Beranda / CEO / Ahli Waris / Bulan Madu Kedua

Share

Bulan Madu Kedua

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-15 23:58:48

Tidak aku percaya dengan apa yang aku lihat. Minah adalah wanita yang akan menikahiku? Ini tidak bisa aku biarkan. Cinta menatapku tajam, dan aku tidak tahu harus berkata apa. Minah berjalan dan mendekatiku.

“Agus, aku meminta maaf. Dulu aku menolakmu karena aku  buta. Tapi, saat Bapak ama Ibu mengatakan aku harus menikahimu, aku setuju dan aku sangat senang.”

Minah semakin bergelayut manja denganku, tanpa mempedulikan Cinta yang menariknya. Aku masih panik tidak bisa berpikir sama sekali dengan situasi ini.

“Ibu, apa-apa’an ini?” tanya Cinta menarikku agar Minah tidak mendekatiku.

“Gus, sadar!” Rahman menepuk pundakku dan aku kembali waras kembali. Aku segera berdiri dan menatap semua orang yang melihatku.

“Bapak, maafkan … Agus tidak bisa menerima,” ucapku pelan dan menarik Cinta agar berada di belakangku.

“Agus, kau harus menerimanya. Aku adalah cinta pertamamu, dan a

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ahli Waris   Tersesat

    Aku tidak menyangka jika Cinta mengatakan hal yang sangat menyakitkan hatiku. Tapi, mungkin dia memang benar. Aku tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik dan dia tidak segera mengandung. Dan perkataannya adalah benar. Aku duduk lemas, merasakan hati yang sangat sendu. Cinta berada di balkon kamar, berdiri dengan sedih hingga meneteskan air matanya. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Kuputuskan untuk mengambil jaket dan pergi meninggalkan kamar untuk mencari udara segar. Mungkin dia lebih baik sendiri.Aku berjalan meninggalkan hotel dan terus berjalan hingga sampai di pinggir taman kota yang dipenuhi muda mudi saling bercanda, bahkan banyak sekali sepasang kekasih saling di mabuk asmara. Aku terdiam menyaksikan mereka.“Apa yang harus aku lakukan, Cinta?” batinku masih berjalan tanpa arah, hingga aku tersadar.“Loh, di mana aku? Gawat ini. Aku tidak tahu harus ke mana,” gumamku sambil mengamati sekitar dan tidak tahu tujuan. Kuhampiri la

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • Ahli Waris   Minuman Aneh

    Cinta menggigit milikku. Tapi, seperti biasa, aku melayang dan akhirnya aku menariknya.“Aw, Cinta, kamu ini ya …”Dia berada di atas tubuhku dan membuatku melayang. Dada kekarku dia perlahan raba dengan pelan, hingga aku bergetar. “Cinta, aku tidak tahan,” kataku dan segera menyelesaikan tugasku. Aku memeluknya dan selalu tersenyum jika memandangnya. Hatiku yang sebenarnya resah, aku sembunyikan dengan baik. Paling tidak aku akan membuatnya bahagia sampai kita kembali ke Indonesia, dan aku sangat berharap Cinta bisa memberikan ahli waris.Kami tertidur dengan lelap, hingga melupakan makan malam yang tertunda. Pagi menjelang, aku segera bangun dan memesankan sarapan romantis di kamar. Pelayan dengan segera merubah balkon kamar menjadi indah saat Cinta masih terlelap.“Thank u,” kataku kepada beberapa pelayan yang tersenyum dan meninggalkan kamar kami. Aku kembali mengatur semua bunga mawar segar yang aku pesan. K

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18
  • Ahli Waris   Kembali Normal

    Aku menarik Cinta saat malam juga. Alangkah baiknya memang saat kita mandi di pantai malam saja. Kalau pagi bagaimana jika mereka semua melihat kemolekan tubuh Cinta. Tapi, saat Cinta ada di hadapanku, aku masih resah. Rasa tubuhku belum sembuh. Cinta juga menatapku aneh. Sebaiknya aku mulai pergi saja.“Cinta jangan saling memandang. Itu yang terbaik yang harus kita lakukan,” kataku membuat Cinta dan aku saling memalingkan wajah.“Agus, kalau satu kali lagi gimana?”“Hah? Cinta, jangan! Kita sudah melakukannya lebih dari lima kali, masak masih kuran? Aku bisa-bisa tidak bisa berjalan ini,” protesku sambil menariknya. Tapi, tangannya masih menahan tubuhku.“Bagaimana jika memang manjur? Sebaiknya kita lakukan sekali lagi agar aku bisa meredakan hatiku, Agus. Aku masih sangat takut jika bulan depan yang tinggal dua minggu lagi menggagalkanku,” jelas Cinta sempat membuatku diam.“Kita mandi di pan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Ahli Waris   Kembali Bebas

    Tidak aku sangka, di belakang kami sudah berdiri dua aparat yang mengarahkan kepalan tangannya.“Agus, apa kita akan dipenjara?” tanya Cinta resah. Aku masih memeluknya dan tidak tahu harus berkata apa. Kedua aparat itu melambaikan tangan agar kami menghampiri mereka. Perlahan aku menarik Cinta dan mendekati mereka.“Wait!” teriakan sopir yang sama sekali tidak aku duga. Dia datang kembali dan menarik kedua aparat itu. Apa yang dikatakan mereka aku sama sekali tidak paham. Mereka masih mendebatkan sesuatu dan pastinya mengenai aku yang melanggar perintah. Yang terpenting, sekarang aku dengan Cinta sudah normal kembali.“Im sory. I cant help u,” perkataan sopir itu membuat kami melotot. Tidak aku percaya kami digiring menuju mobil aparat.“Its oke. Thank u,” jawabku sambil menerima jaket kami yang sempat tertinggal di taxinya.“Agus, apa kita benar-benar akan di penjara?” tanya Cinta sekali

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Ahli Waris   Kenapa Minah

    Aku tidak mengerti dengan dokter ini. Kejadian di Palangkaraya pasti terjadi lagi. Aku menatap Cinta yang sudah merasa kesal melihat dokter itu hanya mengamati kertas berisi hasil kami. Namun, saat aku akan mengambil kacamatanya, “Oke, good!” katanya singkat mengejutkanku, dan Rahman bersalaman dengannya. Dokter itu mengambil kacamatanya kembali dan baru memakainya. Aku semakin tidak mengerti.“Agus, dia membaca dulu, baru memakai kacamatanya? Ini tidak benar,” bisik Cinta kesal.“Sudah, sabar dulu Cinta. Kita tunggu Rahman,” balasku sambil memeluknya.Kuputuskan aku akan menunggu Rahman saja untuk menceritakan. Kami ikut tersenyum dan bersalaman. Kemudian keluar dari ruangan.“Man, piye hasilnya. Kamu itu manggut-manggut saja dari tadi.” Aku dengan Cinta menatap Rahman yang memegang dagunya. Perasaanku sangat tidak enak rasanya.“Hmm, yah pokoknya hasilnya oke, kan katanya tadi, Gus,” jaw

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Ahli Waris   Kembali Ke Indonesia

    Cinta melempar ponselku hingga terbagi tiga di jalan beraspal. Suasana romantis yang harusnya terjalin, malah kebalikannya. Cinta memegang kepalanya yang pastinya terasa sakit. Aku memunguti ponselku dan memasukkan ke saku jaket tebal yang aku pakai.“Agus, kenapa Minah menghubungimu?” teriaknya sekali lagi. Aku berusaha memeluknya yang terus menampisku.“Jangan sentuh aku!” Cinta berlari. Aku segera mengejarnya. Semua mata memandangku seakan aku akan menculik wanita yaitu Cinta. Malah, salah satu aparat yang melintas akan menangkapku sekali lagi. Aku tersenyum ke semua arah agar semua orang tidak menganggapku aneh.“Cinta!” teriakku sambil terus memanggilnya, namun dia tidak segera berhenti. Aku semakin melangkah cepat hingga akhirnya sangat mudah menangkap Cinta. Dia memeluk dan menagis di dadaku. Air matanya yang kesekian kali membasahi tubuhku, hingga aku menghembuskan nafas kekawatiran. Aku masih terus berpikir bagaimana

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • Ahli Waris   Istri Kedua

    Minah semakin mendekatiku. Sedangkan Cinta, terus berjalan tanpa menungguku. Ibunya dari kejauhan menatapnya sendu. Tidak mungkin aku membiarkannya begitu saja. Aku akan berusaha bersamanya. Tapi, bagaimana dengan Minah? Hingga terbesit rencana untuk menghindarinya.“Man, sekarang saatnya kamu mendekati Minah. Ini adalah waktu yang sangat tepat. Bantu aku agar bisa menghindarinya dan bersama Cinta.”“Aman, Gus. Alias beres,” jawabnya sambil memberikan jempol.Minah semakin dekat di hadapanku. Namun, saat langkahnya tinggal beberapa lagi, “Minah bidadari jatuh dari Jogja. Wajahnya asri nan alami. Seperti pohon yang mengitari bandara. Kecantikannya luar biasa,” rayuan tidak jelas dari mulut Rahman yang membuat Minah menghentikan langkahnya dan menatap kesal Rahman. Mungkin jika aku menjadi Minah, aku juga akan menonjok Rahman. Rayuan kok begitu.“Minggir!” teriak Minah. Tapi, Rahman masih saja menghalanginya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Ahli Waris   Kabur Dari Rumah

    Minah menyerobot mobil Rahman dengan cepat, hingga mengejutkan kami. Mobilnya berhenti mendadak menghadang mobil Rahman yang masih berjalan. Pedal gas Rahman tekan seketika, mendadak membuat kami menahan tubuh agar tidak tersungkur ke depan.“Gus, itu bukan kucing. Itu Minah. Kucingnya cantik, Gus,” ucap Rahman sambil melongo melihat Minah keluar dari mobil dan menuju ke arah kami. Namun, pandangan Rahman sedikit berubah saat melihat Minah menatap kami dengan tajam.“Hus, masak wanita gitu kamu samakan kucing, Man,” protesku. Rahman masih saja menganga melihat Minah apalagi mengenakan rok pendek. Minah berkacak pinggang sambil berteriak.“Agus, keluar!”“Gawat ini, Man. Dia sangat marah,” kataku sambil menepuk pundak Rahman.“Man, atasi!”Rahman menggeleng cepat. Tidak aku percaya dia melakukan itu. “Man, katanya kamu suka sama yang galak karena enak. Kok, sekarang kamu begitu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24

Bab terbaru

  • Ahli Waris   KEBAHAGIAAN AHLI WARIS

    Aku terkejut mendengar perkataan Cinta. Bagaimana bisa aku tanpa sadar melepaskan Nanta, dan sekarang dia tidak berada di pangkuanku. Wah ini benar-benar gawat! “Agus! Kamu, kan, dari tadi sudah memangku Nanta. Kenapa sekarang tidak ada dipangkuanmu? Kemana anak itu?” tanya Cinta semakin membuatku panik. “Cinta! Laga juga tidak ada dipangkuan kamu!” Cinta mengangkat kedua tangannya, juga merasa panik melihatku. “Hah, apa?” Kami berdua tidak sadar jika si kembar menghilang begitu saja. Padahal perasaanku tadi, aku sudah memangkunya dengan sangat baik. Ibu berlari menuju panggung dan menemui kami. “Agus di mana si kembar? Bukannya tadi kalian memangkunya?” ucap Ibu dengan panik. Ibu Cinta menyusul kami dengan wajah panik menuju ke atas panggung. “Kalian ini bagaimana, toh! Menjaga si kembar saja kok tidak bisa. Ini acara yang sangat penting. Lihat itu, semua keluarga sudah sangat kebingungan mengamati kalian.” “Ta

  • Ahli Waris   Pengangkatan Ahli Waris

    Aku tidak percaya melihat Sesepuh datang ke rumah sakit. Mereka dengan sangat serius, berjalan mendekati kami. Hatiku bergetar. Bapak masih diam saja mengamati mereka. Semoga saja mereka tidak melakukan hal yang memancing keributan di rumah sakit ini. Jika itu terjadi, maka aku akan mengalami masalah yang sangat rumit. Mereka semakin mendekat, tubuhku semakin tegang.“Sesepuh, selamat datang,” ucap Bapak memberikan salam.“Sesepuh, salam dari saya,” balasku dengan tersenyum.Mereka menganggukkan kepala dan mengarahkan tangan menuju kursi penunggu yang jauh dari kamar Cinta.“Kita akan berbicara di sana agar tidak membuat keributan di kamar istri Agus,” katanya semakin membuatku lemas. Aku sangat berharap mereka tidak benar-benar membuat keributan.Kami duduk bersebelahan, masih dengan saling memandang tegang. Jantungku berdetak kencang. Aku semakin resah. Baru saja aku mengalami kebahagiaan yang sangat-sangat tid

  • Ahli Waris   Tersadar

    Aku semakin menyorotkan pandangan ke arah dokter yang mengatakan dengan serius sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Bahkan semua orang juga melotot ke arahnya.“Jadi istri kamu itu ...”“Dokter apa? Kenapa, Dok! Dari tadi jadi, jadi, jadi. Gimana sih ini, Dok Aku ini sudah stress dan putus asa menghadapi keadaan istri aku. Dokter ini malah tidak segera mengatakan bagaimana kondisinya,” protesku yang membuat dokter itu menepuk jidatnya.“Bagaimana bisa aku mengatakan kalau kalian semua melotot ke arahku seperti itu. Rasanya serem sekali,” gumamnya sembari melepaskan kaca matanya.“Wis. Ibu, Rahman, dan semuanya. Sudah! Jangan melihat dokter seperti itu. Nanti malah tidak konsentrasi. Sekarang katakan dokter! Aku itu membutuhkan kabar baik yang bisa membuatku agar lebih bersemangat.”“Baiklah aku akan mengatakan kalau istrimu itu ternyata hamil!”“Apa, hamil?”

  • Ahli Waris   Hasil Dokter

    Cinta, sekarang apa yang harus aku lakukan ... Kamu masih tertidur dan tidak terbangun lagi. Aku piye, Cinta?Aku perlahan berjalan masuk ke ruangan Cinta. Dia sangat lemas terbaring di atas ranjang dengan menggunakan bantuan oksigen untuk bernapas. Apalagi mesin mendeteksi jantung itu berbunyi sangat menyeramkan. Aku tidak kuasa melihatnya. Apakah aku harus menghubungi semua keluarga dan mengatakan ini? Pasti mereka akan menyalahkan aku dengan semua kejadian ini. Tidak masalah jika memang itu yang akan mereka katakan. Memang benar jika aku ini adalah suami yang tidak becus menjaga istri hingga sampai membuatnya seperti ini.“Agus!”“Rahman?”“Astaga, Agus! Kenapa Cinta sampai begini?”“Rahman, kamu kok bisa tahu jika Cinta mengalami kecelakaan seperti ini?”“Kamu tidak memberitahukan semua keluarga, Gus?” tanya Rahman menatapku dengan serius.“Aku memang sengaja melaku

  • Ahli Waris   Cinta, kenapa?

    Cinta tersungkur ke depan, dan dia terjebur!“Cinta!”Aku berlari kencang. Jalanan tidak terlihat, apalagi gelap sperti ini. Sungai dengan arus deras. Itu yang lihat. Cinta! Bagaimana dengan dia?“Cinta!”“Pak, ada apa?” tanya seorang warga mengejutkanku. “Pak, istriku tersungkur dan jatuh di sungai. Bagaimana ini, Pak,” jawabku dengan panik. Aku tanpa berpikir lagi, membuka semua baju dan menjeburkan diri ke sungai. “Byur!”“Pak, hati-hati, arus deras!” teriak warga itu yang sedikit samar aku dengar karena masih menyelam mencari Cinta.“Cinta, kamu di mana?” Aku mengamati semua arah, kemudian menyelam lagi. Dia tidak ada. Aku sangat panik. Cinta … kenapa kau teledor seperti ini? Jangan pernah melakukan hal bodoh jika mengalami semua masalah. Jika seperti ini, bagaimana nantinya dengan anak-anak.“Cinta!” teriakku sekali lagi masih b

  • Ahli Waris   Kemarahan Cinta

    Cinta masih menangis berada di pinggir jalan. Dia menolehkan pandangannya ke kanan, lalu ke kiri, sepertinya akan menyebrang. Sebuah truk melintas dengan sorotan lampu yang sangat menyilaukan. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Spontan Aku berlari sangat kencang mendekati Cinta dan, “Cinta awas!” Untung saja aku bisa menarik tubuhnya lalu mendekapnya. Dia menangis tersedu-sedu di dalam pelukanku.“Cinta kamu jangan seperti ini! Kalau terjadi apa-apa sama kamu, lalu kembar dan aku bagaimana? Aku sangat tahu kamu memikirkan masalah ini. Aku pun, juga seperti itu. Jadi kamu sebaiknya menenangkan diri, jangan berbuat macam-macam.”“Aku tidak suka dengan cara mereka, suamiku. Aku hanya ingin menjalani kehidupan biasa saja. Semua harta dan kedudukan yang kita miliki tidak seindah yang mereka bayangkan.”Tanpa berbicara lagi, aku menggendongnya, lalu membawa Cinta untuk menghindar dari jalanan.“Mbak cint

  • Ahli Waris   Perdebatan Sengit

    Kami semua melotot melihat kembar ternyata …“Kenapa mereka sama-sama memegang buku tulis?” Ini sama sekali tidak kami sangka. Ternyata mereka memegangnya dalam waktu bersamaan. Hanya perbedaannya, mereka memegang dengan posisi yang berbeda. Nanta sangat serius, sementara Laga dengan sangat santai.“Agus. Ternyata si kembar sama-sama memegang buku tulis. Waktu yang mereka lakukan juga sama persis. Apakah semua anak kembar seperti itu?” Kata Cinta menatapku dengan resah. Sementara aku menatap Sesepuh dan Bapak yang sepertinya saling berdebat. Lebih baik aku mendekati mereka. Bagaimanapun juga si kembar adalah anakku. Bapak kandungnya yang harus menentukan masa depan mereka itu bagaimana.“Cinta, aku mau mendekati Bapak untuk membicarakan masalah ahli waris. Ini tidak boleh berlarut-larut. Masalah ini harus segera diselesaikan. Jika memang kembar melakukan sesuatu selalu bersama-sama, mungkin ini takdir mereka juga untuk dijadi

  • Ahli Waris   Tedak Sinten

    Minah menarik Rahman, mencium bibirnya seperti itu. Semua mata melotot melihatnya. Kami semua terkekeh melihat Rahman tidak bisa berciuman dengan baik, malah Minah yang sangat liar melakukannya. Rahman berdiri tegak kayak patung. Hahaha, aku semakin pengin ketawa. Sementara semua orang terus menganga melihat pertunjukan itu.“Rahman, come on! Carilah kamar kalian!” Ben melakukan protes, namun saat akan mencium Mira malah mendapatkan tamparan. “Plak!”“Mira, aku hanya mau sedikit saja menikmati bibirmu semerah bunga mawar,” rayunya membuat Mira menggeleng cepat. Sementara Leo hanya tersenyum malu di depan Intan.Syukurlah semua masalah berakhir, dan aku bisa pulang dengan kebahagiaan.**Kami sudah sampai di rumah orang tua Cinta. Mereka sangat bahagia mendengar tawa kembar, apalagi kami yang sudah rukun.“Kamu memang hebat, Agus. Bisa membawa kembar dalam waktu singkat. Bapak sudah menghubungi Pak Po

  • Ahli Waris   Mulai Reda

    Leo menghentikan mobilnya dengan mendadak. Kami semua di dalam mobil melotot tajam. melihat keempat wanita dengan sangat-sangat keren berdiri sambil menghadang kami. Tapi keempat wanita itu sangat tidak asing.“Minah?” Rahman berteriak di sebelahku, membuat aku terperanjat.“Cinta, Mira, Intan?” ucapku juga yang sangat keras membuat Leo dengan Ben menepuk jidatnya. Pengawal dan lelaki itu berlari hingga akhirnya sudah berada di sebelah mobil kami.“Kenapa semua wanita itu tiba-tiba menghalangi kita, hingga kita tidak bisa melarikan diri!” protes Leo yang sangat kesal.“Iyo, Agus! Kita ini sedikit lagi loh, bisa lolos dari lelaki yang tidak jelas itu. Namun kenapa berhenti, dan sekarang mereka menangkap kita kembali.” Rahman lemas menyandarkan punggung ke belakang.“Aku sendiri tidak tahu, Man. Ternyata para wanita ini sudah merencanakan sesuatu untuk ikut menolong kita. Namun tidak tepat waktuny

DMCA.com Protection Status