Sekali lagi Ellaine terjaga di ranjang Kylian. Namun, kali ini ia tidak terjaga sendirian karena Kylian masih berada di sebelahnya.
"Selamat pagi, Nona." Kylian menyapa Ellaine dengan senyuman di wajah tampannya.
"Jam berapa sekarang?"
"Enam pagi."
Ellaine turun dari ranjang. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Ellaine menatap Kylian yang saat ini berada di kamar mandi.
"Mandi bersama Anda." Kylian melepaskan celana yang ia kenakan. Kejantanannya saat ini telah mengeras.
Mandi bersama itu memakan waktu yang cukup lama. Ellaine hampir kehabisan tenaga karena stamina Kylian yang seperti tidak ada habisnya.
Selagi Ellaine berpakaian, Kylian menyiapkan sarapan dengan suasana hati yang sangat baik.
Ellaine memiliki beberapa pekerjaan penting pagi ini, tapi karena waktu yang hilang karena Kylian, ia memerintahkan sekertarinya untuk mengatur ulang jadwalnya hari ini.
Sebelumnya ia tidak pernah tidak professional seperti ini, tapi Kylian berhasil membuatnya melakukan hal itu.
"Sarapan Anda sudah siap, Nona."
Ellaine menyantap sarapannya tanpa banyak bicara, setelahnya ia mengeluarkan sejumlah uang dan meletakannya di meja.
"Nona, bisakah aku menanyakan beberapa hal kepada Anda?"
"Katakan."
"Siapa nama Anda?"
"Ellaine Lewellyn."
"Apakah Anda memiliki suami?" Tatapan Kylian terarah pada jari manis Ellaine yang mengenakan cincin berlian yang indah.
"Apakah kau keberatan melayani wanita bersuami? Bukankah kau terlalu pilih-pilih?"
"Jadi, Anda benar-benar telah memiliki suami?" Kylian masih berharap Ellaine belum menikah. Ia hanya merasa moralitasnya terluka jika ia menjadi orang ketiga dalam pernikahan seseorang.
"Tidak, aku belum menikah."
"Syukurlah kalau begitu. Saya tidak ingin ada pria yang mendatangi saya karena saya tidur dengan istri orang."
"Apakah ada lagi yang ingin kau tanyakan?"
"Tidak ada."
Ellaine segera berdiri dari tempat duduknya. "Berikan aku nomor ponselmu." Ia mengulurkan ponselnya pada Kylian.
Kylian dengan senang hati memberikan nomor ponselnya pada Ellaine.
"Aku akan menghubungimu jika aku membutuhkan pelayanan darimu."
"Saya akan menunggu panggilan dari Anda." Kylian tersenyum hangat.
Ellaine tidak akan menolak mengakui bahwa Kylian sangat tampan. Ini mungkin menjadi salah satu alasan kenapa ia bisa memiliki pemikiran ingin tidur dengan pria di depannya.
"Kylian, bukan?"
"Benar, Nona Ellaine."
Setelah menyimpan nomor ponsel Kylian, Ellaine meninggalkan apartemen Kylian.
Kylian kembali menyeruput kopinya. Ia segera meraih ponselnya lalu kemudian mencari tentang Ellaine Lewellyn di internet.
Sederet artikel mengenai Ellaine keluar, rupanya wanita yang tidur dengannya adalah seorang pemimpin perusahaan besar. Ellaine juga merupakan pewaris dari keluarga kalangan atas di negara ini. Tidak heran jika Ellaine begitu murah hati dalam memberikan biaya pelayanan untuknya.
Kylian terus membaca artikel mengenai Ellaine, dan ia menemukan bahwa ternyata Ellaine telah memiliki tunangan yang bernama Aaric Heiner, seorang pemimpin perusahaan teknologi yang memiliki latar belakang yang sama dengan Ellaine.
Ada beberapa foto kebersamaan Aaric dan Ellaine di internet, keduanya tampak begitu serasi.
Ellaine sudah memiliki tunangan yang sempurna, lalu apa alasan wanita itu mengkhianati tunangannya sendiri? Apakah mungkin Ellaine memang memiliki kehidupan yang seperti itu? Berhubungan dengan banyak laki-laki di belakang tunangannya?
Namun, Kylian tidak menemukan ada rumor buruk tentang Ellaine, semua yang ada di internet adalah hal positif yang menceritakan semua pencapaian Ellaine, si pemimpin muda dari perusahaan besar dengan gurita bisnis yang tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia.
Kylian sudah cukup membaca, pria itu meletakan kembali ponselnya ke meja. Sejujurnya ia masih merasa moralitasnya rusak. Ia memang tidak berhubungan dengan istri orang, tapi tetap saja ia menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan. Tidak, ia juga tidak bisa disebut sebagai orang ketiga dalam hubungan Ellaine dengan tunangannya, ia hanya menjual jasa dan Ellaine adalah pengguna jasanya. Ia dan Ellaine tidak memiliki perasaan istimewa satu sama lain.
**
"Shanon benar-benar licik." Krystal, sahabat Ellaine tidak bisa menahan kebenciannya setelah ia mendengarkan cerita dari sahabatnya. Tatapan tajamnya kini terarah pada Shanon yang duduk berhadapan dengan Aaric.
Sejak kematian Benjamin empat tahun lalu, Shanon selalu menempel pada Aaric dan berpura-pura rapuh. Wanita itu mulai memonopoli Aaric dengan kondisinya yang hanya sebatang kara.
Selama bertahun-tahun itu Ellaine tidak banyak mengeluh ketika Aaric lebih memperhatikan Shanon daripada Ellaine sendiri. Ellaine telah menjadi tunangan yang sangat pengertian, meski sikap Aaric terkadang terkesan cuek, tapi Ellaine tidak pernah mempermasalahkannya itu semua karena Ellaine sangat mencintai Aaric.
Sejujurnya Krystal sudah muak melihat sikap Aaric yang lebih mementingkan wanita lain daripada tunangannya sendiri, tapi ia tahu seberapa besar Ellaine mencintai Aaric, jadi ia tidak tega untuk meminta Ellaine meninggalkan Aaric.
Nyatanya Ellaine menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mengagumi dan mengejar Aaric, tapi sayangnya Aaric kurang menghargai semua itu.
"Apakah kau akan menyerah pada Aaric dan membiarkan Shanon menang?"
"Aku tidak tahu, Krystal. Saat ini aku hanya merasa lelah. Di mata Aaric aku selalu tidak pernah bisa lebih baik dari Shanon.
Jika diteruskan mungkin aku akan mengalami kerusakan yang lebih banyak, tapi sulit untuk berhenti karena aku sangat mencintai Aaric."
Ellaine telah memiliki begitu banyak mimpi tentang masa depannya bersama Aaric, rasanya ia tidak bisa merelakan semua mimpi itu hancur begitu saja.
Namun, melihat Aaric yang saat ini bersama dengan Shanon membuat hatinya terluka. Aaric tidak menghubunginya atau mencoba memperbaiki hubungan mereka. Pria itu malah bersama dengan Shanon sekarang. Apakah ia sungguh tidak cukup berarti bagi Aaric?
"Jika seperti itu maka kau tidak bisa bertengkar dengan Aaric lebih lama lagi. Shanon akan menggunakan kesempatan ini untuk memperburuk hubunganmu dengan Aaric." Krystal tidak ingin Shanon berhasil dalam upayanya menghancurkan hubungan Ellaine dan Aaric. Ada begitu banyak perjuangan yang dilakukan oleh Ellaine untuk menjadikan Aaric sebagai miliknya, rasanya akan sangat disayangkan jika semua itu sia-sia dan hancur hanya karena wanita penggoda seperti Shanon.
"Untuk saat ini biarkan saja seperti ini. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri."
Krystal menggenggam tangan Ellaine. "Apapun keputusanmu aku akan mendukungmu, Ellaine. Kau yang paling tahu apa yang terbaik untuk dirimu sendiri."
"Terima kasih." Ellaine sangat menghargai dukungan dari sahabatnya.
Di sisi lain restoran, Shanon mulai bicara pada Aaric dengan wajah yang merasa bersalah. "Aaric sepertinya kau harus menjelaskan pada Ellaine agar ia tidak semakin salah paham. Jika aku yang pergi ke sana untuk menjelaskan, aku takut akan memancing amarah Ellaine."
Aaric menatap Shanon sejenak, bahkan setelah mendapatkan tuduhan kejam dari Ellaine, Shanon masih ingin menjaga perasaan Ellaine. "Aku akan bicara dengan Ell."
"Ya."
Aaric meninggalkan Shanon, pria itu pergi ke meja Ellaine. "Bisakah kita bicara berdua?"
"Tidak ada yang perlu dibicarakan."
"Ell."
"Aku akan pergi, silahkan kalian bicara." Krystal memilih untuk pergi agar pasangan yang sedang bertengkar di depannya bisa bicara.
"Aku dan Shanon tidak merencanakan untuk makan bersama, kami kebetulan bertemu di depan."
"Sungguh sebuah kebetulan yang sangat pas." Ellaine mengomentari dingin.
"Ell, Shanon bukan seperti yang kau pikirkan. Dia tidak memiliki pemikiran untuk menggodaku. Semalam dia datang hanya karena tahu aku sakit."
Ellaine muak mendengar Aaric membela Shanon. Tunangannya mungkin tidak melihat wajah asli Shanon, tapi tidak dengannya. Ia melihat dengan jelas bahwa Shanon memiliki perasaan terhadap Aaric.
"Jika yang ingin kau katakan hanya tentang wanita itu maka tidak ada lagi yang perlu dibicarakan."
"Kenapa kau begitu membenci Shanon akhir-akhir ini? Apakah ini masih karena aku tidak menemanimu di hari ulang tahunmu? Ell, kau benar-benar picik. Shanon sakit saat itu, seharusnya kau bisa mengerti bahwa hanya aku yang bisa ia andalkan." Aaric ingin meledak, tapi ia masih menjaga nada suaranya agar tidak meninggi.
"Picik?" Ellaine merasa getir. "Jadi seperti itu aku di pikiranmu."
"Jika kau terus seperti ini maka lebih baik kita memikirkan kembali rencana pernikahan kita tahun depan." Aaric mengancam dengan serius.
"Bagus sekali, Aaric. Kau bahkan memiliki niat seperti ini karena wanita itu."
"Ini bukan karena Shanon, tapi karena sikapmu sendiri. Jangan menyalahkan orang lain. Kau membuatku lelah. Aku membutuhkan wanita yang bisa mengerti posisiku, bukan menempatkanku dalam posisi sulit," balas Aaric. "Lebih baik kau mengubah sikapmu jika kau masih ingin bersamaku, Ellaine. Kau sungguh membuatku kecewa."
Setelah mengatakan itu, Aaric meninggalkan Ellaine. Ia benar-benar sudah lelah menghadapi sikap Ellaine yang membesarkan masalah sepele.
Ia sangat yakin bahwa Ellaine seperti ini karena ia menemani Shanon di rumah sakit dan bukannya menemaninya merayakan ulang tahunnya. Ellaine terlalu memikirkan dirinya sendiri, padahal ia bisa bersama dengan Ellaine di hari lain.
tbcHati Ellaine seperti ditusuk-tusuk. Ia adalah pihak yang terluka di sini, tapi ia jugalah yang diminta untuk mengubah sikapnya.Apakah yang telah dia lakukan selama bertahun-tahun ini tidak cukup? Ia telah begitu banyak mengalah tanpa mengeluh, tapi hanya dengan sedikit keluhan darinya, Aaric sudah berkata untuk memikirkan ulang rencana pernikahan mereka yang telah disepakati tahun depan? Bukankah itu terlalu berlebihan?Krystal kembali setelah melihat Aaric meninggalkan Ellaine, dari raut wajah keduanya ketika berpisah, mereka tampaknya tidak memiliki akhir yang baik dari percakapan barusan."Aku akan ke toilet." Ellaine tidak tahan, ia ingin menenangkan hatinya sejenak."Ya."Ellaine pergi menuju ke toilet, sampai di sana wanita itu berdiri di depan cermin. Bohong jika ia tidak ingin menangis sekarang. Perasaannya selama lebih dari delapan tahun ini tampaknya tidak begitu berharga di mata Aaric.Dan yang lebih membuatnya sakit adalah kenyataan bahw
Kylian keluar dari toilet setelah pria itu mendengarkan pertengkaran antara sosok yang tidak begitu ia kenali kepribadiannya, tapi sangat ia kenali tubuhnya dengan dua orang asing yang belum pernah ia temui sama sekali.Ia tidak bermaksud untuk menguping, hanya saja ketika ia menyadari bahwa yang ada di sana adalah Ellaine, ia memilih untuk tinggal.Dari pertengkaran tadi Kylian tidak bisa mengomentari terlalu banyak, tapi dari yang dilihat olehnya tampaknya tunangan Ellaine adalah pria tolol yang lebih mempercayai wanita lain daripada wanitanya sendiri, bukankah seharusnya tadi pria itu meminta penjelasan dari Ellaine terlebih dahulu bukan langsung menuduhnya dan memaksanya untuk meminta maaf pada wanita bernama Shanon?Lupakan, Kylian tidak ingin memikirkan masalah percintaan orang lain.Pria itu segera kembali ke tempat duduknya, di mana di sana sudah ada Axelion, sahabatnya. Tatapannya sejenak bertemu dengan Ellaine, tapi Ellaine segera memutuskan kontak mata dengannya."Kau ingin
Ellaine berhenti membaca berkas di atas meja. Wanita itu merasa perutnya sangat sakit sekarang. Tubuhnya mulai berkeringat dingin karena rasa sakit itu.Ia telah melewatkan sarapan, makan siang dan makan malamnya. Kejadian kemarin telah mempengaruhi suasana hati Ellaine sehingga ia menenggelamkan dirinya di dalam pekerjaan dan melupakan jadwal makannya.Hal seperti ini bukan pertama kalinya, jika suasana hati Ellaine buruk karena Aaric maka selera makannya akan hilang.Wanita itu bangkit dari kursi kebesarannya dan meninggalkan ruang kerjanya. Ia kembali ke kamarnya lalu meminum obat yang biasa ia konsumsi ketika perutnya sakit.Setelah meminum obat, Ellaine membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Biasanya dalam beberapa waktu ke depan rasa sakitnya akan berkurang.Waktu berlalu, rasa sakit yang Ellaine derita masih tidak berkurang dan semakin bertambah sakit, tampaknya kali ini obat yang ia minum tidak bisa membantunya sama sekali.Ellaine mengambil ponselnya. Wanita itu hendak menghu
"Apakah Aaric memperlakukanmu dengan baik?""Kenapa Kakek bertanya seperti itu?" Ellaine sedikit heran dengan pertanyaan kakeknya."Kemarin Ibu mendengar beberapa wanita bergosip tentangmu dan Aaric. Salah satu dari mereka ada di restoran yang sama denganmu, tapi saat itu kau duduk dengan Krystal, sedangkan Aaric duduk di tempat lain dengan Shanon." Irene menjawab pertanyaan yang diarahkan putrinya pada sang kakek. "Wanita itu juga mengatakan bahwa kau dan Aaric terlihat sedang berdebat. Lalu Aaric kembali ke sisi Shanon dan beberapa waktu kemudian Aaric membawa Shanon meninggalkan restoran."Jika sudah seperti ini Ellaine tidak bisa menyembunyikan kebenarannya lagi. Pada akhirnya ia masih tetap membuat orangtua dan kakeknya mengkhawatirkannya."Kakek, Ayah dan Ibu tidak perlu mengkhawatirkanku. Pertengkaran kecil di dalam sebuah hubungan adalah sesuatu yang wajar." Ellaine mencoba menenangkan tiga orang yang sangat ia sayangi di dunia ini."Ell, jika Aaric tidak memperla
Acara ulang tahun perusahaan Axelion telah berlangsung. Para tamu undangan yang mengenakan pakaian mahal telah mengisi aula mewah itu.Seperti tamu lainnya, malam ini Kylian mengenakan setelan jas. Pria itu tampak sangat berbeda dari penampilannya yang santai pada hari-hari biasanya.Kylian telah menyapa orangtua Axelion sebelum ia memilih untuk mencari tempat yang nyaman baginya, tentunya tidak terlalu ramai. Dan itu adalah di sudut ruangan.Akan tetapi, bukan Kylian namanya jika pria itu tidak menjadi pusat perhatian. Beberapa wanita menatap Kylian dengan tatapan memuja, mereka bahkan lupa bahwa saat ini mereka sedang bersama dengan pasangan mereka.Kylian mengabaikan tatapan-tatapan nakal yang terarah padanya. Acara belum dimulai, tapi Kylian sudah berpikir untuk meninggalkan aula itu. Jika bukan karena menghargai persahabatannya dengan Axelion, dia pasti sudah pergi sekarang.Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna putih yang membuatnya
"Apakah kau selalu bersikap seperti ini terhadap pengguna jasamu?" Ellaine memecah kesunyian di dalam mobil.Kening Kylian berkerut, bersikap seperti ini? Senyum geli tampak di wajah Kylian setelah ia mengerti maksud dari kata-kata Ellaine. Ia bahkan tidak pernah merawat luka orang lain sebelumnya. "Tidak ada pengguna jasaku yang terluka sebelumnya, Nona Ellaine.""Lalu, bagaimana kau bisa begitu mahir merawat orang lain?" Ini bukan pertama kalinya Kylian membantunya, ketika di rumah sakit Kylian juga merawatnya dengan cukup baik."Mungkin karena aku memang terlahir dengan kemampuan itu." Kylian menjawab asal. Bagaimana ia bisa menjelaskan pada Ellaine saat hal itu terjadi secara tiba-tiba. Sejauh ini hanya Ellaine yang pernah ia temani di rumah sakit dan ia obati lukanya."Aku akan membayarmu nanti.""Sepertinya Nona Ellaine selalu menghargai tindakanku dengan uang.""Tidak ada makan siang gratis." Ellaine hidup di medan perang yang di mana seti
Kylian pikir suasana Ellaine sudah sedikit lebih baik setelah ia membawa wanita itu ke pantai, tapi tampaknya ia salah. Ellaine masih berakhir di meja bar.Ia tidak mengerti kenapa wanita luar biasa seperti Ellaine bisa begitu kacau hanya karena cinta. Mungkinkah karena cinta Ellaine terhadap Aaric sangatlah besar?Namun, apakah sepadan jika Ellaine harus berakhir di bar karena pria yang tidak menghargai perasaannya sama sekali?Entahlah, Kylian tidak pernah terlibat dalam urusan perasaan, jadi ia tidak tahu apa-apa tentang rasa patah hati. Namun, jika hal seperti itu terjadi padanya, daripada bersedih dan menenggelamkan diri pada minuman alkohol ia lebih baik mengakhiri hubungan tidak sehat itu dan mencari pengganti.Terlalu konyol jika ia larut dalam kesedihan untuk seseorang yang menyia-nyiakan perasaannya."Sudah berapa banyak kau minum, Nona Ellaine?" Kylian bertanya, ia baru saja tiba setelah Ellaine menghubunginya beberapa saat lalu. Dari yang ia lihat, Ellaine sudah minum cuku
Sekali lagi Kylian tertawa geli, pria itu kini memegang kartu hitam yang diberikan oleh Ellaine padanya. Ia tidak membutuhkan kartu itu sama sekali untuk membeli apapun yang ia inginkan, nyatanya ia juga memiliki kartu hitam yang sama dengan milik Ellaine.Namun, tidak apa-apa baginya jika Ellaine terus menganggapnya sebagai pria yang bisa dibayar dengan uang. Ia cukup menikmati perannya saat ini. Saat orang lain hanya bisa memimpikan Ellaine, ia bisa dengan mudah menjadi pria Ellaine, ya meskipun hanya sebagai pria bayaran.Suara dering ponsel mengalihkan pikiran Kylian. Pria itu segera meraih ponselnya dan menjawab panggilan masuk di sana."Ya, Bu.""Temani Ibu belanja.""Aku akan segera menjemput Ibu.""Ya. Hati-hati di jalan.""Baik, Bu.""Ibu mencintaimu.""Aku juga mencintai Ibu."Kylian mengakhiri panggilan itu dengan sebuah kecupan. Pria itu kemudian mengganti pakaiannya lalu segera menjemput ibunya.Setelah empat puluh menit berkendara, Kylian sampai di sebuah kawasan elit. M