Angin kelam yang menghembus di malam yang pekat telah hilang di telan surya, namun peristiwa yang terjadi semalam kan terbawa sampai akhir usia. Dunia kini menghakiminya, seolah-olah Cinta telah melakukan dosa besar. Bukan karena zinah, mabuk, atau sebuah pembunuhan. Hanya karena menendang paras Bintang Alexander Zulkarnsen , si konglomerat tampan dengan sepuluh juta followers. Ada jutaan mata yang siap-siap menerkam nya setiap kali Cinta lewat di lobby kampus.
"Hey cupu, sini lo kalo berani! " Gadis berbadan gempal bak pesumo kontet memaki Cinta di depan lobby kampus. Posturnya bulat dan butek bak ayam Kate keselek bola basket. Dia adalah Kate Anderson, anak jurusan perhotelan yang tergila-gila dengan Bintang. Di matanya, Bintang lebih agung dari Jimin BTS sekalipun. Sudah lima belas menit bibir tebalnya terus saja memaki Cinta. "Harga diri lo tuh, gak lebih mahal dari sepatu Adidas yang gue pake! "
Cinta hanya bisa menunduk. Ingin tertawa tapi takut dosa. Bahkan Mak Erot saja paham bahwasannya sepatu yang dipakai Kate adalah imitasi. Cinta begitu yakin — setelah melihat cetakan sablon nya yang kebalik— Kate membelinya di Shop** dengan biaya gratis ongkir.
"Plak! " Satu tamparan mendarat di pipi kanan Cinta, dan satu tamparan lainnya mendarat di pipi kirinya. Pipinya yang chubby sudah seperti kasur kapuk yang sedang dijemur, bolak-balik Kate menampar nya. Sakitnya tak seberat malu yang ditanggungnya.
"Dasar lo, anak pela—"
Plak! Satu tamparan keras menggampar Kate dengan keras. Dunia begitu gempar karenanya. Tentu saja Cinta yang sadar takkan sanggup melakukannya. Seorang gadis perkasa melindungi Cinta dari tamparan-tamparan Kate yang menyakitkan. Alexia Zulkarnsen melindunginya bak ajudan pribadinya. "Sekali lagi anda menampar Cinta, ku kubur anda hidup-hidup." Kata-katanya formal sekali seperti sales properti.
"Ampun baginda! " Kate Anderson bersujud di bawah kaki Alexia. Dimatanya yang menuhankan Bintang, Alexia adalah sosok juru selamat yang harus Kate lindungi. Apa yang dicintai oleh Bintang, tak boleh dirusak olehnya.
Mata dunia tertuju ke arah Alexia yang tampil bak pahlawan kala dunia hanya diam melihat. Alexia yang tampil begitu anggun hendak berbincang dengan Cinta yang berdiri di samping. "Cin, aku punya pes—" Cinta menghilang bagai ninja, kala Alexia hendak bertegur dengannya.
****
Di bilik toilet kampus berwarna putih, Cinta nampak begitu hitam. Masa depannya yang cerah, mulai terasa suram, kelam, dan runyam. Selama berjam-jam dia mengurung dirinya bak seekor ayam, menyembunyikan kesedihannya di bilik toilet sendirian. Air mata terus mengalir membasahi pipinya, hanya kesendirian lah yang dapat menghapus kepedihannya. Tangannya menggenggam ponsel pintar miliknya yang lucunya menunjukan video tentang kedunguan nya.
"Bagaimana bisa aku sebodoh ini? " Cinta tak percaya bahwa sosok yang dilihatnya adalah dirinya sendiri. Dari garis keturunannya, tak ada yang menyebutkan bahwa dia titisan dewa mabuk. Sungguh, sosok wanita yang dilihatnya kali ini jauh berkali-kali lebih gila dari gadis gila yang sering mengaduk comberan di samping rumahnya, jam tiga pagi.
Cinta menonton video viral di Lambe Lurah. Sungguh, dirinya benar-benar dinistakan. Bahkan Fir'aun yang mengaku Tuhan pun akan kena mental jika dihujat sejuta netizen Indonesia. Untungnya, Cinta tak punya I*******m dengan foto dirinya. Dia hanya punya akun kucing dengan feeds Instgr*am yang berisi kucing unyu menggemaskan. Lagian, manusia mana yang sanggup menghujat kucing? Seandainya ada, habislah sudah dia dicakar-cakar sejuta hujatan — seperti Cinta sang majikan.
Di bawah kerlip lampu diskotik nampak seorang gadis cantik yang bergerak begitu liar. Rambutnya tergurai kusut, dan gerakannya zigzag. Ia menendang satu persatu, penjaga nan kekar yang mencoba menghentikannya. Musik remix nan ajo jing seperti melodi suram yang menghantarkan mereka menuju kematian. Cinta bergerak begitu gesit, tangannya tak henti-hentinya menuangkan miras ke bibir mungilnya, dan kakinya terus menghajar mereka yang berani menghentikannya.
"Bintang di langit tiket ngajuralit, aya awewe genit disangka bandit." Cinta meracau tak jelas. Laura mencoba lari kearahnya, wajahnya begitu memelas, dia memohon pada Cinta. "Wahai budak ku hentika—"
Plak. Satu tamparan mendarat di pipinya, ia terhempas ke atas meja yang dipenuhi kacang dan botol beer. Para kaula muda berteriak, "siapa yang buat gadis gila ini mabuk? "Mendengar mereka yang mulai anarki, Kinan dan Utari langsung pergi dari TKP. Meninggalkan Laura yang terkapar dan Cinta yang menyambar-nyambar bak halilintar. Sungguh besar sekali tanggung jawabnya.
Sesosok lelaki perkasa datang ke arah cinta. Sang Bintang datang dengan tenang. " Sadarlah wahai Cinta, ini bukan diri lo!" Tatapannya yang teduh mencoba menenangkan Cinta. Cinta tersenyum genit, telunjuknya mengisyaratkan Bintang tuk bergerak lebih dekat.
"Ada apa Ci—"
BAK! Dengkul kecilnya menghantam paras Sang Bintang, kilaunya berhamburan buat gadis-gadis histeris. Wajahnya yang tanpa cacat mendadak pucat kala pelipis matanya berubah keunguan seperti janda.
"Ya Tuhan! " Matanya terbelalak, Cinta begitu soak melihat dirinya menendang pujaan hatinya.
Alexandria Zulkarnsen turun dari meja Djnya, di tangannya dia membawa obat bius. Alexia bergerak ke arah Cinta lalu membius nya dengan sebuah tisu yang dibungkam kan ke wajah teler Cinta. Cinta pun terkapar tak sadarkan diri, dan sorak-sorai gembira terdengar begitu dahsyat. Cinta yang teler digotong ke atas mobil Bumble Bee milik Alexia.
Begitulah sepenggal kisah di mana Cinta yang lugu berubah menjadi seorang gadis buas penegak tuak. Hari-harinya sebagai si culun yang anggun dari kelas sastra telah berakhir.
"Ya Allah, bodohnya aku... " Cinta terus menangis, tanpa seorang pun yang menjadi sandarannya. Bundanya yang jadi tempat berkeluh kesah sedang terbaring koma di rumah sakit, ayahnya sudah pasti menamparnya melihat kelakuannya yang sesat. Sebotol anggur bisa begitu menghancurkan imejnya yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun.
"Katanya kuat, udah gede kok nangis... "
Di bilik sebelahnya, Cinta mendengar suara pejantan. Sosok Sang Berandal yang teramat dikenalnya. Cinta langsung keluar dari bilik nya, dan melabrak bilik di sebelahnya . "Kurang ajar kamu ya! Ngapain di toilet cewek?"
Alwinn sedang jongkok di atas sebuah toilet duduk. Tangannya begitu asyik menikmati satu cup eskrim rasa durian. Satu senyuman ia lemparkan pada Cinta yang cemberut. "Ta, kacamata kau gak rusak kan?" Matanya melirik nakal ke plang biru yang melekat di pintu.
Cinta melirik ke arah plang toilet berwarna biru dengan tulisan PRIA terpampang dengan begitu jelas. Hari-harinya yang runyam telah memburamkan matanya yang sudah minus. Dia malu sendiri. Pantas saja toilet yang seharum nafas bidadari, kini tercium bak kerak neraka jahanam. Bau bukan main.
"Ta, sudah kenyang nangisnya?"
"Idih, ngapain aku nangis! " Cinta gengsi mengakuinya, terus saja mencoba menyembunyikan lukanya. Tetasan yang belum kering di sudut pelipis matanya menjawab sudah duka yang dibendung nya.
"Aku ini sahabatmu," ucap Alwinn. "Setelah ibumu, akulah sosok yang paham tentang luka-luka dan hal apa yang kau suka."
Sang Berandal berdiri lalu menghampiri Cinta yang salah tingkah. Jemarinya dengan lembut mengusap Cinta dengan tissue toilet yang baru saja dipakainya. "Jangan pendam air matamu Ta. Bahkan banjir bandang yang besar berawal dari arus kecil yang diabaikan."
"Apaan sih! " Cinta mendorongnya sampai ke belakang. Niat Alwinn yang mau sok romantis gagal total kala Cinta berkata, "jijik tahu tisunya! Mana lengket-lengket lagi!"
"Bekas es krim kok!" Ia tersenyum getir melihat pikiran Cinta yang mulai macam-macam. Dari tatapan matanya, Sang Berandal paham betul bahwa Cinta yang dirundung problema, ia butuh sangat kehangatan. "Sepertinya tak etis jika seorang 'perjaka' berbincang berdua di toilet pria dengan dara sepertimu. Alangkah baiknya kita pindah ke ekosistem yang lebih layak."
Cinta terkekeh mendengarnya. Ia tahu bahwa itu adalah sebuah kode keras untuk ke kantin.
"Ta, aku tahu sekarang kau butuh sebuah kehangatan. " Alwinn merangkul pundak Cinta yang kecil. Dengan ramah ia menawarkan, "Ta, bakso malang yuks? Di kantin."
"Ehm." Cinta berdehem keras. "Haram hukumnya seorang lelaki 'perjaka' memalak gadis dara yang butuh 'kehangatan'." Cinta paham betul kelakuan kawannya yang suka nraktir duluan, lalu kabur duluan kala billnya di tagih. Ia begitu waspada.
"Tenang saja Ta. Biar hamba yang bayar. " ucapnya dengan penuh keikhlasan.
***
Segelas jus jeruk dingin yang berdiri tegak terasa begitu nikmat kala diteguk. Dahaga yang bersarang di raga, penat yang bersemayam di kerongkongan, lepas kala segarnya perasan jeruk alami masuk ke dalam tubuh Cinta. "Ah, seger banget!"
"Huah, gila pedes banget Ta baksonya, " Sang Berandal takluk dengan bakso Malang yang di pesannya. Kuahnya menendang-nendang lidahnya yang tajam.
"Cuih, baru juga level satu. " Cinta menatap dengan tatapan menyindir. Bagi Cinta Sang pejuang seblak, pedasnya bakso Malang Buhe tak ada apa-apanya. Dan yang jauh lebih pedas adalah tatapan iri dan dengki gadis-gadis di kantin. Yang membicarakannya diam-diam, menatap penuh intimidasi.
"Eh lihat tuh, lo masuk tipi Ta! " Alwinn menunjuk ke arah tipi yang bersinar terang. Cinta begitu malas menatap layar televisi yang terpampang di dinding kantin. Wajah Bintang yang lebam di expose secara berlebih-lebihan.
"Pemirsa, Bintang Zulkarnsen rugi senilai 5 milyar kala kontraknya dengan perusahaan 'Tolak Kawin' dibatalkan. Asset rupanya yang eksentrik dan bernilai milyaran juta dollar, terluka parah kala dihantam gadis gila di diskotik. " Seorang reporter gosip bicara dengan begitu berlebihan.
Suasana di kantin semakin gerah karenanya.
"Beu edas! Mahal amat 5 milyar, sepatu Adidas KW juga si Cinta mah kagak kebeli! "Alwinn mencoba mencairkan suasana supaya wajah Cinta yang pucat kembali menjadi cerah.
"Ya, seandainya Cinta jadi babu seumur hidup pun dia belum tentu sanggup membayarnya. " Bintang Zulkarnsen mendatangi Cinta dan Alwinn yang sedang sibuk dengan kuah bakso Malang nya. Kata-katanya begitu congkak bagai si kelinci di dongeng kura-kura.
"Selamat pagi umat manusia! " ucapnya dengan angkuh. Kacamata hitamnya menutupi wajahnya yang lebam. Bajunya yang ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya yang begitu indah, dan ekspresi nya yang tetap tenang terlihat begitu indah seperti biasanya. Pantas saja dia jadi pusat dunia.
Bintang merampas es jeruk milik Cinta, ia tak bisa mengelak kala sedotan bekas bibirnya diseruput oleh bibir manis Bintang yang cukup tebal dan berpengalaman. Cinta bergumam, "apakah ini sebuah ciuman tidak langsung? Cinta langsung menunduk kala Bintang menatapnya dengan tatapannya yang hangat.
" Lo gak kenapa-napa kan?" Bintang bertanya pada Cinta. Seharusnya dialah yang bicara begitu. Cinta tersenyum palsu padanya.
"Ta, luka di wajah gue akan hilang seminggu dia minggu, tapi luka kecil yang ngegores hati lo belum tentu hilang ditelan waktu." Bintang begitu teduh bicara pada Cinta. Gadis itu terkesima olehnya. Sampai si angkuh akhirnya berkata, "gue males hutang budi sama lo! "
Gadis-gadis di bangku sebelah menatapcemburu kepada Cinta.
"Jadi maafin gue ya, Ta? " sahut Bintang.
Mata Bintang nampak begitu sayu.
"Ada juga aku yang minta maaf, " sahut Cinta dalam batinnya.
Alwinn memandang dua sejoli yang asyik berbincang, tertawa bahagia di atas dunia kala dunia menertawakan mereka. Setelah kedatangan Bintang, kehadirannya di sini seperti angin yang hanya menghempas rambutnya : hadir namun begitu terabaikan. Sang Berandal berdiri dari kursinya lalu berbisik di daun telinga Cinta, " Ta, ingatlah tawaranku. Setiap Sabtu dan Minggu, jam tujuh petang, hanya di Taman Jomblo. " Setelah menepuk bahunya, Alwinn pun pergi meninggalkan Cinta yang asyik berdua dengan pacar hayalan nya.
Cinta tersenyum kecil, relungnya mulai bertanya-tanya, "haruskah ia mendatanginya sabtu besok?"
Entah lah semuanya nampak semakin runyam kala Sang Bintang menatap Cinta, lalu berkata dengan begitu teduh, "Ta, besok malam kamu ada acara gak?"
Cinta terdiam.
"Bagus, " kata Bintang. Seolah ia bisa menerawang batinnya. "Besok datanglah ke rumah gue. Ada hal special yang menantikan lo di sana." Ia menyangkal tatapan Cinta yang dalam. "Jangan geer dulu lo. Bukan gue yang nyuruh lo ke sana! "
Cinta tak peduli. Semuanya nampak begitu romantis kala hal dramatis menimpanya. Seorang pramusaji datang dengan tampang datar. Ia bertanya dengan sopan, "maaf teh, ini billnya siapa yang bayar? "
Perahu-perahu kertas berenang renang dengan teduh, tak tahu kapan kan bermuara. Terus berputar, berputar, dan berputar di sebuah ember berisi air putih. Cinta tenggelam dalam lamunan memikirkan yang terlalu tangguh untuk nya. Ini semua tentang perasaan yang terlalu lama dipendam sampai akhirnya berkerak.Nyonya manis berponi kuda sedang duduk di kursinya, Dia sedang menikmati sebatang rokok yang perlahan membunuhnya. Asapnya mengepul dengan begitu pekat, berkerumun di depan wajahnya yang yang sudah lama berkerut. Tante Agartha duduk manis semalaman menunggu Cinta yang tak kunjung pulang. Kini, gadis lancang itu berdiri sempoyongan di depannya.Cinta masuk ke dalam kandangnya (rumah) tanpa satu kata pun ia curahkan. Agartha kembali menghisap rokoknya, suara tegasnya mulai menyapa, "sudah puas mabuknya semalam? "
Malam Minggu yang malang. Di bawah kilau gemintang, Cinta duduk sendiri di Taman Jomblo. Kelopak matanya yang indah menatap bintang-bintang yang terlalu jauh baginya, terhalang oleh besarnya Jembatan Pasupati. Tubuhnya berayun ke depan dan ke belakang, terus, terus, dan terus diayunkan oleh ujian kehidupan. Titik-titik hujan turun berjatuhan semakin menghujam jiwanya yang sedang bimbang. "Selamat malam nona manis, ada yang bisa saya bantu? " Sang Berandal muncul di depannya, mencoba menghapus sepinya. Cinta yang muram mulai tersenyum teduh. Sebuah payung berwarna ungu melindunginya dari tamparan-tamparan hujan yang semakin deras. "Jangan melamun sendiri, nanti kamu kesurupan. " Alwinn mengacak rambut lusuh Cinta hingga berantakan. Sepotong coklat ia luncurkan dari saku kemejanya. "Biar tambah manis, cobain deh
Roda mobil Mercy berputar dengan terstrukur, mengantarkan Bintang dan Cinta ke rumahnya yang berlokasi di Buah Batu. Bintang duduk dengan begitu indah, matanya menatap ke arah jendela yang mewah. Ia terus memandang jalanan Bandung yang padat di pagi hari. Mobil berderet-deret seperti semut-semut yang berburu gula, dan pejalan kaki bagai kuman-kuman kecil yang mencari eksistensi kehidupan. Cinta terus terdiam, bungkam. Hatinya masih bertanya-tanya tentang misteri kehidupannya."Ta..., " Bintang membuka pembicaraan. Dia mencondongkan badannya ke arah Cinta, lalu tangan kekarnya menggenggam jemari Cinta yang rapuh. Rona merah memancar dari pipi Cinta yang mulai bersemi. Dengan lembut Cinta bertanya, "apa?"Bintang menghela nafas panjang, Cinta mencium alunan nafasnya. Aroma mu
Demi Sang Bintang, Cinta memulai les tambahan setiap harinya. Di kala mahasiswa lain sudah pulang, Cinta duduk manis di ruangan kampus menunggu kelas Cinta di mulai. Jika kelas pagi itu asupan logika, maka kelas sore adalah pelajaran seni. Seni mencintai diri sendiri dan tentu saja : Bintang.Disebelahnya ada dua kroco-kroco Sang Berandal : Dian Cebol dan Bobo Gembul. Laksana seekor beruang Bobo tidur lelap di atas kursinya, setelah menyantap hampir satu lo yang pizza. Satu Slice masih tersisa di pangkuannya tapi tiada yang berani mengambilnya. Dian terus menatap Cinta dengan tatapan aneh. Seolah-olah dirinya lukisan Mona Lisa yang eksentrik."Kenapa sih, Ian?"Dian menggaruk-garuk janggut pendeknya lalu menggeleng-geleng kan kepala mungilnya, seolah tak percaya bahwa gadis secantik
"Kalo tahu plat nomornya, kenapa gak lapor ke polisi aja?" Sebuah pertanyaan masuk akal dari Cinta yang sedang hilang akal.Semesta sedang melakukan konspirasi bagi kehidupan Cinta. Bagaimana mungkin sosok Bintang yang teramat dicintainya adalah sosok buas yang menabrak ibu kandungnya hingga sekarat— sampai koma tujuh tahun. Seandainya betulan, pupus sudah kisah cintanya. Usia Cinta dan Bintang terpaut lima tahun. Saat Cinta masih dua belas, Bintang sudah tujuh belas. Sudah cukup umur teruntuk anak orang kaya membawa Mercy ke sekolahnya."Percuma Ta," ungkap Tante Agartha. "Hukum tak melihat siapa yang benar, tapi siapa yang berduit. Nilai dari manusia sudah bukan seberapa jujur mereka, tapi seberapa kaya hartanya."Cinta terdiam. Sabda
Cinta bicara dengan tegas, "aku akan ikut kontrak ini sampai selesai. Mencintai atau menghancurkan Bintang, itu urusan belakangan." "Bagus!" Alwinn mengacungkan dua jempolnya. "Sekarang ikuti perintahku!" "Kemana?" Alwinn hanya tersenyum ke arah Cinta. **** Gelap. Cinta penasaran kemana kah gerangan dia kan dibawa? Tangannya diikat, dan matanya ditutup blind fold, lalu yang paling mengherankan adalah bau pekat aroma mawar dan melati yang menusuk .Cinta curiga dirinya sedang di prank.
DELETE THIS BAB, DOUBLE BAB. THANK U 1000 dollars adalah hal yang kecil bagi Alexia Zulkarnsen yang digaji 5000 dollars sekali manggung, tapi dimata Cinta itu adalah gaji part-time nya selama setahun penuh. Ibarat ngasih pupuk sapi, dia memberinya pada Cinta secara cuma-cuma. "Gila tuh si Alexia, ngasih duit udah kayak ngasih permen sajah." Bathin Cinta menjerit melihatnya. "Kita belinya di Tanah Abang aja ya? Murah, sama bagus-bagus lagi." Merendah adalah cara Cinta menghargai kawannya, tapi di mata Alexia itu sebuah penghinaan. Alexia mengeluarkan segepok dollar dihadapan Cinta, tangan Cinta yang mungil gemetaran melihatnya. "Habiskan uang ini sekarang, nanti aku tambah lagi uangnya." Ngomongin duit sudah kayak ngomongin remahan gorengan. Begitulah orang tajir.
"Ta, lo gak kesambet kan?" Sebuah kata-kata dari seorang Bintang pada Cinta — yang telah matian-matian tampil cantik didepannya. Bintang hanya fokus pada layar handphonenya yang melihat grafik-grafik forex yang tidak menarik.Gaun indahnya diganti dengan sebuah kaos polos bergambar "I love banana" dibagikan dada. Seolah-olah dirinya hanyalah seekor monyet yang berharap kesempurnaan Cinta dari seekor manusia. Cinta merasa salah ketika terlahir dari kata yang salah."Lo, bisa pulang sendiri kan?" Sebuah kata-kata dari lelaki jantan yang telah menyakiti hatinya dengan kata-kata yang menyayat. Serba salah memang kalau jatuh hati dengan manusia good looking.
Dia adalah pedansa handal, bukan sekedar penguasa yang berkuasa di dunia. Tongkat panjangnya telah menembus dan menaklukan gadis-gadis cantik di penjuru kota London, Amsterdam hingga Frankfurt. Hanya saja dimata Pudjiastuti, Tuan Zulkarnsen hanyalah remahan rempeyek. Dasar gadis desa yang tak tahu citarasa lelaki berkelas. Kini, fotonya terekam — terlampar dalam sebuah bingkai yang tersimpan dalam gudang. Di atas koran bekas, dimana yang berkuasa sudah kadaluwarsa.Tuan Zulkarnsen duduk diatas kursi goyang, diayunkan oleh dewi-dewi angin yang menghantarkan kerinduan. Sementara di rumah sakit Pudjiastuti masih terpejam. Entah kapan dia bangun, entah siapa yang dia mimpikan, tapi sekarang nyonya tua itulah yang paling dirindukan oleh ayahnya Bintang.Karma oh karma. Sekarang Cinta lah yang menggilai Bintang, dan
Alexia Zulkarnsen adalah wanita yang liar bagai kuda, dan Bintang Zulkarnsen adalah sang singa yang congkak — dirinyalah yang paling gagah dan berkuasa. Rumahnya adalah istananya. Setelah dikubur penat, ini waktu Sang Bintang tuk istirahat.Di mata Bintang tengah malam bukanlah waktu yang tepat tuk berdansa dengan gadis secantik Cinderella, dimatanya itulah waktu terbaik tuk memanjakan dirinya, dan berdansa dengan alunan kehidupan yang seringnya—karena uang— berpijak padanya. Setelah asyik menenggelamkan tubuh kekarnya dalam hothbtub , Bintang mengangkat tubuhnya lalu pergi kitchen tuk memanjakan lidahnya yang keram."Mang Jaka, keluarkan lah 'pusaka' milikku!" Bintang menengadahkan tangannya. Memohon dengan manja.Mang Jaka ya
Cinta menyeka air matanya, "Winn, aku gagal ngedate dengan Bintang." Cinta menghela nafas, mencoba menenangkan jiwanya, "aku kayaknya udah gagal deh. Imej ku udah buruk banget."Kata-kata nya seolah dirinya telah maling ayam bahkan korupsi ber miliyar-miliyar."Jadi kamu tak menyerah buat dapetin Bintang?" Alexia menaikan sebelah alisnya, bibirnya ditarik ke samping. Dia begitu asyik rebahan sambil menyilangkan kaki. "Baguslah artinya kamu masih waras!""Mustahil!" jawab Cinta.Misteri melingkupi Cinta. "Must
"Ta, lo gak kesambet kan?" Sebuah kata-kata dari seorang Bintang pada Cinta — yang telah matian-matian tampil cantik didepannya. Bintang hanya fokus pada layar handphonenya yang melihat grafik-grafik forex yang tidak menarik.Gaun indahnya diganti dengan sebuah kaos polos bergambar "I love banana" dibagikan dada. Seolah-olah dirinya hanyalah seekor monyet yang berharap kesempurnaan Cinta dari seekor manusia. Cinta merasa salah ketika terlahir dari kata yang salah."Lo, bisa pulang sendiri kan?" Sebuah kata-kata dari lelaki jantan yang telah menyakiti hatinya dengan kata-kata yang menyayat. Serba salah memang kalau jatuh hati dengan manusia good looking.
DELETE THIS BAB, DOUBLE BAB. THANK U 1000 dollars adalah hal yang kecil bagi Alexia Zulkarnsen yang digaji 5000 dollars sekali manggung, tapi dimata Cinta itu adalah gaji part-time nya selama setahun penuh. Ibarat ngasih pupuk sapi, dia memberinya pada Cinta secara cuma-cuma. "Gila tuh si Alexia, ngasih duit udah kayak ngasih permen sajah." Bathin Cinta menjerit melihatnya. "Kita belinya di Tanah Abang aja ya? Murah, sama bagus-bagus lagi." Merendah adalah cara Cinta menghargai kawannya, tapi di mata Alexia itu sebuah penghinaan. Alexia mengeluarkan segepok dollar dihadapan Cinta, tangan Cinta yang mungil gemetaran melihatnya. "Habiskan uang ini sekarang, nanti aku tambah lagi uangnya." Ngomongin duit sudah kayak ngomongin remahan gorengan. Begitulah orang tajir.
Cinta bicara dengan tegas, "aku akan ikut kontrak ini sampai selesai. Mencintai atau menghancurkan Bintang, itu urusan belakangan." "Bagus!" Alwinn mengacungkan dua jempolnya. "Sekarang ikuti perintahku!" "Kemana?" Alwinn hanya tersenyum ke arah Cinta. **** Gelap. Cinta penasaran kemana kah gerangan dia kan dibawa? Tangannya diikat, dan matanya ditutup blind fold, lalu yang paling mengherankan adalah bau pekat aroma mawar dan melati yang menusuk .Cinta curiga dirinya sedang di prank.
"Kalo tahu plat nomornya, kenapa gak lapor ke polisi aja?" Sebuah pertanyaan masuk akal dari Cinta yang sedang hilang akal.Semesta sedang melakukan konspirasi bagi kehidupan Cinta. Bagaimana mungkin sosok Bintang yang teramat dicintainya adalah sosok buas yang menabrak ibu kandungnya hingga sekarat— sampai koma tujuh tahun. Seandainya betulan, pupus sudah kisah cintanya. Usia Cinta dan Bintang terpaut lima tahun. Saat Cinta masih dua belas, Bintang sudah tujuh belas. Sudah cukup umur teruntuk anak orang kaya membawa Mercy ke sekolahnya."Percuma Ta," ungkap Tante Agartha. "Hukum tak melihat siapa yang benar, tapi siapa yang berduit. Nilai dari manusia sudah bukan seberapa jujur mereka, tapi seberapa kaya hartanya."Cinta terdiam. Sabda
Demi Sang Bintang, Cinta memulai les tambahan setiap harinya. Di kala mahasiswa lain sudah pulang, Cinta duduk manis di ruangan kampus menunggu kelas Cinta di mulai. Jika kelas pagi itu asupan logika, maka kelas sore adalah pelajaran seni. Seni mencintai diri sendiri dan tentu saja : Bintang.Disebelahnya ada dua kroco-kroco Sang Berandal : Dian Cebol dan Bobo Gembul. Laksana seekor beruang Bobo tidur lelap di atas kursinya, setelah menyantap hampir satu lo yang pizza. Satu Slice masih tersisa di pangkuannya tapi tiada yang berani mengambilnya. Dian terus menatap Cinta dengan tatapan aneh. Seolah-olah dirinya lukisan Mona Lisa yang eksentrik."Kenapa sih, Ian?"Dian menggaruk-garuk janggut pendeknya lalu menggeleng-geleng kan kepala mungilnya, seolah tak percaya bahwa gadis secantik
Roda mobil Mercy berputar dengan terstrukur, mengantarkan Bintang dan Cinta ke rumahnya yang berlokasi di Buah Batu. Bintang duduk dengan begitu indah, matanya menatap ke arah jendela yang mewah. Ia terus memandang jalanan Bandung yang padat di pagi hari. Mobil berderet-deret seperti semut-semut yang berburu gula, dan pejalan kaki bagai kuman-kuman kecil yang mencari eksistensi kehidupan. Cinta terus terdiam, bungkam. Hatinya masih bertanya-tanya tentang misteri kehidupannya."Ta..., " Bintang membuka pembicaraan. Dia mencondongkan badannya ke arah Cinta, lalu tangan kekarnya menggenggam jemari Cinta yang rapuh. Rona merah memancar dari pipi Cinta yang mulai bersemi. Dengan lembut Cinta bertanya, "apa?"Bintang menghela nafas panjang, Cinta mencium alunan nafasnya. Aroma mu