Share

1. Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Pakaian berserakan di lantai, hanya benda-benda mati di ruangan itu yang menjadi saksi bagaimana liarnya malam yang dilalui oleh Ellaine bersama bartender yang hanya satu kali ia temui.

Bulu mata Ellaine berkibar, wanita itu terjaga sendirian di atas ranjang berukurang besar dengan sprei berwarna hitam.

Ellaine sadar sepenuhnya atas apa yang ia lakukan semalam, jadi wanita itu tidak heran ketika melihat tubuhnya tidak mengenakan apapun.

Ia turun dari ranjang dengan tenang, memunguti pakaiannya dan pergi ke kamar mandi. Wanita itu membersihkan dirinya, lalu kemudian keluar dari sana setelah kembali mengenakan pakaiannya semalam.

Saat Ellaine keluar dari kamar berbau maskulin itu, ia mendapati sosok Kylian yang saat ini sedang menata meja makan. Pria itu hanya mengenakan celana santai panjang tanpa mengenakan atasan. Bagian atas tubuhnya terlihat sangat atletis.

"Sarapan Anda, Nona." Kylian mengarahkan tatapannya pada Ellaine.

Ellaine menghargai keramahan Kylian, wanita itu melangkah menuju ke meja makan.

Kylian menarik kursi untuk Ellaine, pria itu memperlakukan wanita dengan sangat baik.

Ellaine bisa menilai dari cara Kylian bahwa pria ini pasti telah melayani begitu banyak wanita.

"Saya harap Anda menyukai sarapan Anda." Kylian bergerak menuju ke tempatnya.

Ellaine tidak menjawab, ia segera mencicipi sarapan yang di sajikan Kylian, untuk dirinya yang pilih-pilih makanan, sarapan itu cukup bisa ia terima.

"Saya tidak tahu apakah Anda menyukai teh atau kopi, jadi saya menyiapkan keduanya." Kylian bersuara lagi. Pria itu tersenyum pada Ellaine.

"Kopi." Ellaine mengambil secangkir kopi, ia mencicipi sedikit dan lagi-lagi ia menyukai rasanya. "Tidak buruk." Ellaine pelit akan pujian, tapi ketika ia memuji sesuatu artinya itu benar-benar sesuai dengan yang ia ucapkan.

"Saya senang jika Anda menyukainya." Kylian juga menyeruput kopi buatannya sendiri.

Sarapan itu berakhir. Ellaine mengeluarkan uang dari tasnya. "Ini adalah bayaran atas pelayananmu." Ia meletakan uang itu di atas meja.

Kylian menatap uang itu sejenak, lalu kemudian pandangannya beralih pada Ellaine lagi. "Anda sangat murah hati." Ia tidak perlu menghitung jumlah uang itu, tapi ia bisa mengatakan bahwa jumlahnya ribuan dollar.

"Kau pantas mendapatkannya."

"Kalau begitu, terima kasih, Nona."

Ellaine berdiri dari tempat duduknya. "Urusan kita sudah selesai, setelah ini anggap saja tidak pernah bersinggungan sebelumnya."

"Jika itu yang Anda inginkan maka baiklah." Kylian mengikuti kemauan Ellaine. Pria itu kemudian mengantar Ellaine sampai ke depan pintu apartemennya. "Hati-hati di jalan, Nona."

Ellaine lagi-lagi tidak menjawab, wanita itu hanya terus melangkah melewati pintu dan keluar dari tempat tinggal Kylian.

Kylian menutup pintunya setelah ia melihat Ellaine masuk ke dalam lift. Pria itu kembali ke meja makan, ia meraih cangkir kopinya kembali. Pandangannya kini menatap ke sejumlah uang yang merupakan bayarannya.

Pria itu terkekeh geli. Itu adalah harga untuk kehilangan keperjakaannya. Tidak buruk, harganya masih cukup tinggi. Terlebih ia menghabiskan malam pertamanya dengan wanita yang cukup menarik.

Dari penampilan wanita asing itu, Kylian bisa menilai bahwa wanita itu berasal dari kalangan atas. Setiap barang yang dikenakan olehnya bernilai uang yang tinggi.

Malam yang ia lalui semalam sangat luar biasa, pengalaman bercinta pertamanya akan menjadi memori yang paling berkesan dalam hidupnya.

Ia telah hidup selama dua puluh empat tahun, tapi selama itu juga ia belum pernah merasakan nikmatnya tubuh wanita. Bukan karena ia tidak normal sebagai laki-laki, tapi karena sejauh ini tidak ada yang bisa membuatnya bergairah.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Kylian, pria itu mengambil ponselnya dan menjawab panggilan dari temannya.

"Aku dengar semalam kau membawa seorang bersamamu."

"Kau mendapatkan berita dengan sangat cepat."

Suara tawa terdengar dari seberang sana. "Jadi, apakah akhirnya kau melepaskan keperjakaanmu?"

"Apakah kau sangat santai sehingga memiliki waktu mengurusi urusan pribadiku?"

"Aku ada rapat sebentar lagi, tapi aku masih memiliki sedikit waktu untuk menghubungimu. Aku mungkin tidak bisa rapat dengan tenang jika aku tidak menanyakannya." Axelion menjawab sekenanya. "Jadi, bagaimana rasanya setelah kehilangan keperjakaanmu?"

Kylian menggelengkan kepalanya atas pertanyaan sahabat baiknya itu. "Tidak buruk."

"Waw!" Axel tidak bisa untuk tidak takjub. "Wanita hebat mana yang berhasil menaklukan seorang Kylian Lannister. Katakan padaku seperti apa wanita itu?"

"Cantik dan menarik. Dia seperti mawar hitam, terlihat berduri, tapi sangat memikat."

"Kylian, sepertinya kau jatuh hati pada wanita itu."

"Konyol, jatuh hati tidak akan semudah itu."

"Ada yang disebut jatuh cinta pada pandangan pertama, Kylian."

"Menggelikan mendengar seorang Axelion Lector membahas mengenai cinta pada pandangan pertama."

"Ya, sebenarnya itu terdengar sedikit tidak masuk akal, tapi aku pikir itu mungkin saja terjadi padamu. Omong-omong siapa wanita yang tidur denganmu?"

"Aku tidak tahu."

"Maksudmu?"

"Aku tidak menanyakan namanya dan dia tidak memberitahuku namanya."

"Nomor ponselnya?"

"Tidak ada."

"Itu bukan masalah besar, apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Lannister. Hanya mencari identitas satu wanita."

"Wanita itu memintaku untuk bersikap seolah tidak pernah bersinggungan sebelumnya."

Axelion terheran-heran. Ia telah mengenal Kylian selama dua puluh tahun, dan sejauh ini ada begitu banyak wanita yang tergila-gila pada Kylian. Namun, wanita yang berhasil tidur dengan Kylian malah tidak ingin berhubungan lagi dengan Kylian.

"Aku rasa kau mungkin tidur dengan istri orang, Kylian."

Kylian terdiam sejenak. Istri orang? Apakah ia benar-benar tidur dengan istri orang semalam? Kylian mengingat-ingat lagi, memang ada cincin di jari manis wanita itu.

Selain itu hanya wanita-wanita kesepian yang akan menggunakan jasa gigolo.

"Kenapa kau diam saja, Kylian? Apakah tebakanku benar?"

"Mungkin kau tidak salah."

Axelion tidak bisa menahan tawanya. "Sungguh pengalaman yang sangat tidak akan bisa kau lupakan, Kylian."

Kylian yakin Axelion akan tertawa lebih besar jika pria itu tahu bahwa ia dibayar dengan uang ribuan dollar untuk satu malam. Lupakan saja, ia tidak akan bercerita pada Axelion.

"Aku pikir rasa penarasanmu sudah terobati sekarang. Kau bisa rapat dengan tenang sekarang."

"Ya, tidak ada lagi yang mengganggu pikiranku sekarang. Oh benar, aku yakin orangtuamu akan sangat tenang jika mereka tahu bahwa kau sudah tidak perjaka lagi."

Suasana hati Axelion sangat baik hari ini karena ia dapat terus-terusan menggoda Kylian. Selama bertahun-tahun ini orangtua Kylian beberapa kali mengeluh pada Axelion karena Kylian yang tidak memiliki teman wanita. Hal itu membuat mereka berpikir bahwa putra mereka mungkin memiliki orientasi seks yang menyimpang.

"Jangan jadi wanita yang suka bergosip." Kylian kemudian memutuskan panggilan itu.

Kylian bergerak menuju ke dinding kaca apartemennya bersama dengan cangkir kopinya yang mulai dingin. Pria itu masih memikirkan status wanita yang tidur dengannya. Lupakan saja, ia juga tidak akan berhubungan lagi dengan wanita itu.

**

"Ell, kenapa kau tidak menjawab panggilanku?" Aaric mendekati Ellaine yang saat ini sedang fokus pada berkas kontrak bisnis yang ada di tangannya.

Sejak pagi ia memang mengabaikan pesan dan panggilan dari Aaric. Biasanya sesibuk apapun Ellaine, meski ia tidak bisa menjawab panggilan Aaric ia akan membalas pesan dari pria yang sangat ia cintai itu.

"Aku sibuk." Ellaine membalas singkat. Biasanya wanita itu akan menggunakan suara yang menyenangkan ketika ia bicara dengan Aaric, tapi karena suasana hatinya masih buruk ia maka suaranya terdengar dingin. "Untuk apa kau ke sini? Apakah adik tersayangmu sudah tidak membutuhkanmu lagi?"

Aaric tahu bahwa Ellaine marah padanya, jadi ia sengaja datang ke perusahaan Ellaine untuk membujuk tunangannya secara langsung. Pria itu kini berdiri di belakang kursi Ellaine, ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak buludru dan membukanya, lalu mengambil isi kotak tersebut.

Sebuah kalung ada di sana, Aaric memasangkan kalung itu ke leher Ellaine. "Maafkan aku, aku tahu aku salah."

Ellaine selalu memaafkan Aaric dengan mudah, dua kali ulang tahunnya di masa lalu, Aaric juga meminta maaf padanya ketika datang terlambat dan membuatnya menunggu sangat lama. Namun, kali ini tidak akan semudah itu lagi.

"Jika tidak ada yang ingin kau katakana lagi, kau bisa pergi dari sini. Aku memiliki banyak pekerjaan."

"Ell, ayolah." Aaric tidak suka Ellaine bersikap berlebihan seperti ini. Ia sudah meninggalkan pekerjaannya khusus untuk meminta maaf pada Ellaine, seharusnya Ellaine melepaskan masalah ini.

Ellaine melepaskan kalung yang ia kenakan. "Bawa kembali, aku tidak membutuhkan hadiah apapun darimu."

"Ell, kenapa kau sangat kekanakan seperti ini? Berapa usiamu hingga kau membesarkan hal sepele."

Ellaine mendengkus sinis. "Benar, aku sangat kekanakan hanya adik tersayangmu yang dewasa. Sudahlah, aku tidak ingin bertengkar denganmu di sini, pergilah."

"Tampaknya kau memang membutuhkan waktu untuk sendiri. Aku akan pergi. Hubungi aku jika kau sudah merasa lebih tenang." Aaric tidak membujuk Ellaine lebih jauh.

Pria itu sudah lelah semalaman menjaga Shanon. Pagi-pagi sekali ia sudah pergi ke perusahaannya untuk sebuah pertemuan penting. Dan kemudian segera menemui Ellaine. Ia tidak beristirahat sama sekali, energinya sudah cukup terkuras, jika ia terus-terusan menghadapi sifat tidak dewasa Ellaine maka ia mungkin akan kehilangan kesabarannya.

Ia sangat tidak mengerti kenapa Ellaine tidak menyukai Shanon padahal Shanon adalah wanita yang manis. Andai saja Ellaine bisa berteman dengan Shanon maka itu akan sangat bagus.

Sudahlah, Ellaine tidak akan tahan marah padanya untuk waktu yang lama. Ia tahu betapa Ellaine mencintainya.

tbc

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
dasar lakiĀ² egois nih aaric
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status