Ini tidak akan kau biarkan. Marah, emosi, tegang, inilah yang aku rasakan. Ini tidak boleh terjadi. Besuk adalah acara aqiqah anak kami. Dan itu harus terlaksana dengan baik.
“Bu, aku akan menemui Surti, dan mencegah semua keluarga Zam agar tidak mengganggu kami saat acara aqiqah si kembar. Ini harus dicegah. Kita tidak ada hubungannya dengan hubungan Zam dan Surti. Walaupun, Paman adalah adik, Bapak.”
“Iya, Ibu harap kamu akan melakukannya. Tapi kamu harus berhati-hati, ya!” Aku menganggukkan kepala. Ibu berdiri, dan menepuk pundakku. “Ibu akan segera pulang menenangkan pikiran bapakmu. Dia akhir-akhir ini darah tingginya kumat karena banyak sekali masalah yang menimpamu. Mulai dari kehamilan ahli waris, Minah, Surti, penculikan, sekarang ada lagi. Ibu saja pening sekali. Wes, Ibu pergi dulu. Kabari Ibu jika masalah ini sudah selesai.”
Ibu segera pergi kemudian berlalu bersama sopir dan beberapa pengawal. Aku kembali duduk. C
Zam berdiri dengan menggunakan beskap lalu lehernya berhiaskan kalung melati. Kedua orang tuanya yang memiliki tinggi hanya sebatas di bawah pundaknya, memakai baju khas Afrika. Aku kagum juga mereka menggunakan perpaduan pakaian adat kedua Negara dengan sangat indah. Menandakan perdamaian. Surti kebingungan begitu juga dengan semua tamu undangan.“Surti, aku mau menikahimu! Kita akan menikah sekarang juga,” kata Zam dengan suara baritonya. Paman menepuk jidatnya. Dia berjalan dan mendekati orang tuan Zam. Paman mengulurkan tangannya. Orang tua Zam membalasnya. Mereka berpelukan membuat semua orang bertepuk tangan. Hatiku sangat lega melihatnya. Akhirnya mereka rukun juga.“Kalau menikah, kita bicarakan dengan baik saat di rumah. Sekarang, lebih baik masuk dan menikmati acara yang ada. Walaupun makanan sudah ludes, bisa menikmati kue dan minuman segar yang ada.”Paman mengajak semua keluarga Zam dan pengawalnya masuk ke dalam acara. Aku d
Aku bersama dengan Cinta segera keluar dari kamar. Kembar kita titipkan kepada Bibi dan Nenek Suri. Ibu Cinta juga akan segera menuju ke rumah setelah Cinta mengabari dan akan mengantarku. Senmua berjalan dengan sangat baik. Aku sangat beruntung bisa bersama Cinta. Rasa rinduku tidak akan terhambat.Setelah sarapan, kami segera berangkat menuju mobil. Kami menyalakan map, dan tentu saja lokasi yang dikirim Bapak siap untuk kita datangi.Kunci mobil mulai aku masukkan ke dalam lobangnya dan mesin menyala. Cinta melambaikan tangan kepada kembar yang semakin saja lucu.“Kita siap berangkat!” ucapku bersemangat.Dengan lancar, kami melewari semua jalanan sesuai dengan map di ponselku. Kami bernyanyi saat radio yang kita nyalakan memberikan lagu yang sangat enak untuk membuat kita menggoyangkan tubuh.“Agus, ini adalah lagu kesukaanku jika berkumpul dengan semua teman-temanku. Mereka group vocal yang sangat popular di Inggris. Jika men
Aku sekarang pasrah saja dan melakukan apa yang Cinta perintahkan untuk lakukan. Dengan segera aku melangkah ke jalanan. Kedua kancingku sudah terbuka. Aku mulai mengarahkan tangan kananku dan menunjukkan jempol. Ini tidak bisa dibiarkan. Jika ada yang melihatku, pasti aku seperti ….Ah, apa yang aku pikirkan. Tidak akan ada yang melihatku. Jadi, aku akan segera melakukannya, lalu menghentikan ini semua.“Gus, jangan lupa, kamu perlihatkan tubuhmu itu!” teriak Cinta semakin membuatku merasakan sesuatu yang sangat aku benci. Duh, dia ini kenapa ya menyuruhku melakukan hal bodoh ini. Cinta …“Agus, goyangkan pinggulmu!” bisik Cinta sekali lagi dan aku melotot kepadanya. Hati semakin kesal saat melihatnya tertawa dengan ngakak!“Hahaha, kamu sangat lucu, suamiku,” tawanya yang sangat ku benci.“Cinta, aku tidak mau melakukannya!” balasku dengan kesal dan tegas.“Lakukan, atau k
Mereka melihatku dengan aneh. Itu juga mereka lakukan kepada Cinta. Tatapan yang mereka berikan sangat aneh, membuatku merasa jika aku melakukan sesuatu yang sangat tidak benar. Hmm … mungkin karena aku bergandengan dengan Cinta tapi aku mengakui jika aku dengan istriku ini adalah kakak beradik. Cinta seharusnya tidak melakukan itu. Jujur itu lebih baik dari segalanya. Jika melakukan kebohongan, akan mempersulit kehidupan diri sendiri. Contoh kecilnya kayak aku ini. Duh … masalah besar … sebesar lautan tanpa batas akan terjadi. Semoga tidak seperti tsunami yang dengan kuat menerjang. Aku akan memusatkan pikiranku kembali. Semoga saja pikiranku salah!“Agus, kenapa ya mereka? Kayaknya kita ini seperti buronan, “kata Cinta sambil memelukku tanpa sadar. Sontak mereka lebih melotot melihatnya. Aku melakukan itu sesuai dengan permintaannya. Tapi, seketika ini juga aku semakin berpikir jika ini adalah kesalahan yang kita lakukan.“Sudah
Aduh gawat! Kutolehkan pandanganku ke kanan lalu ke kiri. Aku melihat semua orang dengan pandangan yang sangat aneh ke arahku. Sepertinya mereka menganggap kami ini sudah melakukan kesalahan yang sangat besar. Apakah itu? Apakah mereka mengira aku dan Cinta … melakukan hubungan terlarang? Karena Cinta sudah mengatakan jika aku ini kakaknya! Andaikan waktu bisa berputar. Aku akan mengulangi kejadian tadi siang.“Cinta, aku, kan, sudah bilang, kamu itu jangan melakukan hal yang tidak aku perbolehkan. Lihatlah akibatnya jika istri ga nurut. Mereka itu pasti mengira kita, terutama aku yang sudah melecehkanmu. Apalagi kamu itu dikira adikku. Mereka mengira kita ini se darah. Pastilah sangat curiga. Mana ada adik dan kakak mesra kayak kita.” Cinta merapikan bajunya dengan segera, kemudian aku menariknya. Aku menggenggam erat telapak tangannya untuk melangkah ke bawah dan menghadapi mereka.“Cinta, nanti kamu kalau di sana jangan berbicara apapun, nur
Aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Cinta barusan. Dia berlari menghampiriku. Napasnya terengah-engah. Aku segera memeluknya dan mengusapnya. Aku sama sekali tidak bisa marah kepadanya. Apalagi dia tiba-tiba datang kepadaku dan wajahnya pucat seperti itu.“Cinta, kamu itu diam dulu dan tenangkan hatimu. Sekarang, tarik napas … hembuskan … tarik lagi, lagi, lagi …”“Duh, kok tarik, tarik saja sih. Mau aku tarik?”“Mau, hehe,” jawabku malu.“Agus, konsen dong. Mereka itu menemukan ranselmu, sayang. Aku saat itu ingat telah meletakkan ransel begitu saja di air terjun itu. Lalu, aku memutuskan untuk mengambilnya. Ternyata, mereka menemukannya, dan aku bersembunyi dari kejauhan untuk mengamati mereka. Lalu …”Cinta menghentikan ucapannya. Dia membuatku sangat penasaran. Aku memutar otak. Sepertinya tidak meletakkan hal aneh di dalam ransel. Emangnya aku mau meletakkan a
Aku berdiri dengan lemas. Kepalaku pusing sekali. Pick up itu sudah pergi jauh sekarang. Yang aku pikirkan, bagaimana caranya mengambil air 7 sumber itu lagi. Di sebelahku Cinta memasang wajah muram. Aku sendiri tidak mengerti apa yang harus aku lakukan untuk menenangkan hatinya.Dia sangat muram, apalagi melirikku dengan sini. Lebih baik aku meredakannya. Entah dia ini mau memaafkanku atau tidak. Kalau aku pikir si, aku yang bersalahdengannya. Memaksakan menaiki mobil yang akan menyelakai kita.“Cinta kamu itu jangan marah. Kan, sudah jelas ini semua tidak sengaja. Kamu sih, ngasih ide kayak gitu. Makanya jadi istri harus mendengarkan suami. Jangan asal ngomong jeplak gitu. Jadinya malah seperti ini,” ucapku semakin membuatnya melotot tajam tiada batas. “Masak suami disuruh nyetop bus kayak gitu. Mana pakai goyang lagi, buka kancing baju. Aku, kan, malu. Ya ndak salah kalau mereka itu menggoda suamimu ini yang paling tampan se
“Gus kok jadi buronan?”Aku melihat Rahman dari kejauhan. Dia datang bersama Minah untuk menjemput kami. Tapi sepertinya terlambat. Semua warga sudah menggiringku untuk menuju Kantor Polisi. Lebih parahnya lagi. aku melihat Cinta masuk kedalam mobil Ben bule edan itu dan berlalu.Bagaimana bisa Ben menarik Cinta dan memasukkan ke dalam mobilnya. Memang bule edan itu sangat menyebalkan. Mau dibawa kemana istriku? Yang aku lihat, dia itu sudah baik dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Kenapa dia mengulangi lagi? Berarti selama ini dia mengikutiku dengan Cinta secara diam-diam. Ini benar-benar tidak baik.Aku tidak bisa segera mengejarnya. karena pemilik pick up itu masih saja menuduhku sudah merusakkan mobilnya. Padahal jelas-jelas dia yang menyuruhku untuk melakukan itu. Sekarang aku yang terkena imbasnya.“Kamu kenapa kok bisa seperti itu? Baru aku tinggal satu hari saja, sudah mau masuk penjara lagi. Kamu itu sepertinya suka ya, tidur di dal