Namun, ia juga tidak bisa begitu mudah. Ia harus membiarkan Aaric berpikir bahwa apa yang terjadi terakhir kali benar-benar membuatnya marah dan kecewa. Ia berharap Aaric tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Selama satu minggu ini Ellaine menyibukan dirinya dengan bekerja. Wanita itu pergi ke luar negeri untuk membahas pekerjaan dengan rekan bisnisnya yang berada di luar negeri, lalu kemudian meninjau pembangunan hotel terbarunya. Setelahnya ia akan menenggelamkan dirinya ke tumpukan berkas yang perlu ia baca dan tanda tangani.
Pukul delapan malam, setelah menghabiskan makan malamnya Ellaine kembali ke ruang kerjanya. Berniat untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun, dering ponsel menghentikannya.
Aaric menghubunginya setelah dua minggu membiarkannya menenangkan diri.
"Ada apa?"
"Kau benar-benar kejam, Ell. Sudah dua minggu, tapi kau tidak menghubungiku. Sampai kapan kau akan mengabaikanku?"
"Aku tidak sedang mengabaikanmu, aku memiliki banyak pekerjaan."
"Aku sakit, bisakah kau datang menjengukku?"
Hati Ellaine melunak mendengar Aaric sedang sakit. "Aku akan ke sana."
"Baik, hati-hati di jalan, Ell."
Ellaine meninggalkan pekerjaannya, wanita itu segera mengganti pakaiannya dan pergi ke mansion Aaric. Kepedulian Ellaine terhadap Aaric masih sangat tinggi, jadi ia tidak mungkin mengabaikan Aaric yang sedang sakit. Lagipula ini sudah dua minggu, ia tidak boleh marah terlalu lama pada Aaric.
Setelah dua puluh menit, Ellaine sampai di kediaman Aaric. Wanita itu segera melangkah menuju kamar Aaric. Namun, tubuhnya membeku ketika ia mendapati Aaric sedang memeluk Shanon di atas ranjang.
Aaric yang menyadari kedatangan Ellaine segera melepaskan Shanon. "Ell, apa yang kau lihat tidak seperti yang kau pikirkan."
"Aku benar-benar naif, aku pikir kau membutuhkanku, aku lupa jika kau memiliki seseorang yang bisa merawatmu." Ellaine menatap Shanon dingin.
Ellaine segera memutar tubuhnya. Melihat Ellaine akan pergi, Shanon segera menyusul Ellaine. Wanita itu meraih lengan Ellaine sehingga langkah Ellaine terhenti.
"Ellaine, kau salah paham." Shanon mencoba untuk menjelaskan.
Kekesalan Ellaine terhadap Shanon sudah bertumpuk-tumpuk, wanita itu merasa tubuhnya kotor hanya karena disentuh oleh Shanon. Ia segera menghempaskan tangan Shanon, dan berikutnya Shanon terjatuh ke lantai.
"Shanon!" Aaric segera turun dari ranjang dan menghampiri Shanon. Ia meraih bahu Shanon dan membantu wanita itu berdiri.
"Apakah kau terluka, Shanon?"
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Ell, kau benar-benar kasar!" Aaric beralih pada Ellaine.
"Aaric, Ellaine tidak sengaja melakukannya."
Senyum getir tampak di wajah Ellaine. Shanon benar-benar wanita ular. Ia memang menghempaskan tangan Shanon cukup kuat, tapi itu tidak akan sampai membuat Shanon terhempas ke lantai.
Tampaknya saat ini Shanon sudah mulai benar-benar bergerak ingin membuat ia terlihat jahat di depan Aaric.
"Benar, aku kasar dan kekanakan. Hanya Shanon yang tidak lembut dan penuh pengertian."
"Apa yang salah denganmu? Kenapa kau selalu memusuhi Shanon padahal ia tidak pernah menyakitimu!"
"Apakah kau berharap aku bersikap baik pada wanita yang mencoba menggoda tunanganku? Aaric, aku tidak begitu murah hati."
"Ell, kau salah paham. Aku tadi tidak sengaja terjatuh. Aku tidak memiliki niat sama sekali untuk menggoda Aaric." Shanon menjelaskan dengan lembut.
Ellaine mendengkus sinis. "Shanon, jangan bersandiwara di depanku karena aku tidak sudi terlibat dalam sandiwaramu. Aku tahu kau menyukai Aaric, oleh sebab itu kau mencoba untuk merusak hubunganku dengan Aaric melalui sandiwara menjijikanmu ini."
"Cukup, Ell!" Aaric tidak tahan mendengar kata-kata tajam Ellaine.
"Ellaine, aku benar-benar minta maaf jika aku membuatmu merasa tidak bahagia. Sungguh aku tidak memiliki pemikiran seperti yang kau tuduhkan, tapi jika kehadiranku membuatmu berpikir seperti itu maka aku akan menjauh dari Aaric." Shanon berkata dengan menahan tangis. Lalu setelah itu ia meninggalkan kamar Aaric dengan wajah sedih.
Aaric menatap Ellaine kecewa. Ia segera mengejar Shanon.
Cuaca hari ini cukup hangat di luar, tapi yang dirasakan oleh Ellaine adalah dingin sampai ke tulang. Daripada menenangkannya, Aaric lebih memilih untuk mengejar Shanon. Apakah mungkin jika saat ini ia meminta Aaric untuk memilih antara dirinya dan Shanon maka pria itu tidak akan ragu untuk memilih Shanon seperti saat ini ketika ia pergi meninggalkannya untuk mengejar Shanon tanpa berpikir panjang?
Sekali lagi Ellaine mengetahui tempatnya, bahwa posisinya tidak akan pernah bisa berada di atas Shanon. Ketika ia dan Shanon terluka, maka Aaric akan datang untuk menghibur Shanon terlebih dahulu.
Baiklah, saat ini yang dibutuhkan oleh Aaric bukanlah dirinya. Untuk apa ia berada di kediaman tunangannya itu.
Sementara itu di luar, Aaric sedang meminta maaf pada Shanon atas sikap buruk Ellaine pada Shanon.
"Aku mengerti kenapa Ellaine seperti itu. Dia sangat mencintaimu. Tidak apa-apa, mulai sekarang aku akan menjaga jarak darimu agar tidak melukai perasaannya." Shanon berkata dengan penuh pengertian.
Aaric merasa tidak berdaya, untungnya Shanon adalah wanita yang masuk akal yang bisa mengerti kecemburuan Ellaine.
"Jared akan mengantarmu pulang."
"Baik." Shanon membalas dengan patuh. Wanita itu kemudian pergi meninggalkan Aaric.
Aaric kembali ke kamarnya, tapi belum mencapai kamar ia bertemu dengan Ellaine yang melangkah menuju ke arahnya.
"Kau mau pergi ke mana, Ell?"
"Bukan urusanmu!"
"Ell, bisakah kau berhenti bersikap seperti ini? Aku benar-benar lelah menghadapi sikap tidak masuk akalmu."
Ellaine mendengkus, sikap tidak masuk akal? Benar, di mata Aaric sikapnya selalu tidak masuk akal jika itu berhubungan dengan Shanon.
"Bagian mana dari sikapku yang tidak masuk akal, Aaric? Apakah aku tidak berhak marah ketika aku melihat ada wanita lain di atas tubuh tunanganku?"
"Kau salah paham. Shanon tersandung lalu jatuh di atasku. Dia tidak memiliki maksud sama sekali untuk menggodaku. Hubunganku dengan Shanon tidak seperti yang kau pikirkan, Ellaine. Aku hanya menganggap Shanon seperti adikku sendiri, begitu juga dengan Shanon yang menganggapku sebagai kakaknya.
Ia datang ke sini hari ini karena tahu aku sakit. Beberapa waktu lalu aku menjaganya, jadi ia datang ke sini untuk menjagaku."
"Ah, betapa romantis kalian. Shanon sepertinya lupa bahwa kau memiliki tunangan yang bisa menjagamu." Ellaine membalas dengan sarkastik.
"Apa yang salah denganmu akhir-akhir ini? Kau tidak seperti Ellaine yang aku kenal." Aaric mulai lelah lagi. Ia sedang tidak enak badan sekarang, harus menghadapi Ellaine yang seperti ini membuatnya semakin sakit kepala.
Ellaine ingin meneriakan semua yang ia pendam dalam hatinya selama bertahun-tahun ini, tapi ia memilih untuk menahannya karena mungkin ia akan kehilangan kendali atas emosinya. "Aku lelah, aku pergi."
Aaric sangat ingin ditemani oleh Ellaine, tapi melihat Ellaine yang keras kepala dan menjengkelkan ia lebih memilih untuk membiarkan Ellaine pergi.
Ellaine sudah melangkah, ia berharap Aaric akan mengejarnya seperti pria itu mengejar Shanon, tapi sekali lagi ia dikecewakan oleh harapannya sendiri. Aaric tidak mengejarnya sama sekali.
Mata Ellaine sudah perih, ia sangat ingin menangis sekarang. Namun, sisi tangguhnya tidak mengizinkannya untuk menjatuhkan air matanya.
"Ke L Bar." Ellaine tidak memiliki niat untuk kembali ke penthousenya. Wanita itu memilih untu pergi ke bar.
Di L bar, wanita itu bertemu kembali dengan Kylian. Ia duduk di depan Kylian dan memesan minuman.
Seperti yang dikatakan oleh Ellaine sebelumnya, mereka bersikap seolah tidak saling mengenal padahal satu minggu sebelumnya mereka begitu dekat bahkan tidak terhalang oleh satu benang pun.
"Temani aku malam ini." Ellaine bicara pada Kylian.
Kylian menatap Ellaine sejenak. "Baik."
Ellaine sudah cukup banyak minum, Kylian segera menghentikannya. "Sudah cukup, jangan mengkonsumsi alkohol terlalu banyak."
"Kau mungkin akan dimarahi oleh atasanmu jika dia tahu bahwa kau menghentikan orang lain minum padahal tugasmu adalah menjual minuman."
"Apakah Anda sedang ada masalah?"
"Aku tidak membicarakan masalahku dengan orang asing."
Kylian mengerti di mana tempatnya, jadi ia tidak bertanya lebih banyak.
"Aku akan membayarmu untuk malam ini, tinggalkan pekerjaanmu."
"Aku akan berbicara dengan atasanku terlebih dahulu."
Ellaine memberikan isyarat menggunakan tangannya membiarkan Kylian pergi.
Beberapa saat kemudian Kylian kembali. Pria itu kemudian keluar dari bar bersama dengan Ellaine.
Ellaine memerintahkan sopirnya untuk kembali menggunakan taksi, sementara mobil pribadinya dikemudikan oleh Kylian.
"Ke mana?"
"Tempatmu."
"Baik."
Kylian segera mengemudikan mobil Ellaine menuju ke apartemennya. Sesekali Kylian memandangi Ellaine yang saat ini melemparkan pandangan ke luar jendela.
Selama satu minggu ini ia tidak bisa berhenti memikirkan tentang Ellaine, tapi ia juga tidak berniat untuk mencari tahu siapa wanita ini meski itu bukan sesuatu yang sulit untuk ia lakukan.
Siapa yang menyangka jika ternyata wanita itu akan mendatanginya lagi.
Mobil sampai di parkiran gedung apartemen Kylian. Pria itu segera keluar lalu membukakan pintu untuk Ellaine. Tangannya bergerak di atas kepala Ellaine melindungi agar kepala wanita itu agar tidak terbentur bagian atas mobil.
Malam itu keduanya kembali mengulang apa yang mereka lakukan di pertemuan pertama mereka.
Ellaine tahu bahwa apa yang ia lakukan ini salah, ia telah mengkhianati Aaric. Alasan kecewa tidak cukup dibenarkan untuk pengkhianatan yang ia lakukan, tapi dengan cara ini ia telah membuktikan pada dirinya sendiri bahwa meski ia sangat mencintai Aaric, ia tidak akan terus diam saja ketika hatinya terluka.
Jika Aaric bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan Shanon, maka ia juga bisa melakukan hal yang sama dengan pria lain.
Sebelumnya Ellaine pikir bahwa ia tidak akan tertarik dengan pria lain ketika ia sudah bersama dengan Aaric, selama ini ia selalu berpikir bahwa Aaric adalah satu-satunya yang ia inginkan. Aaric adalah pusat dunianya.
Namun, ternyata ia salah. Masih ada pria lain yang bisa mengalihkan dirinya dari Aaric, dan itu adalah pria yang saat ini sedang berada di atasnya, menyentuh tubuhnya dengan penuh pemujaan.
Sekarang Aaric bukan satu-satunya lagi, sama seperti dirinya yang bukan satu-satunya wanita di dalam hidup Aaric.
tbc
Sekali lagi Ellaine terjaga di ranjang Kylian. Namun, kali ini ia tidak terjaga sendirian karena Kylian masih berada di sebelahnya."Selamat pagi, Nona." Kylian menyapa Ellaine dengan senyuman di wajah tampannya."Jam berapa sekarang?""Enam pagi."Ellaine turun dari ranjang. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya."Apa yang kau lakukan di sini?" Ellaine menatap Kylian yang saat ini berada di kamar mandi."Mandi bersama Anda." Kylian melepaskan celana yang ia kenakan. Kejantanannya saat ini telah mengeras.Mandi bersama itu memakan waktu yang cukup lama. Ellaine hampir kehabisan tenaga karena stamina Kylian yang seperti tidak ada habisnya.Selagi Ellaine berpakaian, Kylian menyiapkan sarapan dengan suasana hati yang sangat baik.Ellaine memiliki beberapa pekerjaan penting pagi ini, tapi karena waktu yang hilang karena Kylian, ia memerintahkan sekertarinya untuk mengatur ulang jadwalnya hari ini.Sebelumnya ia tidak pernah tidak professional seperti ini, tap
Hati Ellaine seperti ditusuk-tusuk. Ia adalah pihak yang terluka di sini, tapi ia jugalah yang diminta untuk mengubah sikapnya.Apakah yang telah dia lakukan selama bertahun-tahun ini tidak cukup? Ia telah begitu banyak mengalah tanpa mengeluh, tapi hanya dengan sedikit keluhan darinya, Aaric sudah berkata untuk memikirkan ulang rencana pernikahan mereka yang telah disepakati tahun depan? Bukankah itu terlalu berlebihan?Krystal kembali setelah melihat Aaric meninggalkan Ellaine, dari raut wajah keduanya ketika berpisah, mereka tampaknya tidak memiliki akhir yang baik dari percakapan barusan."Aku akan ke toilet." Ellaine tidak tahan, ia ingin menenangkan hatinya sejenak."Ya."Ellaine pergi menuju ke toilet, sampai di sana wanita itu berdiri di depan cermin. Bohong jika ia tidak ingin menangis sekarang. Perasaannya selama lebih dari delapan tahun ini tampaknya tidak begitu berharga di mata Aaric.Dan yang lebih membuatnya sakit adalah kenyataan bahw
Kylian keluar dari toilet setelah pria itu mendengarkan pertengkaran antara sosok yang tidak begitu ia kenali kepribadiannya, tapi sangat ia kenali tubuhnya dengan dua orang asing yang belum pernah ia temui sama sekali.Ia tidak bermaksud untuk menguping, hanya saja ketika ia menyadari bahwa yang ada di sana adalah Ellaine, ia memilih untuk tinggal.Dari pertengkaran tadi Kylian tidak bisa mengomentari terlalu banyak, tapi dari yang dilihat olehnya tampaknya tunangan Ellaine adalah pria tolol yang lebih mempercayai wanita lain daripada wanitanya sendiri, bukankah seharusnya tadi pria itu meminta penjelasan dari Ellaine terlebih dahulu bukan langsung menuduhnya dan memaksanya untuk meminta maaf pada wanita bernama Shanon?Lupakan, Kylian tidak ingin memikirkan masalah percintaan orang lain.Pria itu segera kembali ke tempat duduknya, di mana di sana sudah ada Axelion, sahabatnya. Tatapannya sejenak bertemu dengan Ellaine, tapi Ellaine segera memutuskan kontak mata dengannya."Kau ingin
Ellaine berhenti membaca berkas di atas meja. Wanita itu merasa perutnya sangat sakit sekarang. Tubuhnya mulai berkeringat dingin karena rasa sakit itu.Ia telah melewatkan sarapan, makan siang dan makan malamnya. Kejadian kemarin telah mempengaruhi suasana hati Ellaine sehingga ia menenggelamkan dirinya di dalam pekerjaan dan melupakan jadwal makannya.Hal seperti ini bukan pertama kalinya, jika suasana hati Ellaine buruk karena Aaric maka selera makannya akan hilang.Wanita itu bangkit dari kursi kebesarannya dan meninggalkan ruang kerjanya. Ia kembali ke kamarnya lalu meminum obat yang biasa ia konsumsi ketika perutnya sakit.Setelah meminum obat, Ellaine membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Biasanya dalam beberapa waktu ke depan rasa sakitnya akan berkurang.Waktu berlalu, rasa sakit yang Ellaine derita masih tidak berkurang dan semakin bertambah sakit, tampaknya kali ini obat yang ia minum tidak bisa membantunya sama sekali.Ellaine mengambil ponselnya. Wanita itu hendak menghu
"Apakah Aaric memperlakukanmu dengan baik?""Kenapa Kakek bertanya seperti itu?" Ellaine sedikit heran dengan pertanyaan kakeknya."Kemarin Ibu mendengar beberapa wanita bergosip tentangmu dan Aaric. Salah satu dari mereka ada di restoran yang sama denganmu, tapi saat itu kau duduk dengan Krystal, sedangkan Aaric duduk di tempat lain dengan Shanon." Irene menjawab pertanyaan yang diarahkan putrinya pada sang kakek. "Wanita itu juga mengatakan bahwa kau dan Aaric terlihat sedang berdebat. Lalu Aaric kembali ke sisi Shanon dan beberapa waktu kemudian Aaric membawa Shanon meninggalkan restoran."Jika sudah seperti ini Ellaine tidak bisa menyembunyikan kebenarannya lagi. Pada akhirnya ia masih tetap membuat orangtua dan kakeknya mengkhawatirkannya."Kakek, Ayah dan Ibu tidak perlu mengkhawatirkanku. Pertengkaran kecil di dalam sebuah hubungan adalah sesuatu yang wajar." Ellaine mencoba menenangkan tiga orang yang sangat ia sayangi di dunia ini."Ell, jika Aaric tidak memperla
Acara ulang tahun perusahaan Axelion telah berlangsung. Para tamu undangan yang mengenakan pakaian mahal telah mengisi aula mewah itu.Seperti tamu lainnya, malam ini Kylian mengenakan setelan jas. Pria itu tampak sangat berbeda dari penampilannya yang santai pada hari-hari biasanya.Kylian telah menyapa orangtua Axelion sebelum ia memilih untuk mencari tempat yang nyaman baginya, tentunya tidak terlalu ramai. Dan itu adalah di sudut ruangan.Akan tetapi, bukan Kylian namanya jika pria itu tidak menjadi pusat perhatian. Beberapa wanita menatap Kylian dengan tatapan memuja, mereka bahkan lupa bahwa saat ini mereka sedang bersama dengan pasangan mereka.Kylian mengabaikan tatapan-tatapan nakal yang terarah padanya. Acara belum dimulai, tapi Kylian sudah berpikir untuk meninggalkan aula itu. Jika bukan karena menghargai persahabatannya dengan Axelion, dia pasti sudah pergi sekarang.Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna putih yang membuatnya
"Apakah kau selalu bersikap seperti ini terhadap pengguna jasamu?" Ellaine memecah kesunyian di dalam mobil.Kening Kylian berkerut, bersikap seperti ini? Senyum geli tampak di wajah Kylian setelah ia mengerti maksud dari kata-kata Ellaine. Ia bahkan tidak pernah merawat luka orang lain sebelumnya. "Tidak ada pengguna jasaku yang terluka sebelumnya, Nona Ellaine.""Lalu, bagaimana kau bisa begitu mahir merawat orang lain?" Ini bukan pertama kalinya Kylian membantunya, ketika di rumah sakit Kylian juga merawatnya dengan cukup baik."Mungkin karena aku memang terlahir dengan kemampuan itu." Kylian menjawab asal. Bagaimana ia bisa menjelaskan pada Ellaine saat hal itu terjadi secara tiba-tiba. Sejauh ini hanya Ellaine yang pernah ia temani di rumah sakit dan ia obati lukanya."Aku akan membayarmu nanti.""Sepertinya Nona Ellaine selalu menghargai tindakanku dengan uang.""Tidak ada makan siang gratis." Ellaine hidup di medan perang yang di mana seti
Kylian pikir suasana Ellaine sudah sedikit lebih baik setelah ia membawa wanita itu ke pantai, tapi tampaknya ia salah. Ellaine masih berakhir di meja bar.Ia tidak mengerti kenapa wanita luar biasa seperti Ellaine bisa begitu kacau hanya karena cinta. Mungkinkah karena cinta Ellaine terhadap Aaric sangatlah besar?Namun, apakah sepadan jika Ellaine harus berakhir di bar karena pria yang tidak menghargai perasaannya sama sekali?Entahlah, Kylian tidak pernah terlibat dalam urusan perasaan, jadi ia tidak tahu apa-apa tentang rasa patah hati. Namun, jika hal seperti itu terjadi padanya, daripada bersedih dan menenggelamkan diri pada minuman alkohol ia lebih baik mengakhiri hubungan tidak sehat itu dan mencari pengganti.Terlalu konyol jika ia larut dalam kesedihan untuk seseorang yang menyia-nyiakan perasaannya."Sudah berapa banyak kau minum, Nona Ellaine?" Kylian bertanya, ia baru saja tiba setelah Ellaine menghubunginya beberapa saat lalu. Dari yang ia lihat, Ellaine sudah minum cuku