Namun, ia juga tidak bisa begitu mudah. Ia harus membiarkan Aaric berpikir bahwa apa yang terjadi terakhir kali benar-benar membuatnya marah dan kecewa. Ia berharap Aaric tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Selama satu minggu ini Ellaine menyibukan dirinya dengan bekerja. Wanita itu pergi ke luar negeri untuk membahas pekerjaan dengan rekan bisnisnya yang berada di luar negeri, lalu kemudian meninjau pembangunan hotel terbarunya. Setelahnya ia akan menenggelamkan dirinya ke tumpukan berkas yang perlu ia baca dan tanda tangani.
Pukul delapan malam, setelah menghabiskan makan malamnya Ellaine kembali ke ruang kerjanya. Berniat untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun, dering ponsel menghentikannya.
Aaric menghubunginya setelah dua minggu membiarkannya menenangkan diri.
"Ada apa?"
"Kau benar-benar kejam, Ell. Sudah dua minggu, tapi kau tidak menghubungiku. Sampai kapan kau akan mengabaikanku?"
"Aku tidak sedang mengabaikanmu, aku memiliki banyak pekerjaan."
"Aku sakit, bisakah kau datang menjengukku?"
Hati Ellaine melunak mendengar Aaric sedang sakit. "Aku akan ke sana."
"Baik, hati-hati di jalan, Ell."
Ellaine meninggalkan pekerjaannya, wanita itu segera mengganti pakaiannya dan pergi ke mansion Aaric. Kepedulian Ellaine terhadap Aaric masih sangat tinggi, jadi ia tidak mungkin mengabaikan Aaric yang sedang sakit. Lagipula ini sudah dua minggu, ia tidak boleh marah terlalu lama pada Aaric.
Setelah dua puluh menit, Ellaine sampai di kediaman Aaric. Wanita itu segera melangkah menuju kamar Aaric. Namun, tubuhnya membeku ketika ia mendapati Aaric sedang memeluk Shanon di atas ranjang.
Aaric yang menyadari kedatangan Ellaine segera melepaskan Shanon. "Ell, apa yang kau lihat tidak seperti yang kau pikirkan."
"Aku benar-benar naif, aku pikir kau membutuhkanku, aku lupa jika kau memiliki seseorang yang bisa merawatmu." Ellaine menatap Shanon dingin.
Ellaine segera memutar tubuhnya. Melihat Ellaine akan pergi, Shanon segera menyusul Ellaine. Wanita itu meraih lengan Ellaine sehingga langkah Ellaine terhenti.
"Ellaine, kau salah paham." Shanon mencoba untuk menjelaskan.
Kekesalan Ellaine terhadap Shanon sudah bertumpuk-tumpuk, wanita itu merasa tubuhnya kotor hanya karena disentuh oleh Shanon. Ia segera menghempaskan tangan Shanon, dan berikutnya Shanon terjatuh ke lantai.
"Shanon!" Aaric segera turun dari ranjang dan menghampiri Shanon. Ia meraih bahu Shanon dan membantu wanita itu berdiri.
"Apakah kau terluka, Shanon?"
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Ell, kau benar-benar kasar!" Aaric beralih pada Ellaine.
"Aaric, Ellaine tidak sengaja melakukannya."
Senyum getir tampak di wajah Ellaine. Shanon benar-benar wanita ular. Ia memang menghempaskan tangan Shanon cukup kuat, tapi itu tidak akan sampai membuat Shanon terhempas ke lantai.
Tampaknya saat ini Shanon sudah mulai benar-benar bergerak ingin membuat ia terlihat jahat di depan Aaric.
"Benar, aku kasar dan kekanakan. Hanya Shanon yang tidak lembut dan penuh pengertian."
"Apa yang salah denganmu? Kenapa kau selalu memusuhi Shanon padahal ia tidak pernah menyakitimu!"
"Apakah kau berharap aku bersikap baik pada wanita yang mencoba menggoda tunanganku? Aaric, aku tidak begitu murah hati."
"Ell, kau salah paham. Aku tadi tidak sengaja terjatuh. Aku tidak memiliki niat sama sekali untuk menggoda Aaric." Shanon menjelaskan dengan lembut.
Ellaine mendengkus sinis. "Shanon, jangan bersandiwara di depanku karena aku tidak sudi terlibat dalam sandiwaramu. Aku tahu kau menyukai Aaric, oleh sebab itu kau mencoba untuk merusak hubunganku dengan Aaric melalui sandiwara menjijikanmu ini."
"Cukup, Ell!" Aaric tidak tahan mendengar kata-kata tajam Ellaine.
"Ellaine, aku benar-benar minta maaf jika aku membuatmu merasa tidak bahagia. Sungguh aku tidak memiliki pemikiran seperti yang kau tuduhkan, tapi jika kehadiranku membuatmu berpikir seperti itu maka aku akan menjauh dari Aaric." Shanon berkata dengan menahan tangis. Lalu setelah itu ia meninggalkan kamar Aaric dengan wajah sedih.
Aaric menatap Ellaine kecewa. Ia segera mengejar Shanon.
Cuaca hari ini cukup hangat di luar, tapi yang dirasakan oleh Ellaine adalah dingin sampai ke tulang. Daripada menenangkannya, Aaric lebih memilih untuk mengejar Shanon. Apakah mungkin jika saat ini ia meminta Aaric untuk memilih antara dirinya dan Shanon maka pria itu tidak akan ragu untuk memilih Shanon seperti saat ini ketika ia pergi meninggalkannya untuk mengejar Shanon tanpa berpikir panjang?
Sekali lagi Ellaine mengetahui tempatnya, bahwa posisinya tidak akan pernah bisa berada di atas Shanon. Ketika ia dan Shanon terluka, maka Aaric akan datang untuk menghibur Shanon terlebih dahulu.
Baiklah, saat ini yang dibutuhkan oleh Aaric bukanlah dirinya. Untuk apa ia berada di kediaman tunangannya itu.
Sementara itu di luar, Aaric sedang meminta maaf pada Shanon atas sikap buruk Ellaine pada Shanon.
"Aku mengerti kenapa Ellaine seperti itu. Dia sangat mencintaimu. Tidak apa-apa, mulai sekarang aku akan menjaga jarak darimu agar tidak melukai perasaannya." Shanon berkata dengan penuh pengertian.
Aaric merasa tidak berdaya, untungnya Shanon adalah wanita yang masuk akal yang bisa mengerti kecemburuan Ellaine.
"Jared akan mengantarmu pulang."
"Baik." Shanon membalas dengan patuh. Wanita itu kemudian pergi meninggalkan Aaric.
Aaric kembali ke kamarnya, tapi belum mencapai kamar ia bertemu dengan Ellaine yang melangkah menuju ke arahnya.
"Kau mau pergi ke mana, Ell?"
"Bukan urusanmu!"
"Ell, bisakah kau berhenti bersikap seperti ini? Aku benar-benar lelah menghadapi sikap tidak masuk akalmu."
Ellaine mendengkus, sikap tidak masuk akal? Benar, di mata Aaric sikapnya selalu tidak masuk akal jika itu berhubungan dengan Shanon.
"Bagian mana dari sikapku yang tidak masuk akal, Aaric? Apakah aku tidak berhak marah ketika aku melihat ada wanita lain di atas tubuh tunanganku?"
"Kau salah paham. Shanon tersandung lalu jatuh di atasku. Dia tidak memiliki maksud sama sekali untuk menggodaku. Hubunganku dengan Shanon tidak seperti yang kau pikirkan, Ellaine. Aku hanya menganggap Shanon seperti adikku sendiri, begitu juga dengan Shanon yang menganggapku sebagai kakaknya.
Ia datang ke sini hari ini karena tahu aku sakit. Beberapa waktu lalu aku menjaganya, jadi ia datang ke sini untuk menjagaku."
"Ah, betapa romantis kalian. Shanon sepertinya lupa bahwa kau memiliki tunangan yang bisa menjagamu." Ellaine membalas dengan sarkastik.
"Apa yang salah denganmu akhir-akhir ini? Kau tidak seperti Ellaine yang aku kenal." Aaric mulai lelah lagi. Ia sedang tidak enak badan sekarang, harus menghadapi Ellaine yang seperti ini membuatnya semakin sakit kepala.
Ellaine ingin meneriakan semua yang ia pendam dalam hatinya selama bertahun-tahun ini, tapi ia memilih untuk menahannya karena mungkin ia akan kehilangan kendali atas emosinya. "Aku lelah, aku pergi."
Aaric sangat ingin ditemani oleh Ellaine, tapi melihat Ellaine yang keras kepala dan menjengkelkan ia lebih memilih untuk membiarkan Ellaine pergi.
Ellaine sudah melangkah, ia berharap Aaric akan mengejarnya seperti pria itu mengejar Shanon, tapi sekali lagi ia dikecewakan oleh harapannya sendiri. Aaric tidak mengejarnya sama sekali.
Mata Ellaine sudah perih, ia sangat ingin menangis sekarang. Namun, sisi tangguhnya tidak mengizinkannya untuk menjatuhkan air matanya.
"Ke L Bar." Ellaine tidak memiliki niat untuk kembali ke penthousenya. Wanita itu memilih untu pergi ke bar.
Di L bar, wanita itu bertemu kembali dengan Kylian. Ia duduk di depan Kylian dan memesan minuman.
Seperti yang dikatakan oleh Ellaine sebelumnya, mereka bersikap seolah tidak saling mengenal padahal satu minggu sebelumnya mereka begitu dekat bahkan tidak terhalang oleh satu benang pun.
"Temani aku malam ini." Ellaine bicara pada Kylian.
Kylian menatap Ellaine sejenak. "Baik."
Ellaine sudah cukup banyak minum, Kylian segera menghentikannya. "Sudah cukup, jangan mengkonsumsi alkohol terlalu banyak."
"Kau mungkin akan dimarahi oleh atasanmu jika dia tahu bahwa kau menghentikan orang lain minum padahal tugasmu adalah menjual minuman."
"Apakah Anda sedang ada masalah?"
"Aku tidak membicarakan masalahku dengan orang asing."
Kylian mengerti di mana tempatnya, jadi ia tidak bertanya lebih banyak.
"Aku akan membayarmu untuk malam ini, tinggalkan pekerjaanmu."
"Aku akan berbicara dengan atasanku terlebih dahulu."
Ellaine memberikan isyarat menggunakan tangannya membiarkan Kylian pergi.
Beberapa saat kemudian Kylian kembali. Pria itu kemudian keluar dari bar bersama dengan Ellaine.
Ellaine memerintahkan sopirnya untuk kembali menggunakan taksi, sementara mobil pribadinya dikemudikan oleh Kylian.
"Ke mana?"
"Tempatmu."
"Baik."
Kylian segera mengemudikan mobil Ellaine menuju ke apartemennya. Sesekali Kylian memandangi Ellaine yang saat ini melemparkan pandangan ke luar jendela.
Selama satu minggu ini ia tidak bisa berhenti memikirkan tentang Ellaine, tapi ia juga tidak berniat untuk mencari tahu siapa wanita ini meski itu bukan sesuatu yang sulit untuk ia lakukan.
Siapa yang menyangka jika ternyata wanita itu akan mendatanginya lagi.
Mobil sampai di parkiran gedung apartemen Kylian. Pria itu segera keluar lalu membukakan pintu untuk Ellaine. Tangannya bergerak di atas kepala Ellaine melindungi agar kepala wanita itu agar tidak terbentur bagian atas mobil.
Malam itu keduanya kembali mengulang apa yang mereka lakukan di pertemuan pertama mereka.
Ellaine tahu bahwa apa yang ia lakukan ini salah, ia telah mengkhianati Aaric. Alasan kecewa tidak cukup dibenarkan untuk pengkhianatan yang ia lakukan, tapi dengan cara ini ia telah membuktikan pada dirinya sendiri bahwa meski ia sangat mencintai Aaric, ia tidak akan terus diam saja ketika hatinya terluka.
Jika Aaric bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan Shanon, maka ia juga bisa melakukan hal yang sama dengan pria lain.
Sebelumnya Ellaine pikir bahwa ia tidak akan tertarik dengan pria lain ketika ia sudah bersama dengan Aaric, selama ini ia selalu berpikir bahwa Aaric adalah satu-satunya yang ia inginkan. Aaric adalah pusat dunianya.
Namun, ternyata ia salah. Masih ada pria lain yang bisa mengalihkan dirinya dari Aaric, dan itu adalah pria yang saat ini sedang berada di atasnya, menyentuh tubuhnya dengan penuh pemujaan.
Sekarang Aaric bukan satu-satunya lagi, sama seperti dirinya yang bukan satu-satunya wanita di dalam hidup Aaric.
tbc
Sekali lagi Ellaine terjaga di ranjang Kylian. Namun, kali ini ia tidak terjaga sendirian karena Kylian masih berada di sebelahnya."Selamat pagi, Nona." Kylian menyapa Ellaine dengan senyuman di wajah tampannya."Jam berapa sekarang?""Enam pagi."Ellaine turun dari ranjang. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya."Apa yang kau lakukan di sini?" Ellaine menatap Kylian yang saat ini berada di kamar mandi."Mandi bersama Anda." Kylian melepaskan celana yang ia kenakan. Kejantanannya saat ini telah mengeras.Mandi bersama itu memakan waktu yang cukup lama. Ellaine hampir kehabisan tenaga karena stamina Kylian yang seperti tidak ada habisnya.Selagi Ellaine berpakaian, Kylian menyiapkan sarapan dengan suasana hati yang sangat baik.Ellaine memiliki beberapa pekerjaan penting pagi ini, tapi karena waktu yang hilang karena Kylian, ia memerintahkan sekertarinya untuk mengatur ulang jadwalnya hari ini.Sebelumnya ia tidak pernah tidak professional seperti ini, tap
Hati Ellaine seperti ditusuk-tusuk. Ia adalah pihak yang terluka di sini, tapi ia jugalah yang diminta untuk mengubah sikapnya.Apakah yang telah dia lakukan selama bertahun-tahun ini tidak cukup? Ia telah begitu banyak mengalah tanpa mengeluh, tapi hanya dengan sedikit keluhan darinya, Aaric sudah berkata untuk memikirkan ulang rencana pernikahan mereka yang telah disepakati tahun depan? Bukankah itu terlalu berlebihan?Krystal kembali setelah melihat Aaric meninggalkan Ellaine, dari raut wajah keduanya ketika berpisah, mereka tampaknya tidak memiliki akhir yang baik dari percakapan barusan."Aku akan ke toilet." Ellaine tidak tahan, ia ingin menenangkan hatinya sejenak."Ya."Ellaine pergi menuju ke toilet, sampai di sana wanita itu berdiri di depan cermin. Bohong jika ia tidak ingin menangis sekarang. Perasaannya selama lebih dari delapan tahun ini tampaknya tidak begitu berharga di mata Aaric.Dan yang lebih membuatnya sakit adalah kenyataan bahw
Kylian keluar dari toilet setelah pria itu mendengarkan pertengkaran antara sosok yang tidak begitu ia kenali kepribadiannya, tapi sangat ia kenali tubuhnya dengan dua orang asing yang belum pernah ia temui sama sekali.Ia tidak bermaksud untuk menguping, hanya saja ketika ia menyadari bahwa yang ada di sana adalah Ellaine, ia memilih untuk tinggal.Dari pertengkaran tadi Kylian tidak bisa mengomentari terlalu banyak, tapi dari yang dilihat olehnya tampaknya tunangan Ellaine adalah pria tolol yang lebih mempercayai wanita lain daripada wanitanya sendiri, bukankah seharusnya tadi pria itu meminta penjelasan dari Ellaine terlebih dahulu bukan langsung menuduhnya dan memaksanya untuk meminta maaf pada wanita bernama Shanon?Lupakan, Kylian tidak ingin memikirkan masalah percintaan orang lain.Pria itu segera kembali ke tempat duduknya, di mana di sana sudah ada Axelion, sahabatnya. Tatapannya sejenak bertemu dengan Ellaine, tapi Ellaine segera memutuskan kontak mata dengannya."Kau ingin
Ellaine berhenti membaca berkas di atas meja. Wanita itu merasa perutnya sangat sakit sekarang. Tubuhnya mulai berkeringat dingin karena rasa sakit itu.Ia telah melewatkan sarapan, makan siang dan makan malamnya. Kejadian kemarin telah mempengaruhi suasana hati Ellaine sehingga ia menenggelamkan dirinya di dalam pekerjaan dan melupakan jadwal makannya.Hal seperti ini bukan pertama kalinya, jika suasana hati Ellaine buruk karena Aaric maka selera makannya akan hilang.Wanita itu bangkit dari kursi kebesarannya dan meninggalkan ruang kerjanya. Ia kembali ke kamarnya lalu meminum obat yang biasa ia konsumsi ketika perutnya sakit.Setelah meminum obat, Ellaine membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Biasanya dalam beberapa waktu ke depan rasa sakitnya akan berkurang.Waktu berlalu, rasa sakit yang Ellaine derita masih tidak berkurang dan semakin bertambah sakit, tampaknya kali ini obat yang ia minum tidak bisa membantunya sama sekali.Ellaine mengambil ponselnya. Wanita itu hendak menghu
"Apakah Aaric memperlakukanmu dengan baik?""Kenapa Kakek bertanya seperti itu?" Ellaine sedikit heran dengan pertanyaan kakeknya."Kemarin Ibu mendengar beberapa wanita bergosip tentangmu dan Aaric. Salah satu dari mereka ada di restoran yang sama denganmu, tapi saat itu kau duduk dengan Krystal, sedangkan Aaric duduk di tempat lain dengan Shanon." Irene menjawab pertanyaan yang diarahkan putrinya pada sang kakek. "Wanita itu juga mengatakan bahwa kau dan Aaric terlihat sedang berdebat. Lalu Aaric kembali ke sisi Shanon dan beberapa waktu kemudian Aaric membawa Shanon meninggalkan restoran."Jika sudah seperti ini Ellaine tidak bisa menyembunyikan kebenarannya lagi. Pada akhirnya ia masih tetap membuat orangtua dan kakeknya mengkhawatirkannya."Kakek, Ayah dan Ibu tidak perlu mengkhawatirkanku. Pertengkaran kecil di dalam sebuah hubungan adalah sesuatu yang wajar." Ellaine mencoba menenangkan tiga orang yang sangat ia sayangi di dunia ini."Ell, jika Aaric tidak memperla
Acara ulang tahun perusahaan Axelion telah berlangsung. Para tamu undangan yang mengenakan pakaian mahal telah mengisi aula mewah itu.Seperti tamu lainnya, malam ini Kylian mengenakan setelan jas. Pria itu tampak sangat berbeda dari penampilannya yang santai pada hari-hari biasanya.Kylian telah menyapa orangtua Axelion sebelum ia memilih untuk mencari tempat yang nyaman baginya, tentunya tidak terlalu ramai. Dan itu adalah di sudut ruangan.Akan tetapi, bukan Kylian namanya jika pria itu tidak menjadi pusat perhatian. Beberapa wanita menatap Kylian dengan tatapan memuja, mereka bahkan lupa bahwa saat ini mereka sedang bersama dengan pasangan mereka.Kylian mengabaikan tatapan-tatapan nakal yang terarah padanya. Acara belum dimulai, tapi Kylian sudah berpikir untuk meninggalkan aula itu. Jika bukan karena menghargai persahabatannya dengan Axelion, dia pasti sudah pergi sekarang.Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna putih yang membuatnya
"Apakah kau selalu bersikap seperti ini terhadap pengguna jasamu?" Ellaine memecah kesunyian di dalam mobil.Kening Kylian berkerut, bersikap seperti ini? Senyum geli tampak di wajah Kylian setelah ia mengerti maksud dari kata-kata Ellaine. Ia bahkan tidak pernah merawat luka orang lain sebelumnya. "Tidak ada pengguna jasaku yang terluka sebelumnya, Nona Ellaine.""Lalu, bagaimana kau bisa begitu mahir merawat orang lain?" Ini bukan pertama kalinya Kylian membantunya, ketika di rumah sakit Kylian juga merawatnya dengan cukup baik."Mungkin karena aku memang terlahir dengan kemampuan itu." Kylian menjawab asal. Bagaimana ia bisa menjelaskan pada Ellaine saat hal itu terjadi secara tiba-tiba. Sejauh ini hanya Ellaine yang pernah ia temani di rumah sakit dan ia obati lukanya."Aku akan membayarmu nanti.""Sepertinya Nona Ellaine selalu menghargai tindakanku dengan uang.""Tidak ada makan siang gratis." Ellaine hidup di medan perang yang di mana seti
Kylian pikir suasana Ellaine sudah sedikit lebih baik setelah ia membawa wanita itu ke pantai, tapi tampaknya ia salah. Ellaine masih berakhir di meja bar.Ia tidak mengerti kenapa wanita luar biasa seperti Ellaine bisa begitu kacau hanya karena cinta. Mungkinkah karena cinta Ellaine terhadap Aaric sangatlah besar?Namun, apakah sepadan jika Ellaine harus berakhir di bar karena pria yang tidak menghargai perasaannya sama sekali?Entahlah, Kylian tidak pernah terlibat dalam urusan perasaan, jadi ia tidak tahu apa-apa tentang rasa patah hati. Namun, jika hal seperti itu terjadi padanya, daripada bersedih dan menenggelamkan diri pada minuman alkohol ia lebih baik mengakhiri hubungan tidak sehat itu dan mencari pengganti.Terlalu konyol jika ia larut dalam kesedihan untuk seseorang yang menyia-nyiakan perasaannya."Sudah berapa banyak kau minum, Nona Ellaine?" Kylian bertanya, ia baru saja tiba setelah Ellaine menghubunginya beberapa saat lalu. Dari yang ia lihat, Ellaine sudah minum cuku
"Sayang, selamat ulang tahun." Ellaine memberikan ucapan selamat ulang tahun pada suaminya."Terima kasih, Sayang.""Aku memiliki hadiah untukmu." Ellaine mengeluarkan sebuah kotak yang telah diberikan pita di atasnya. "Bukalah."Kylian segera membuka hadiah dari istrinya. Di dalam kotak itu hanya ada satu benda. Kylian mengambilnya. "Apa ini, Sayang?" Kylian tahu tentang alat tes kehamilan, tapi ia masih bertanya untuk memastikan.Ellaine tersenyum penuh haru. "Selamat, Suamiku. Kau akan menjadi Ayah dalam beberapa bulan lagi."Kylian tidak pernah mendapatkan kado yang lebih baik dari yang ia terima hari ini.Ia telah menikah dengan Ellaine lebih dari enam bulan, meski ia tidak terlalu memikirkan tentang anak, tapi bukan berarti ia tidak ingin memiliki anak dengan cepat.Saat ia melihat keponakannya, ia benar-benar ingin segera memiliki anak.Kylian berdiri dari tempat duduknya, pria itu segera memeluk Ellaine. "Sayang, terima kasih. Ini adalah kado terbaik yang pernah aku terima.""
Hari ini adalah hari pernikahan Ellaine dan Kylian. Saat ini acara pernikahan keduanya akan segera dimulai. Aula megah tempat berlangsungnya pernikahan Kyllian dan Ellaine disulap seperti negeri dongeng, bunga-bunga segar yang indah ada hampir di setiap sudut ruangan itu.Ellaine melangkah bersama sang ayah di atas lantai yang kini dibalut oleh asap putih.Para tamu undangan yang telah mengisi tempat mereka masing-masing kini fokus pada Ellaine.Hari ini Ellaine tampak seperti seorang putri dari negeri dongeng. Ia mengenakan gaun berwarna putih yang ditaburi oleh permata, wajahnya yang cantik dilapisi oleh riasan yang membuatnya terlihat semakin memesona.Saat semua mata sedang tertuju padanya, tatapan Ellaine saat ini fokus pada Kylian yang berdiri beberapa langkah di depannya. Senyum tampak di wajah cantiknya.Begitu juga dengan Kylian, yang saat ini di matanya hanya ada Ellaine seorang. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan Ellaine di matanya saat ini, yang pasti tidak akan pernah ad
Keesokan malamnya, Ellaine kembali ke kediamannya untuk makan malam bersama keluarganya. Sementara Kylian, ia kembali ke kediaman orangtuanya karena ia harus pergi bersama keluarganya ke kediaman keluarga Ellaine.Setengah jam sebelum makan malam, Kylian dan keluarganya tiba di kediaman keluarga Ellaine. Mereka semua disambut dengan hangat oleh kakek dan orangtua Ellaine.Awalnya makan malam ini hanya untuk Ellaine dan Kylian, tapi karena Kylian ingin membicarakan rencana pernikahannya dengan Ellaine, jadi ia meminta izin pada orangtua Ellaine untuk membawa keluarganya ke sana.Makan malam dimulai, dua keluarga itu makan dengan tenang dan penuh kehangatan. Setelah makan malam selesai, mereka baru berpindah ke ruangan lain untuk bicara."Paman, Bibi, Kakek, malam ini aku ingin meminta izin untuk menikahi Ellaine." Kylian menatap tiga orang di depannya bergantian."Semua keputusannya kami serahkan pada Ellaine. Jika dia menginginkan pernikahan segera maka kami akan mengizinkannya." Ayah
"Sayang, ke mana kau akan membawaku?" Ellaine bertanya pada Kylian."Kau akan tahu nanti." Kylian menjawab disertai dengan senyuman.Beberapa waktu kemudian, mobil yang dikendarai oleh Kylian sampai di sebuah pantai. Kylian turun dari mobil, membukakan pintu untuk Ellaine.Ellaine turun dari mobil, Kylian membawanya ke panta. Meski saat ini sudah malam, tapi Ellaine masih bisa melihat ke sekelilingnya. Itu pemandangan malam yang indah.Pandangan Ellaine kini terkunci pada kerlap-kerlip lampu yang berada di sisi kirinya saat ini. Di sana terdapat sebuah meja dengan dua kursi di dekatnya. Ada anggur dan dua gelas di meja.Di sisi kiri dan kanan jalan terdapat untaian lampu yang indah. Di atas pasir terdapat hamparan kelopak bunga mawar berwarna merah tua. Tempat itu di tata dengan begitu indah.Ellaine sangat menyukai apa yang ia lihat saat ini. Ia tahu seorang Kylian pasti akan memberikannya pengalaman yang baru. Makan malam romantis di tepi pantai seperti ini adalah yang pertama kalin
"Selamat, Krystal. Kau melahirkan bayi-bayi yang sehat dan menggemaskan." Ellaine sangat terharu, ia kini sedang menyaksikan dua malaikat kecil Krystal yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan."Terima kasih, Ell." Krystal lebih terharu lagi. Ia masih berpikir bahwa ini adalah mimpi. Ia memiliki anak, tidak hanya satu, tapi dua.Ellaine tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil atau bayi, itu karena selama ini ia sangat sibuk bekerja, tapi bukan berarti ia tidak menyukai anak kecil. Melihat anak-anak Krystal, ia memiliki keinginan untuk mempunyai anak juga.Pasti akan sangat menyenangkan jika memiliki anak-anak yang sehat dan menggemaskan."Apakah kau sudah memberitahu orangtuamu?" Ellaine beralih ke sahabatnya.Orangtua Krystal sudah bercerai dan masing-masing memiliki keluarga baru. Krystal adalah anak satu-satunya. Meski orangtuanya telah bercerai, tapi mereka masih selalu hadir dalam hidup Krystal.Sejak kecil Krystal telah hidup dengan jadwal tinggal dengan ayah atau ibuny
Hari ini adalah akhir pekan, Ellaine pergi bersama dengan ibu Kylian ke sebuah pusat perbelanjaan. Wajah ibu Kylian tampak sumringah, akhirnya ia juga merasakan ditemani oleh calon menantunya pergi berbelanja.Selain belanja, wanita berusia lima puluhan tahun itu juga memiliki sederet kegiatan yang ingin ia lakukan bersama Ellaine di masa depan, salah satunya adalah mengajak Ellaine pergi arisan."Sayang, lihat apakah ini cocok untuk Kylian?" Kaia menunjukan sebuah jas pada Ellaine."Itu akan terlihat sangat bagus jika dipakai oleh Kylian, Bu.""Lihat, kita memiliki selera yang sama." Kaia berkata antusias. Berikutnya wanita itu membeli beberapa setelan lagi, untuk Kylian dan untuk Sean. "Jika Kylian melihat betapa banyaknya Ibu membelikannya pakaian, dia pasti akan mengomel. Anak itu terlalu hemat padahal dia memiliki sangat banyak uang untuk dihamburkan."Ellaine merasa geli melihat tingkah ibu Kylian. Calon mertuanya ini memang benar-benar penghambur uang. Namun, itu juga bukan sal
Malam ini Kylian memilih untuk tidur terpisah dengan Ellaine karena ia sedang demam dan terkena flu akibat hujan-hujanan di taman hiburan beberapa jam lalu.Ia tidak ingin menularkan penyakitnya pada Ellaine, itulah sebabnya ia memilih untuk tidur di kamar lain.Pintu kamar terbuka, Kylian melihat ke arah. "Ada apa, Ell?""Aku tidak bisa tidur. Biarkan aku tidur di sini.""Baiklah, tidurlah di ranjang. Aku akan tidur di sofa.""Tidak, kau dan aku di ranjang.""Jangan bercanda, Ell. Aku sedang flu, nanti kau tertular."Ellaine tidak mendengarkan Kylian, ia malah memeluk Kylian. Lalu kemudian mencium bibir prianya. "Jika tertular aku hanya perlu minum obat."Kylian menghela napas, jadi keputusannya untuk pindah kamar agar mencegah Ellaine tertular flu darinya tidak berguna karena Ellaine menyusulnya."Baiklah, ayo tidur."Ellaine tersenyum bahagia, wanita itu segera naik ke atas ranjang.Kylian tersenyum geli melihat tingkah kekanakan Ellaine. Ia kemudian melangkah kembali ke ranjang da
Setelah meninggalkan kediaman orangtuanya, Kylian membawa Raylene ke taman hiburan. Karena ini masih akhir pekan, jadi mereka memutuskan untuk berkencan.Ini adalah kedua kalinya Ellaine berada di taman hiburan itu dengan Kylian, dan rasanya masih sama. Ia begitu menikmati kebersamaannya dengan Kylian."Kau?" Seorang pria menghentikan Kylian dengan Ellaine.Kylian menatap ke pria yang menghadangnya. Ia mengumpat di dalam hatinya. Pria ini adalah pria yang mengejar Noora."Seperti yang aku duga, kau adalah pria bajingan yang mempermainkan hati Noora!" seru pria itu sinis. "Aku akan memberitahu Noora, bahwa kau adalah pria bajingan!"Pria itu kemudian mengambil gambar Kylian dan Noora. Ia memerlukan bukti agar Noora percaya padanya. Setelahnya pria itu berbalik dan pergi.Kylian hanya bisa menghela napas. "Sayang, aku akan menghubungi Noora dulu.""Ya, silahkan."Kylian tidak pergi ke mana-mana, ia melakukan panggilan di sebelah Ellaine. "Pria yang mengejarmu melihatku bersama Ellaine.
Hari-hari berlalu, Kylian telah membeli sebuah mansion mewah untuk dirinya dan Ellaine. Di masa depan, tempat itu akan menjadi tempat tinggal keluarga kecilnya kelak.Setelah Kylian makan malam bersama keluarga Ellaine beberapa waktu lalu, sekarang gantian Kylian yang membawa Ellaine ke kediamannya.Kylian juga ingin Ellaine mengenal keluarganya dan memiliki hubungan yang baik dengan mereka.Orangtua Kylian sangat antusias ketika mereka mendengar bahwa Kylian akan membawa kekasihnya untuk menemui mereka.Akhirnya, setelah sekian lama kekhawatiran mereka segera berakhir. Mereka benar-benar takut jika Kylian memiliki kelainan orientasi seksual.Mereka sangat penasaran, seperti apa kira-kira wanita yang berhasil menaklukan hati putra mereka.Kylian dan Ellaine sampai di kediaman orangtua Kylian, Kylian membawa Ellaine segera melangkah menuju ke ruang makan.Ellaine merasa sedikit gugup. Ia takut jika keluarga Kylian mungkin tidak akan menyukainya.Kylian merasakan tangan Ellaine yang din