Aku sekarang pasrah saja dan melakukan apa yang Cinta perintahkan untuk lakukan. Dengan segera aku melangkah ke jalanan. Kedua kancingku sudah terbuka. Aku mulai mengarahkan tangan kananku dan menunjukkan jempol. Ini tidak bisa dibiarkan. Jika ada yang melihatku, pasti aku seperti ….
Ah, apa yang aku pikirkan. Tidak akan ada yang melihatku. Jadi, aku akan segera melakukannya, lalu menghentikan ini semua.
“Gus, jangan lupa, kamu perlihatkan tubuhmu itu!” teriak Cinta semakin membuatku merasakan sesuatu yang sangat aku benci. Duh, dia ini kenapa ya menyuruhku melakukan hal bodoh ini. Cinta …
“Agus, goyangkan pinggulmu!” bisik Cinta sekali lagi dan aku melotot kepadanya. Hati semakin kesal saat melihatnya tertawa dengan ngakak!
“Hahaha, kamu sangat lucu, suamiku,” tawanya yang sangat ku benci.
“Cinta, aku tidak mau melakukannya!” balasku dengan kesal dan tegas.
“Lakukan, atau k
Mereka melihatku dengan aneh. Itu juga mereka lakukan kepada Cinta. Tatapan yang mereka berikan sangat aneh, membuatku merasa jika aku melakukan sesuatu yang sangat tidak benar. Hmm … mungkin karena aku bergandengan dengan Cinta tapi aku mengakui jika aku dengan istriku ini adalah kakak beradik. Cinta seharusnya tidak melakukan itu. Jujur itu lebih baik dari segalanya. Jika melakukan kebohongan, akan mempersulit kehidupan diri sendiri. Contoh kecilnya kayak aku ini. Duh … masalah besar … sebesar lautan tanpa batas akan terjadi. Semoga tidak seperti tsunami yang dengan kuat menerjang. Aku akan memusatkan pikiranku kembali. Semoga saja pikiranku salah!“Agus, kenapa ya mereka? Kayaknya kita ini seperti buronan, “kata Cinta sambil memelukku tanpa sadar. Sontak mereka lebih melotot melihatnya. Aku melakukan itu sesuai dengan permintaannya. Tapi, seketika ini juga aku semakin berpikir jika ini adalah kesalahan yang kita lakukan.“Sudah
Aduh gawat! Kutolehkan pandanganku ke kanan lalu ke kiri. Aku melihat semua orang dengan pandangan yang sangat aneh ke arahku. Sepertinya mereka menganggap kami ini sudah melakukan kesalahan yang sangat besar. Apakah itu? Apakah mereka mengira aku dan Cinta … melakukan hubungan terlarang? Karena Cinta sudah mengatakan jika aku ini kakaknya! Andaikan waktu bisa berputar. Aku akan mengulangi kejadian tadi siang.“Cinta, aku, kan, sudah bilang, kamu itu jangan melakukan hal yang tidak aku perbolehkan. Lihatlah akibatnya jika istri ga nurut. Mereka itu pasti mengira kita, terutama aku yang sudah melecehkanmu. Apalagi kamu itu dikira adikku. Mereka mengira kita ini se darah. Pastilah sangat curiga. Mana ada adik dan kakak mesra kayak kita.” Cinta merapikan bajunya dengan segera, kemudian aku menariknya. Aku menggenggam erat telapak tangannya untuk melangkah ke bawah dan menghadapi mereka.“Cinta, nanti kamu kalau di sana jangan berbicara apapun, nur
Aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Cinta barusan. Dia berlari menghampiriku. Napasnya terengah-engah. Aku segera memeluknya dan mengusapnya. Aku sama sekali tidak bisa marah kepadanya. Apalagi dia tiba-tiba datang kepadaku dan wajahnya pucat seperti itu.“Cinta, kamu itu diam dulu dan tenangkan hatimu. Sekarang, tarik napas … hembuskan … tarik lagi, lagi, lagi …”“Duh, kok tarik, tarik saja sih. Mau aku tarik?”“Mau, hehe,” jawabku malu.“Agus, konsen dong. Mereka itu menemukan ranselmu, sayang. Aku saat itu ingat telah meletakkan ransel begitu saja di air terjun itu. Lalu, aku memutuskan untuk mengambilnya. Ternyata, mereka menemukannya, dan aku bersembunyi dari kejauhan untuk mengamati mereka. Lalu …”Cinta menghentikan ucapannya. Dia membuatku sangat penasaran. Aku memutar otak. Sepertinya tidak meletakkan hal aneh di dalam ransel. Emangnya aku mau meletakkan a
Aku berdiri dengan lemas. Kepalaku pusing sekali. Pick up itu sudah pergi jauh sekarang. Yang aku pikirkan, bagaimana caranya mengambil air 7 sumber itu lagi. Di sebelahku Cinta memasang wajah muram. Aku sendiri tidak mengerti apa yang harus aku lakukan untuk menenangkan hatinya.Dia sangat muram, apalagi melirikku dengan sini. Lebih baik aku meredakannya. Entah dia ini mau memaafkanku atau tidak. Kalau aku pikir si, aku yang bersalahdengannya. Memaksakan menaiki mobil yang akan menyelakai kita.“Cinta kamu itu jangan marah. Kan, sudah jelas ini semua tidak sengaja. Kamu sih, ngasih ide kayak gitu. Makanya jadi istri harus mendengarkan suami. Jangan asal ngomong jeplak gitu. Jadinya malah seperti ini,” ucapku semakin membuatnya melotot tajam tiada batas. “Masak suami disuruh nyetop bus kayak gitu. Mana pakai goyang lagi, buka kancing baju. Aku, kan, malu. Ya ndak salah kalau mereka itu menggoda suamimu ini yang paling tampan se
“Gus kok jadi buronan?”Aku melihat Rahman dari kejauhan. Dia datang bersama Minah untuk menjemput kami. Tapi sepertinya terlambat. Semua warga sudah menggiringku untuk menuju Kantor Polisi. Lebih parahnya lagi. aku melihat Cinta masuk kedalam mobil Ben bule edan itu dan berlalu.Bagaimana bisa Ben menarik Cinta dan memasukkan ke dalam mobilnya. Memang bule edan itu sangat menyebalkan. Mau dibawa kemana istriku? Yang aku lihat, dia itu sudah baik dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Kenapa dia mengulangi lagi? Berarti selama ini dia mengikutiku dengan Cinta secara diam-diam. Ini benar-benar tidak baik.Aku tidak bisa segera mengejarnya. karena pemilik pick up itu masih saja menuduhku sudah merusakkan mobilnya. Padahal jelas-jelas dia yang menyuruhku untuk melakukan itu. Sekarang aku yang terkena imbasnya.“Kamu kenapa kok bisa seperti itu? Baru aku tinggal satu hari saja, sudah mau masuk penjara lagi. Kamu itu sepertinya suka ya, tidur di dal
Aku hanya melihat sebuah bayangan putih menyelimutiku. Seluruh kulitku bersinar seakan cahaya itu menembusnya. Apa aku menjadi seorang vampire ya? Kok sinar ini nembus seperti itu?Aku mengamati semua arah dan tidak melihat apapun. Udaranya pun sangat dingin, namun aku tidak menggigil. Aku hanya merasakan di sekelilingku seperti di Kutub Utara dengan salju atau es batu yang membuat tubuhku menjadi kaku, namun tidak menusuk rasa dinginnya.Apakah aku memang sudah mati?Cahaya putih seperti bayangan sosok manusia menghampiriku. Semoga saja dia tidak malaikat, karena aku masih ingin hidup bersama dengan anak dan istriku.Dia hanya melambaikan tangan ke arahku. Apakah aku harus mengikutinya?Aku menggerakkan kepala ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang. Aku tidak melihat apapun. Semua jalan yang harus aku tuju tidak ada kecuali mengarah kepada sosok itu. Bayangan menyerupai manusia, namun hanya bayangan putih sangat terang. Lebih baik aku mengikutin
Rahman masih saja bergumam tidak jelas. "Kalian semua, aku tidak hilang ingatan," jelasku dengan berteriak membuat semua orang menepuk jidatnya.Hilang Ingatan? Tidak mungkin aku ini hilang ingatan. Aku ingat dengan jelas, kalau aku ini suka Minah. Dia adalah wanita impianku sejak dulu. Aku ditolaknya gara-gara temanku bernama Sugeng. Hari ini aku sangat bahagia karena Minah ada disini. Tapi, kenapa dia dekat sama Rahman sahabatku yang super play boy itu? Dia ternyata diam-diam mengambil kesempatan saat aku di rumah sakit dan tidak sadar. Tidak akan aku biarkan Rahman mendekati wanita yang sudah aku impikan sejak lama. Pokoknya, sekarang Minah akan aku rebut!Aku berusaha mengangkat tubuhku yang masih sangat lemah ini. Aku masih tidak mengerti ada apa dengan diriku, hingga aku terbaring seperti ini.“Kamu jangan terlalu banyak gerak! Nanti malah rusak semua memorimu. Nanti aku yang bingung gimana caranya mengobati kamu,” ucap dokter senewen masih mem
“Minah jangan pergi … tunggu aku!”Aku semakin meneriakkan suara untuk mencegah Minah yang semakin berlari menjauh. Aku sendiri tidak mengerti kenapa dia melakukan itu. Padahal sudah jelas dia berada di kamar saat aku sakit. Apa mungkin gara-gara wanita tadi ya, yang sudah mengaku menjadi istriku. Ini tidak bisa aku biarkan. Aku harus mengatasi hal ini. Wanita itu akan aku temui, lalu aku ajak bicara. Rahman juga harus berada di antara kami. Iya, dia sepertinya juga ikut andil dalam rencana memisahkanku dengan Minah.Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Rahman mendekati Minah dan mencoba untuk merangkulnya. Kalau Minah berubah pikiran menyukai Rahman, aku akan bisa patah hati kedua kalinya. Lebih baik aku mencari cara untuk memisahkan Rahman dengan Minah. Kemudian mencari seseorang yang bisa gunakan untuk menggoda wanita itu agar tidak mendekatiku.“Agus berhenti!” teriak wanita itu yang kini berada di belakang tubuhku. Dia seg