tahun, tak satu keriput pun berani mendarat diwajahnya. Tak heran jika kecantikannya menurun pada anak semata wayang nya. Bidadari-bidadari manja memanjakan raga yang lelah setelah dimaki seharian oleh Sang Bintang yang keras dan berkelas. Tubuhnya serempak dibalut handuk kimono berwarna pinky yang selembut sutra. Laura berbaring dengan indah, punggungnya dipinat-pijat oleh bencong salon yang piawai memanjakannya ; Kinan yang sibuk keramas, menatap ke arah kaca di mana paras cantiknya terpampang nyata ; Utari sibuk dengan feeds instagram dan 100k followersnya. "Habis ini kita spa yuks? " Ajak Laura. Ia mulai berkeluh, "capek bangets nih,
Angin kelam yang menghembus di malam yang pekat telah hilang di telan surya, namun peristiwa yang terjadi semalam kan terbawa sampai akhir usia. Dunia kini menghakiminya, seolah-olah Cinta telah melakukan dosa besar. Bukan karena zinah, mabuk, atau sebuah pembunuhan. Hanya karena menendang paras Bintang Alexander Zulkarnsen , si konglomerat tampan dengan sepuluh juta followers. Ada jutaan mata yang siap-siap menerkam nya setiap kali Cinta lewat di lobby kampus."Hey cupu, sini lo kalo berani! " Gadis berbadan gempal bak pesumo kontet memaki Cinta di depan lobby kampus. Posturnya bulat dan butek bak ayam Kate keselek bola basket. Dia adalah Kate Anderson, anak jurusan perhotelan yang tergila-gila dengan Bintang. Di matanya, Bintang lebih agung dari Jimin BTS sekalipun. Sudah lima belas menit bibir tebalnya terus saja memaki Cinta. "Harga diri lo tuh, gak lebih mahal dari sepatu Adida
Perahu-perahu kertas berenang renang dengan teduh, tak tahu kapan kan bermuara. Terus berputar, berputar, dan berputar di sebuah ember berisi air putih. Cinta tenggelam dalam lamunan memikirkan yang terlalu tangguh untuk nya. Ini semua tentang perasaan yang terlalu lama dipendam sampai akhirnya berkerak.Nyonya manis berponi kuda sedang duduk di kursinya, Dia sedang menikmati sebatang rokok yang perlahan membunuhnya. Asapnya mengepul dengan begitu pekat, berkerumun di depan wajahnya yang yang sudah lama berkerut. Tante Agartha duduk manis semalaman menunggu Cinta yang tak kunjung pulang. Kini, gadis lancang itu berdiri sempoyongan di depannya.Cinta masuk ke dalam kandangnya (rumah) tanpa satu kata pun ia curahkan. Agartha kembali menghisap rokoknya, suara tegasnya mulai menyapa, "sudah puas mabuknya semalam? "
Malam Minggu yang malang. Di bawah kilau gemintang, Cinta duduk sendiri di Taman Jomblo. Kelopak matanya yang indah menatap bintang-bintang yang terlalu jauh baginya, terhalang oleh besarnya Jembatan Pasupati. Tubuhnya berayun ke depan dan ke belakang, terus, terus, dan terus diayunkan oleh ujian kehidupan. Titik-titik hujan turun berjatuhan semakin menghujam jiwanya yang sedang bimbang. "Selamat malam nona manis, ada yang bisa saya bantu? " Sang Berandal muncul di depannya, mencoba menghapus sepinya. Cinta yang muram mulai tersenyum teduh. Sebuah payung berwarna ungu melindunginya dari tamparan-tamparan hujan yang semakin deras. "Jangan melamun sendiri, nanti kamu kesurupan. " Alwinn mengacak rambut lusuh Cinta hingga berantakan. Sepotong coklat ia luncurkan dari saku kemejanya. "Biar tambah manis, cobain deh
Roda mobil Mercy berputar dengan terstrukur, mengantarkan Bintang dan Cinta ke rumahnya yang berlokasi di Buah Batu. Bintang duduk dengan begitu indah, matanya menatap ke arah jendela yang mewah. Ia terus memandang jalanan Bandung yang padat di pagi hari. Mobil berderet-deret seperti semut-semut yang berburu gula, dan pejalan kaki bagai kuman-kuman kecil yang mencari eksistensi kehidupan. Cinta terus terdiam, bungkam. Hatinya masih bertanya-tanya tentang misteri kehidupannya."Ta..., " Bintang membuka pembicaraan. Dia mencondongkan badannya ke arah Cinta, lalu tangan kekarnya menggenggam jemari Cinta yang rapuh. Rona merah memancar dari pipi Cinta yang mulai bersemi. Dengan lembut Cinta bertanya, "apa?"Bintang menghela nafas panjang, Cinta mencium alunan nafasnya. Aroma mu
Demi Sang Bintang, Cinta memulai les tambahan setiap harinya. Di kala mahasiswa lain sudah pulang, Cinta duduk manis di ruangan kampus menunggu kelas Cinta di mulai. Jika kelas pagi itu asupan logika, maka kelas sore adalah pelajaran seni. Seni mencintai diri sendiri dan tentu saja : Bintang.Disebelahnya ada dua kroco-kroco Sang Berandal : Dian Cebol dan Bobo Gembul. Laksana seekor beruang Bobo tidur lelap di atas kursinya, setelah menyantap hampir satu lo yang pizza. Satu Slice masih tersisa di pangkuannya tapi tiada yang berani mengambilnya. Dian terus menatap Cinta dengan tatapan aneh. Seolah-olah dirinya lukisan Mona Lisa yang eksentrik."Kenapa sih, Ian?"Dian menggaruk-garuk janggut pendeknya lalu menggeleng-geleng kan kepala mungilnya, seolah tak percaya bahwa gadis secantik
"Kalo tahu plat nomornya, kenapa gak lapor ke polisi aja?" Sebuah pertanyaan masuk akal dari Cinta yang sedang hilang akal.Semesta sedang melakukan konspirasi bagi kehidupan Cinta. Bagaimana mungkin sosok Bintang yang teramat dicintainya adalah sosok buas yang menabrak ibu kandungnya hingga sekarat— sampai koma tujuh tahun. Seandainya betulan, pupus sudah kisah cintanya. Usia Cinta dan Bintang terpaut lima tahun. Saat Cinta masih dua belas, Bintang sudah tujuh belas. Sudah cukup umur teruntuk anak orang kaya membawa Mercy ke sekolahnya."Percuma Ta," ungkap Tante Agartha. "Hukum tak melihat siapa yang benar, tapi siapa yang berduit. Nilai dari manusia sudah bukan seberapa jujur mereka, tapi seberapa kaya hartanya."Cinta terdiam. Sabda
Dia adalah pedansa handal, bukan sekedar penguasa yang berkuasa di dunia. Tongkat panjangnya telah menembus dan menaklukan gadis-gadis cantik di penjuru kota London, Amsterdam hingga Frankfurt. Hanya saja dimata Pudjiastuti, Tuan Zulkarnsen hanyalah remahan rempeyek. Dasar gadis desa yang tak tahu citarasa lelaki berkelas. Kini, fotonya terekam — terlampar dalam sebuah bingkai yang tersimpan dalam gudang. Di atas koran bekas, dimana yang berkuasa sudah kadaluwarsa.Tuan Zulkarnsen duduk diatas kursi goyang, diayunkan oleh dewi-dewi angin yang menghantarkan kerinduan. Sementara di rumah sakit Pudjiastuti masih terpejam. Entah kapan dia bangun, entah siapa yang dia mimpikan, tapi sekarang nyonya tua itulah yang paling dirindukan oleh ayahnya Bintang.Karma oh karma. Sekarang Cinta lah yang menggilai Bintang, dan
Alexia Zulkarnsen adalah wanita yang liar bagai kuda, dan Bintang Zulkarnsen adalah sang singa yang congkak — dirinyalah yang paling gagah dan berkuasa. Rumahnya adalah istananya. Setelah dikubur penat, ini waktu Sang Bintang tuk istirahat.Di mata Bintang tengah malam bukanlah waktu yang tepat tuk berdansa dengan gadis secantik Cinderella, dimatanya itulah waktu terbaik tuk memanjakan dirinya, dan berdansa dengan alunan kehidupan yang seringnya—karena uang— berpijak padanya. Setelah asyik menenggelamkan tubuh kekarnya dalam hothbtub , Bintang mengangkat tubuhnya lalu pergi kitchen tuk memanjakan lidahnya yang keram."Mang Jaka, keluarkan lah 'pusaka' milikku!" Bintang menengadahkan tangannya. Memohon dengan manja.Mang Jaka ya
Cinta menyeka air matanya, "Winn, aku gagal ngedate dengan Bintang." Cinta menghela nafas, mencoba menenangkan jiwanya, "aku kayaknya udah gagal deh. Imej ku udah buruk banget."Kata-kata nya seolah dirinya telah maling ayam bahkan korupsi ber miliyar-miliyar."Jadi kamu tak menyerah buat dapetin Bintang?" Alexia menaikan sebelah alisnya, bibirnya ditarik ke samping. Dia begitu asyik rebahan sambil menyilangkan kaki. "Baguslah artinya kamu masih waras!""Mustahil!" jawab Cinta.Misteri melingkupi Cinta. "Must
"Ta, lo gak kesambet kan?" Sebuah kata-kata dari seorang Bintang pada Cinta — yang telah matian-matian tampil cantik didepannya. Bintang hanya fokus pada layar handphonenya yang melihat grafik-grafik forex yang tidak menarik.Gaun indahnya diganti dengan sebuah kaos polos bergambar "I love banana" dibagikan dada. Seolah-olah dirinya hanyalah seekor monyet yang berharap kesempurnaan Cinta dari seekor manusia. Cinta merasa salah ketika terlahir dari kata yang salah."Lo, bisa pulang sendiri kan?" Sebuah kata-kata dari lelaki jantan yang telah menyakiti hatinya dengan kata-kata yang menyayat. Serba salah memang kalau jatuh hati dengan manusia good looking.
DELETE THIS BAB, DOUBLE BAB. THANK U 1000 dollars adalah hal yang kecil bagi Alexia Zulkarnsen yang digaji 5000 dollars sekali manggung, tapi dimata Cinta itu adalah gaji part-time nya selama setahun penuh. Ibarat ngasih pupuk sapi, dia memberinya pada Cinta secara cuma-cuma. "Gila tuh si Alexia, ngasih duit udah kayak ngasih permen sajah." Bathin Cinta menjerit melihatnya. "Kita belinya di Tanah Abang aja ya? Murah, sama bagus-bagus lagi." Merendah adalah cara Cinta menghargai kawannya, tapi di mata Alexia itu sebuah penghinaan. Alexia mengeluarkan segepok dollar dihadapan Cinta, tangan Cinta yang mungil gemetaran melihatnya. "Habiskan uang ini sekarang, nanti aku tambah lagi uangnya." Ngomongin duit sudah kayak ngomongin remahan gorengan. Begitulah orang tajir.
Cinta bicara dengan tegas, "aku akan ikut kontrak ini sampai selesai. Mencintai atau menghancurkan Bintang, itu urusan belakangan." "Bagus!" Alwinn mengacungkan dua jempolnya. "Sekarang ikuti perintahku!" "Kemana?" Alwinn hanya tersenyum ke arah Cinta. **** Gelap. Cinta penasaran kemana kah gerangan dia kan dibawa? Tangannya diikat, dan matanya ditutup blind fold, lalu yang paling mengherankan adalah bau pekat aroma mawar dan melati yang menusuk .Cinta curiga dirinya sedang di prank.
"Kalo tahu plat nomornya, kenapa gak lapor ke polisi aja?" Sebuah pertanyaan masuk akal dari Cinta yang sedang hilang akal.Semesta sedang melakukan konspirasi bagi kehidupan Cinta. Bagaimana mungkin sosok Bintang yang teramat dicintainya adalah sosok buas yang menabrak ibu kandungnya hingga sekarat— sampai koma tujuh tahun. Seandainya betulan, pupus sudah kisah cintanya. Usia Cinta dan Bintang terpaut lima tahun. Saat Cinta masih dua belas, Bintang sudah tujuh belas. Sudah cukup umur teruntuk anak orang kaya membawa Mercy ke sekolahnya."Percuma Ta," ungkap Tante Agartha. "Hukum tak melihat siapa yang benar, tapi siapa yang berduit. Nilai dari manusia sudah bukan seberapa jujur mereka, tapi seberapa kaya hartanya."Cinta terdiam. Sabda
Demi Sang Bintang, Cinta memulai les tambahan setiap harinya. Di kala mahasiswa lain sudah pulang, Cinta duduk manis di ruangan kampus menunggu kelas Cinta di mulai. Jika kelas pagi itu asupan logika, maka kelas sore adalah pelajaran seni. Seni mencintai diri sendiri dan tentu saja : Bintang.Disebelahnya ada dua kroco-kroco Sang Berandal : Dian Cebol dan Bobo Gembul. Laksana seekor beruang Bobo tidur lelap di atas kursinya, setelah menyantap hampir satu lo yang pizza. Satu Slice masih tersisa di pangkuannya tapi tiada yang berani mengambilnya. Dian terus menatap Cinta dengan tatapan aneh. Seolah-olah dirinya lukisan Mona Lisa yang eksentrik."Kenapa sih, Ian?"Dian menggaruk-garuk janggut pendeknya lalu menggeleng-geleng kan kepala mungilnya, seolah tak percaya bahwa gadis secantik
Roda mobil Mercy berputar dengan terstrukur, mengantarkan Bintang dan Cinta ke rumahnya yang berlokasi di Buah Batu. Bintang duduk dengan begitu indah, matanya menatap ke arah jendela yang mewah. Ia terus memandang jalanan Bandung yang padat di pagi hari. Mobil berderet-deret seperti semut-semut yang berburu gula, dan pejalan kaki bagai kuman-kuman kecil yang mencari eksistensi kehidupan. Cinta terus terdiam, bungkam. Hatinya masih bertanya-tanya tentang misteri kehidupannya."Ta..., " Bintang membuka pembicaraan. Dia mencondongkan badannya ke arah Cinta, lalu tangan kekarnya menggenggam jemari Cinta yang rapuh. Rona merah memancar dari pipi Cinta yang mulai bersemi. Dengan lembut Cinta bertanya, "apa?"Bintang menghela nafas panjang, Cinta mencium alunan nafasnya. Aroma mu