Share

43. Cerai Lagi?

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-11-17 21:05:30

"Kau gila!" tanya Melissa tak habis pikir.

"Kau sinting? Kau tidak waras atau bagaimana?" Dia kembali bertanya, merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Okta.

Begitu mudahnya meminta hak dalam perusahaannya setelah apa yang pria itu lakukan padanya. Yang benar saja.

Melissa tertawa. Dia menjentikkan jarinya di depan wajah Okta beberapa kali. "Hei bangun. Bangun. Ini sudah pagi. Waktunya sudah bangun. Jangan terus bermimpi," ujar Melissa memberitahu.

"Bagaimana mungkin kamu meminta sesuatu yang pastinya tidak mungkin aku berikan? Bahkan jika kamu masih menjadi suamiku pun, aku juga tidak akan melakukan itu, Mas. Apalagi setelah apa yang kamu lakukan padaku," ujar perempuan itu dengan menunjuk dadanya menggunakan kedua tangan.

Apa yang dikatakan Melisa membuat Rani sempat merasa tidak enak. Karena bagaimanapun dia juga turut andil dalam hancurnya rumah tangga mereka.

Melissa yang mengerti menatap Rani, dia mengangkat tangan. "Aku tidak bermaksud, Ran. Maaf."

Rani
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   44. Ini Lamaran?

    Okta memasuki kediaman orang tuanya dengan wajah ditekuk. Semua penyesalan akan apa yang telah dia lakukan tiada guna, membuat dia kehilangan semuanya.Khalif dan sang istri yang melihat kedatangan Okta pun mengerutkan keningnya. "Dia kenapa, Ma?" tanya Khalif pada Windi.Windi yang sedang asyik memakan keripik menggeleng dan mengedikkan bahunya. "Tidak tahu, Pa."Okta berjalan mendekati kedua orang tuanya. Dia menatap pasangan suami istri itu yang menunjukkan ekspresi bingung. Okta pun langsung duduk di kursi single yang ada di dekat kedua orang tuanya. "Pa, Ma," panggilnya kemudian.Khalif dan Windi saling tatap beberapa saat lalu kembali menatap ke arah Okta. ''Apa?" tanya Khalif."Aku mau cerai." Satu kalimat singkat dari Okta yang mampu mengejutkan Khalif dan Windi."Apa?" tanya Windi."Kau gila?" maki Khalif. "Baru menikah kau sudah ingin bercerai lagi? Kau benar-benar sudah tidak waras?" Dia menggeleng pelan sembari berdecak. Tak habis pikir dengan kelakuan anaknya yang satu i

    Last Updated : 2024-11-24
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   45. Orang Tua Berpisah

    "Kamu melamar aku?" tanya Melisa pada Kafka dengan kerutan di kening.Kafka masih menatap Melissa dengan santai. "Tidak ada seserahan yang aku bawa. Jadi, ini bukan lamaran. Hanya ajakan nikah saja. Itu pun kalau kamu mau." Pria itu menjawab begitu santai seolah kalau dia ditolak pun, dia tidak merasa masalah.Melisa kini malah merasa bingung. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena tidak tahu harus menjawab atau menanggapi perkataan Kafka yang tadi bagaimana.Kafka yang menyadari sikap Melissa pun mulai paham. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Anggap saja angin lalu. Toh kamu juga baru menjadi janda. Jangan terlalu keras memikirkannya."Melisa tersenyum sungkan pada Kafka. Dia bersyukur kalau pria ini mengerti apa yang dia pikirkan. "Tapi kamu tidak akan memutus kerja sama antara perusahaan kita, kan?" tanyanya kemudian.Kafka tersenyum miring. "Ini dunia kerja, Melisa. Bukan dunia permainan yang mana jika salah satu pemain merasa patah hati, maka dia akan berhenti bermain."Di

    Last Updated : 2024-12-11
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   46. Berpisah

    Melissa menatap sedih ke arah kamar Rina. Dia melihat adik tirinya itu tengah memasukkan semua pakaian ke dalam koper. Padahal, baru beberapa hari lalu dia mengeluarkannya dari koper dan menatanya di lemari.Melissa pun memasuki kamar Rina. Perempuan itu duduk di tepi ranjang dan menatap adik tirinya dengan sedih.Rina yang melihat itu pun tersenyum tipis. "Ada apa, Kak? Kenapa wajah Kakak seperti itu ekspresinya?" tanyanya kemudian."Kamu benar mau pergi juga?" tanya Melissa dengan sedih.Rani masih menunjukkan senyum tipis. Dia mengangguk beberapa kali. "Iya, Kak. Aku tidak mungkin membiarkan Mama tinggal sendirian di luar sana." Dia menjelaskan.Apa yang dikatakan oleh Rani ada benarnya. Setelah memutuskan keluar dari rumah setelah persetujuan berpisah, Riyanti akan mencari tempat tinggal lain. Jadi, mana mungkin Rani membiarkan Riyanti tinggal sendirian."Kalian nanti tinggal di mana?" tanya Melissa. "Atau tinggal di apartemen kakak saja?" Dia mencoba menawarkan. Dia meraih tangan

    Last Updated : 2024-12-14
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   47. Akhirnya Jadi Duda

    Membawa sebuah amplop berwarna cokelat dengan tulisan pengadilan agama di bagian atas, Melissa berjalan keluar dari mobil. Dia baru saja mendatangi pengadilan untuk mengambil akta cerai dari papanya.Memasuki rumah, dia mencari keberadaan sang papa. "Pa," panggilnya. Ketika dia sampai di ruang tengah, Melissa juga tidak mendapati keberadaan papanya"Mbok. Papa mana?" tanyanya ketika melihat asisten rumah tangganya datang membawa sebuah sapu."Ada di taman belakang, Non. Sedang memandikan burung,'' ujar perempuan tua itu.Kening Melissa mengerut. "Burung? Sejak kapan Papa punya burung, Mbok?" Mbok Nem tersenyum. "Baru tadi sih, Non. Tadi pagi agak siangan ada yang nganter burungnya," ujarnya memberitahu.Melissa mengangguk beberapa kali dengan bibir yang membentuk huruf o. "Ya sudah. Tolong buatin aku minum ya, Bi. Aku mau nemuin Papa dulu," ujarnya kemudian.Mbok Nem mengangguk. "Baik, Non."Melissa pun segera ke taman belakang untuk menemui sang papa. Terlihat pria itu yang tengah b

    Last Updated : 2025-01-09
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   48. (1) Dikejar Mantan Suami

    Melissa segera turun dari mobil dan berjalan cepat memasuki perusahaan. Hari ini dia akan memiliki agenda meeting yang sangat penting di luar. Akan tetapi, dia hampir terlambat karena di perjalanan terjebak macet sebab ada kecelakaan.Sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelagan tangannya, perempuan itu terus melangkah cepat tak melihat medan.Alhasil, dia tidak tahu tanda peringatan kalau lantai masih basah karena baru saja dipel. Kita tahu hasilnya bagaimana. Melissa terpeleset dan hampir saja jatuh.Beruntung seseorang melihat itu dan menolong Melissa. Bak adegan dalam film romantis, dua orang saling merangkul kala salah satu akan terjatuh. Saling pandang beberapa saat dengan alunan musik yang terdengar.Ah tidak. Itu bohong. Tak ada musik di sana."Hati-hati dong." Pria yang membantu Melisa pun berujar. Dia tersenyum melihat Melissa ada dalam pelukannya.Melisa yang melihat siapa sosok yang menyelamatkannya pun segera melepaskan diri. Dia segera membenahi penampilannya

    Last Updated : 2025-01-13
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   49. Perkelahian Adik Kakak

    Dua pria kakak beradik itu saling bertengkar, adu pukul satu sama lain. Tak peduli luka lebam yang sudah tergambar di wajah keduanya."Kurang ajar. Nggak akan aku biarkan kau mendekati Melissa." Okta terus berujar mengenai keberatannya tentang Kafka yang akan menjadikan Melissa istrinya."Tidak peduli. Kau bukan siapa-siapanya lagi. Kau tidak berhak melarangku untuk mendekatinya," balas Kafka yang tidak mau menuruti keinginan sang kakak. Siapa kakaknya memang yang harus dia turuti keinginannya?"Heh! Apa kau tidak malu mendekati mantan istri kakakmu sendiri?" Okta tak habis pikir dengan adiknya ini. Masih banyak perempuan di luar sana tetapi kenapa malah mendekati Melissa."Tidak. Untuk apa aku malu? Aku tidak tidur dengan perempuan lain ketika aku memiliki istri sehingga aku harus malu," balas Kafka kemudian. Pria itu bersifat dingin, berwajah datar tetapi mulutnya cukup julid juga."Brengs*k." Keduanya tidak hanya saling memukul, tetapi saling melempar kata-kata juga.Khalif dan Win

    Last Updated : 2025-01-13
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   50. Nama yang Sama

    "Ini bumbunya," ujar Melissa sembari memberikan bumbu untuk ikan yang sedang dibakar oleh Argo. Sesuai rencana Bagus dan Pak Bowo tadi, mereka memutuskan untuk membakar ikan yang mereka dapat dari memancing di rumah Bagus.Setelah insiden seorang anak kecil memanggil papa tadi, Bagus dan Melissa pun tahu itu ternyata adalah keponakan Argo yang memanggil Argo dengan sebutan papa.Argo mengangguk dan menerima bumbu itu dari tangan Melissa. "Terima kasih," ujar Argo. Dia mulai mengolesi ikan yang dia bakar dengan bumbu. Sedangkan Melissa membantu Argo dengan memotong mentimun di meja yang sama.Pandangan Melissa sesekali mengarah pada keberadaan gadis kecil yang duduk bersama Bagus dan Pak Bowo sembari berbincang-bincang. "Namanya Lisa ya tadi?" tanyanya kemudian."Dia lucu," lanjutnya."Melissa," ujar Argo tiba-tiba."Ha?" Melisa yang merasa dipanggil pun menoleh ke arah Argo.Argo yang mengerti hal itu pun langsung menggeleng. "Bukan-bukan. Maksud aku namanya," ujar dia dengan menunju

    Last Updated : 2025-01-17
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   51. Ulah Mantan Suami

    "Selamat pagi." Okta Pria itu membuka pintu ruangan Melissa dengan nampan berisi kopi di tangannya. Pria itu tersenyum kala melihat mantan istrinya menatap ke arah dirinya.Melissa yang melihat keberadaan Okta pun mengembuskan napas kasar. "Ada apa kamu di sini?" tanyanya kemudian.Okta dengan percaya dirinya memasuki ruangan Melissa meski tak diminta. Dia mengangkat nampan bermaksud menunjukkan apa yang dia bawa. "Aku bawain kamu kopi," ujar Okta.Kening Melissa mengerut. Dia menatap pergerakan Okta yang meletakkan kopi di mejanya. "Kenapa kamu yang bawa? Ini bukan tugas kamu, kan?" Dia bertanya.Okta tersenyum dan menggeleng pelan. "Nggak papa. Aku pengen aja nyiapin kamu kopi pagi ini. Dan ...."Pria itu mengambil sesuatu dari belakang tubuhnya. Setangkai bunga Mawar. Dia pun memberikannya pada Melisa. "Bunga mawar merah untuk kamu."Melissa semakin merasa bingung dengan sikap mantan suaminya ini. "Dalam rangka apa kamu memberikan aku ini?" tanyanya kemudian.Okta semakin melebarka

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   107. Selesai

    Melissa yang mendapat laporan dari Irit pun merasa bingung. Perempuan itu mengerutkan kening pertanda berpikir. "Seingat aku ini bukanlah hari di mana aku dan dia harus mengecek lokasi pekerjaan."Namun, Argo menepuk pundaknya dan membuat mereka saling tetap. Argo meggangguk. "Temuilah dulu. Toh pekerjaan kita selesai bukan? Aku akan pulang lebih dulu," ujar pria itu kemudian.Melissa mengangguk. "Baikkah."Dia menatap Irin. "Minta saja dia masuk," ujar Melisa kemudian."Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu," ujar Argo. pria itu berpamitan lalu keluar dari ruangan Melisa.Di depan ruangan, dia berpapasan dengan Kafka. Keduanya hanya saling mengangguk tanpa berbicara lalu melanjutkan langkah.Kafka sendiri langsung memasuki ruang Melissa. "Selamat siang.""Siang. Duduklah," ujar Melisaa dengan menunjuk ke arah kursi yang ada di hadapannya.Kafka pun mengangguk, pria itu duduk dan berhadapan dengan Melissa "Ada apa? Bukankah hari ini bukan jadwal kita untuk meninjau lokasi?" tanya Me

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   106

    Suasana ruangan tempat Melissa dirawat tampak akwward. kedatangan Keluarga Kafka membuat Tuan Bagus tidak menyukai hal itu. Namun, adanya campur tangan Kafka dalam menyelamatkan Melissa membuat pria tua itu tidak bisa mengusir mereka yang datang.Windi mendekati Melissa. Perempuan itu tersenyum tipis dan berdiri di samping brankar mantan menantunya. Dia meraih tangan Melissa dan menggenggamnya."Kabar kamu bagaimana?" tanya Windy dengan suara pelan.Melissa pun tersenyum tipis. "Baik, Tante."Windi yang mendengar itu sedikit merasa tercubit hatinya, karena rasa sakit ini. Beberapa waktu lalu Melisa masih memanggilnya dengan sebutan Mama, tapi kini tak ada lagi panggilan itu.Melissa sudah memanggilnya dengan sebutan Tante. Windi menarik nafas dalam. "Syukurlah," ujarnya kemudian.Namun, ada ekspresi sedih yang dipasang perempuan itu. "Maafkan Okta, ya sudah merepotkan kamu. Maaf kalau Okta sudah membuat kamu seperti ini," ujar perempuan itu. Dia mengelus punggung tangan Melissa yang s

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   105

    "Kami berhasil menyelamatkan Melissa dan saat ini Kak Okta sudah ditahan oleh polisi," ujar Kafka lebih jelas.Windi yang mendengar itu meremas tangannya. Ada rasa lega kalau Kafka mengatakan jika mereka berhasil menyelamatkan Melissa. Namun, ada rasa sedih juga ketika mendengar putra pertamanya kini sedang dalam penjara.Jujur saja dia merasa tidak tega terlepas bagaimana parahnya sikap anaknya itu selama ini."Mama sedih?" tanya Kafka yang melihat ekspresi mamanya.Windi langsung tersenyum sedikit samar. "Tidak," jawabnya kemudian. Meskipun perempuan itu mengatakan tidak, Kafka tahu benar bagaimana perasaan mamanya. Dia meraih tangan Windi dan menggenggamnya dengan erat."Kafka tahu Mama sayang sama Kak Okta. Sama seperti mama sayang pada Kafka. Kami tahu itu. Tapi, apa pun itu Kak Okta harus mendapatkan hukumannya. Dia harus menjalani itu semua. Itu adalah risiko dari apa yang sudah dia lakukan." Kafka mencoba menjelaskan."Iya Mama tahu," ujar Windi seperti seseorang yang frustas

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   104

    Kejadian itu begitu tiba-tiba dan mengejutkan semua orang. Kini, semua mata tertuju pada dua pria yang kali ini sedang beradu mekanik. Okta yang sempat mengambil pisau kecil dari saku celananya sempat melukai lengan pria yang tidak dikenal dan mencampuri urusannya itu."Lisa," panggil Argo lirih. Dia pun berlari cepat untuk mendekati Melissa."Melissa," panggil Argo sekali lagi ketika berada di samping perempuan itu."Argo," panggil Melissa dengan suara takut. Perempuan itu langsung memeluk Argo dengan erat."Aku takut," ujarnya kemudian.Argo membelai kepala Melissa dengan lembut. "Tenang. Kamu tenang, ya. Kamu sudah aman sekarang," ujarnya kemudian."Bawa dia menjauh," ujar Kafka menatap Argo.Argo pun mengangguk. "Ayo kita menjauh dari tempat ini," ujarnya pada Melissa.Melissa pun mengangguk lalu mengikuti langkah Argo untuk berada di tempat yang aman.Kafka yang melihat itu hanya tersenyum sendu. Sedih pastinya, karena dia melihat kemesraan antara Argo dan juga Melissa. Namun, di

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   103

    "Diam!" bentak Okta kemudian. Dia merasa kesal karena mobilnya tidak bisa dikendalikan.Dan kini Melissa yang sudah sadar. "Apa yang kamu lakukan, Okta? Apa yang terjadi?" tanya Melissa bertubi-tubi. Dia tidak peduli jika Okta marah dan memintanya untuk diam.Hingga sebuah sirine dia dengar. Melissa langsung mengalihkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Dia melihat beberapa mobil polisi yang terparkir tidak jauh dari keberadaan mobilnya. "Polisi," ujarnya penuh dengan rasa senang.Dia merasa bahwa dirinya akan selamat dari tragedi ini. Melisa pun mencoba untuk membuka pintu mobil yang tertutup. Namun, tidak bisa. "Buka pintunya, Okta," ujar Melissa kemudian dengan mencoba, terus mencoba disertai tatapannya yang begitu tajam ke arah Okta."Tidak. Kamu tidak boleh ke mana-mana. Kamu harus tetap sama aku," ujar Okta Yang sepertinya tidak tahu jika nasibnya sudah berakhir."Kamu sudah terkepung Okta. Kamu tidak bisa lari. Lebih baik menyerah saja. Kamu tidak melihat begitu banyak poli

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   102

    Okta langsung membanting ponsel miliknya k atas ranjang. Dia pun bangkit dari duduknya sembari meraih tangan Melissa. "Ayo," ujarnya dengan ekspresi yang menunjukkan kepanikan.Melisaa yang tida tahu apa yang terjadi pun menatap Okta dengan bingung. "Ayo?" tanyanya kemudian."Iya ayo. Cepat kita pergi." Okta kembali berujar. Kali ini dengan sedikit menarik tangan Melissa.Melisaa yang masih belum paham pun tetap pada posisinya. "Pergi? Pergi ke mana? Makanannya kan belum habis," ujar Melissa dengan menunjuk ke arah mangkuk miliknya yang masih teleihat banyak.Okta menggeram kesal. "Hah! Itu kita bisa beli lagi nanti. Yang penting ayo kita pergi sekarang," ujar Okta yang semakin terlihat panik."Ngapain sih buru-buru banget?" Melissa menatap curiga Okta. Hingga sesuatu terlintas di kepalanya."Nanti lah." Dia menarik tangannya yang dipegang Okta. "Nikmatin dulu aja makanannya. Udah dari pagi belum makan, sekarang makan malah disuruh cepet-cepet. Mending kalau udah habis. Lah ini masih

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   101.

    Argo menatap Tuan Bagus. "Irin baru saja menghubungi saya, Om. Dia mengatakan satpam yang kemarin bertugas menjaga pos melihat kedatangan Okta yang katanya ingin mengambil uang pesangon. Tapi mereka baru sadar tidak pernah melihat Okta keluar dari perusahaan. Dugaan Argo, bisa saja yang mengendarai mobil Melissa ketika pergi dari perusahaan adalah Okta," jelasnya tanpa ada yang ditutupi karena rasanya itu percuma.Sebab Tuan Bagus bukanlah orang yang mudah dibohongi."Jadi menurutmu Okta menjebak Melisa?" tanya dengan mengepalkan tangan.Argo mengangguk dan menggeleng sedikit. Terlihat rumit. "Entahlah. Ini susah dijelaskan tapi saya yakin dia yang melakukan semua ini. Dan saya juga yakin dia juga yang membawa mobil Melissa.""Jadi, menurutmu Melissa dibawa ke mana sama dia?" tanya Tuan Bagus.Argo menggeleng. "Saya juga belum tahu, Om. Tapi yang jelas dia ingin membawa Melisa jauh dari kita karena yang kita tahu Okta sangat menginginkan Melisa bersamanya," ujarnya kemudian.Tuhan Bag

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   100

    Kepulangan Argo Malam ini terasa sangat berat. Aplagi dia yang belum bisa menemukan Melisa dan tidak tahu harus mengatakan apa pada Tuan bagus. Mengingat bagaimana kondisi pria itu saat ini sepertinya tidak boleh mendengarkan hal-hal buruk tentang apapun.Argo memasuki rumah, dia langsung disambut oleh tawa Lisa yang berlari ke arah dirinya dan memeluk pria itu. "Papa baru pulang?" tanya Lisa dengan suara khas anak kecilnya.Argo tersenyum, lebih tepatnya memaksakan senyum. Pria itu mengangguk di depan Lisa. "Ya. Papa baru pulang.""Pasti papa lelah," ucapnya kemudian."Kamu tahu saja." Argo menyentil hidung Lisa lalu keduanya tertawa bersama."Gimana, Pa? Papa sudah menemukan Mama?' tanya Lisa kemudian.Dia tahu betul kalau kepergian Argo hari ini adalah untuk mencari Melisa. Argo yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya bisa mengembuskan napas kasarnya. "Maaf, Sayang. Papa belum bisa menemukan Mama," ujarnya penuh penyesalan.Lisa yang sebelumnya penuh senyuman ini melunturkan sen

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   99

    Melissa melotot melihat keberadaan Okta di hadapannya. erempuan itu menata benci mantan suaminya yang telah menculik dirinya."Di mana aku?" tanya Melisa dengan suara keras. Dia masih berusaha untuk melepaskan tangannya meski saat ini sudah merasakan sakit.Okta yang melihat itu malah tersenyum. "Jangan teriak-teriak. Nanti suara kamu jadi serak terus tenggorokan kamu jadi sakit," ujar Okta. Pria itu menutup kembali pintu lalu mendekati Melissa dan duduk di samping mantan istrinya itu.Dia menatap Melissa yang masih terus berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan yang dia buat. Okta hanya tersenyum miring. Dia meletakkan bungkusan makanan yang baru saja dia beli di atas meja samping ranjang."Kamu jangan bergerak seperti itu. Nanti tangan kamu lecet." Kali ini Okta mengulurkan tangan dan melihat tangan Melissa yang masih terikat."Tuh lihat. Pergelangan tangan kamu sudah memerah. Kalau kamu terus seperti ini, nanti benar-benar luka," ujar pria itu penuh perhatian.Mungkin jika Okta m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status