Home / Rumah Tangga / Adikku Ingin Jadi Maduku / 45. Orang Tua Berpisah

Share

45. Orang Tua Berpisah

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-12-11 22:14:57

"Kamu melamar aku?" tanya Melisa pada Kafka dengan kerutan di kening.

Kafka masih menatap Melissa dengan santai. "Tidak ada seserahan yang aku bawa. Jadi, ini bukan lamaran. Hanya ajakan nikah saja. Itu pun kalau kamu mau." Pria itu menjawab begitu santai seolah kalau dia ditolak pun, dia tidak merasa masalah.

Melisa kini malah merasa bingung. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena tidak tahu harus menjawab atau menanggapi perkataan Kafka yang tadi bagaimana.

Kafka yang menyadari sikap Melissa pun mulai paham. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Anggap saja angin lalu. Toh kamu juga baru menjadi janda. Jangan terlalu keras memikirkannya."

Melisa tersenyum sungkan pada Kafka. Dia bersyukur kalau pria ini mengerti apa yang dia pikirkan. "Tapi kamu tidak akan memutus kerja sama antara perusahaan kita, kan?" tanyanya kemudian.

Kafka tersenyum miring. "Ini dunia kerja, Melisa. Bukan dunia permainan yang mana jika salah satu pemain merasa patah hati, maka dia akan berhenti bermain."

Di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   46. Berpisah

    Melissa menatap sedih ke arah kamar Rina. Dia melihat adik tirinya itu tengah memasukkan semua pakaian ke dalam koper. Padahal, baru beberapa hari lalu dia mengeluarkannya dari koper dan menatanya di lemari.Melissa pun memasuki kamar Rina. Perempuan itu duduk di tepi ranjang dan menatap adik tirinya dengan sedih.Rina yang melihat itu pun tersenyum tipis. "Ada apa, Kak? Kenapa wajah Kakak seperti itu ekspresinya?" tanyanya kemudian."Kamu benar mau pergi juga?" tanya Melissa dengan sedih.Rani masih menunjukkan senyum tipis. Dia mengangguk beberapa kali. "Iya, Kak. Aku tidak mungkin membiarkan Mama tinggal sendirian di luar sana." Dia menjelaskan.Apa yang dikatakan oleh Rani ada benarnya. Setelah memutuskan keluar dari rumah setelah persetujuan berpisah, Riyanti akan mencari tempat tinggal lain. Jadi, mana mungkin Rani membiarkan Riyanti tinggal sendirian."Kalian nanti tinggal di mana?" tanya Melissa. "Atau tinggal di apartemen kakak saja?" Dia mencoba menawarkan. Dia meraih tangan

    Last Updated : 2024-12-14
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   47. Akhirnya Jadi Duda

    Membawa sebuah amplop berwarna cokelat dengan tulisan pengadilan agama di bagian atas, Melissa berjalan keluar dari mobil. Dia baru saja mendatangi pengadilan untuk mengambil akta cerai dari papanya.Memasuki rumah, dia mencari keberadaan sang papa. "Pa," panggilnya. Ketika dia sampai di ruang tengah, Melissa juga tidak mendapati keberadaan papanya"Mbok. Papa mana?" tanyanya ketika melihat asisten rumah tangganya datang membawa sebuah sapu."Ada di taman belakang, Non. Sedang memandikan burung,'' ujar perempuan tua itu.Kening Melissa mengerut. "Burung? Sejak kapan Papa punya burung, Mbok?" Mbok Nem tersenyum. "Baru tadi sih, Non. Tadi pagi agak siangan ada yang nganter burungnya," ujarnya memberitahu.Melissa mengangguk beberapa kali dengan bibir yang membentuk huruf o. "Ya sudah. Tolong buatin aku minum ya, Bi. Aku mau nemuin Papa dulu," ujarnya kemudian.Mbok Nem mengangguk. "Baik, Non."Melissa pun segera ke taman belakang untuk menemui sang papa. Terlihat pria itu yang tengah b

    Last Updated : 2025-01-09
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   48. (1) Dikejar Mantan Suami

    Melissa segera turun dari mobil dan berjalan cepat memasuki perusahaan. Hari ini dia akan memiliki agenda meeting yang sangat penting di luar. Akan tetapi, dia hampir terlambat karena di perjalanan terjebak macet sebab ada kecelakaan.Sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelagan tangannya, perempuan itu terus melangkah cepat tak melihat medan.Alhasil, dia tidak tahu tanda peringatan kalau lantai masih basah karena baru saja dipel. Kita tahu hasilnya bagaimana. Melissa terpeleset dan hampir saja jatuh.Beruntung seseorang melihat itu dan menolong Melissa. Bak adegan dalam film romantis, dua orang saling merangkul kala salah satu akan terjatuh. Saling pandang beberapa saat dengan alunan musik yang terdengar.Ah tidak. Itu bohong. Tak ada musik di sana."Hati-hati dong." Pria yang membantu Melisa pun berujar. Dia tersenyum melihat Melissa ada dalam pelukannya.Melisa yang melihat siapa sosok yang menyelamatkannya pun segera melepaskan diri. Dia segera membenahi penampilannya

    Last Updated : 2025-01-13
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   49. Perkelahian Adik Kakak

    Dua pria kakak beradik itu saling bertengkar, adu pukul satu sama lain. Tak peduli luka lebam yang sudah tergambar di wajah keduanya."Kurang ajar. Nggak akan aku biarkan kau mendekati Melissa." Okta terus berujar mengenai keberatannya tentang Kafka yang akan menjadikan Melissa istrinya."Tidak peduli. Kau bukan siapa-siapanya lagi. Kau tidak berhak melarangku untuk mendekatinya," balas Kafka yang tidak mau menuruti keinginan sang kakak. Siapa kakaknya memang yang harus dia turuti keinginannya?"Heh! Apa kau tidak malu mendekati mantan istri kakakmu sendiri?" Okta tak habis pikir dengan adiknya ini. Masih banyak perempuan di luar sana tetapi kenapa malah mendekati Melissa."Tidak. Untuk apa aku malu? Aku tidak tidur dengan perempuan lain ketika aku memiliki istri sehingga aku harus malu," balas Kafka kemudian. Pria itu bersifat dingin, berwajah datar tetapi mulutnya cukup julid juga."Brengs*k." Keduanya tidak hanya saling memukul, tetapi saling melempar kata-kata juga.Khalif dan Win

    Last Updated : 2025-01-13
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   50. Nama yang Sama

    "Ini bumbunya," ujar Melissa sembari memberikan bumbu untuk ikan yang sedang dibakar oleh Argo. Sesuai rencana Bagus dan Pak Bowo tadi, mereka memutuskan untuk membakar ikan yang mereka dapat dari memancing di rumah Bagus.Setelah insiden seorang anak kecil memanggil papa tadi, Bagus dan Melissa pun tahu itu ternyata adalah keponakan Argo yang memanggil Argo dengan sebutan papa.Argo mengangguk dan menerima bumbu itu dari tangan Melissa. "Terima kasih," ujar Argo. Dia mulai mengolesi ikan yang dia bakar dengan bumbu. Sedangkan Melissa membantu Argo dengan memotong mentimun di meja yang sama.Pandangan Melissa sesekali mengarah pada keberadaan gadis kecil yang duduk bersama Bagus dan Pak Bowo sembari berbincang-bincang. "Namanya Lisa ya tadi?" tanyanya kemudian."Dia lucu," lanjutnya."Melissa," ujar Argo tiba-tiba."Ha?" Melisa yang merasa dipanggil pun menoleh ke arah Argo.Argo yang mengerti hal itu pun langsung menggeleng. "Bukan-bukan. Maksud aku namanya," ujar dia dengan menunju

    Last Updated : 2025-01-17
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   51. Ulah Mantan Suami

    "Selamat pagi." Okta Pria itu membuka pintu ruangan Melissa dengan nampan berisi kopi di tangannya. Pria itu tersenyum kala melihat mantan istrinya menatap ke arah dirinya.Melissa yang melihat keberadaan Okta pun mengembuskan napas kasar. "Ada apa kamu di sini?" tanyanya kemudian.Okta dengan percaya dirinya memasuki ruangan Melissa meski tak diminta. Dia mengangkat nampan bermaksud menunjukkan apa yang dia bawa. "Aku bawain kamu kopi," ujar Okta.Kening Melissa mengerut. Dia menatap pergerakan Okta yang meletakkan kopi di mejanya. "Kenapa kamu yang bawa? Ini bukan tugas kamu, kan?" Dia bertanya.Okta tersenyum dan menggeleng pelan. "Nggak papa. Aku pengen aja nyiapin kamu kopi pagi ini. Dan ...."Pria itu mengambil sesuatu dari belakang tubuhnya. Setangkai bunga Mawar. Dia pun memberikannya pada Melisa. "Bunga mawar merah untuk kamu."Melissa semakin merasa bingung dengan sikap mantan suaminya ini. "Dalam rangka apa kamu memberikan aku ini?" tanyanya kemudian.Okta semakin melebarka

    Last Updated : 2025-01-18
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   52. Mau Main Pelet?

    Duduk di pantri setelah membersihkan salah satu rungan, Okta memutuskan untuk menyegarkan badan lebih dulu dengan segelas air dingin. Pria itu tampak menatap lurus ke depan memikirkan sesuatu.Okta memikirkan apa yang dikatakan oleh Melisa tadi pagi. "Apa aku pelet aja ya si Melissa itu biar cepet?" tanyanya kemudian pada diri sendiri."Kenapa nggak kepikiran juga dari kemarin? Dan dia juga ... pikiran dari mana itu bisa mengatakannya? Menuduh aku memeletnya" Dia tampak bingung. Mengelus dagu, dia terus bepikir lalu terkekeh pelan."Tapi mau cari di mana hal yang begituan? Memangnya di jaman modern seperti ini pelet itu masih ada?" tanyanya kemudian."We! Lagi apa nih?" tanya seseorang dengan memukul pundak Okta.Okta yang terkejut sampai berjingkat pun mendengus kesal. "Kurang ajar. Dasar nggak ada sopan-sopannya sama aku." Dia melirik tajam rekan kerjanya itu.Pria bernama Endi itu tertawa. "Maaf. Lagian kamu ngelamun aja. Lagi mikirin apa coba?" Dia bertanya sembari menuangkan minu

    Last Updated : 2025-01-25
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   53. Merasa Memiliki

    Memegang alat pel, Okta tengah membersihkan lantai lobi di jam sibuk kantor. Itu membuat para pekerja kantoran akan sibuk dengan pekerjaannya dan duduk tenang di tempatnya.Tidak akan ada orang yang lalu lalang di lobi. Palingan beberapa orang saja. Setelah ada seseorang yang memasuki pantri dan memergoki mereka mengobrol, mereka segera meminta untuk melanjutkan pekerjaan yang ternyata itu dari sang atasan.Okta ditemani Endi yang tengah membersihkan kaca. Sembari bersiul, dia bergerak mundur membersihkan lantai di depannya.Suara pintu lift terbuka terdengar, dua orang keluar dari sana. Mereka saling mengobrol membicarakan sesuatu yang sepertinya sangat penting. Terlihat dari ekspresi keduanya yang sangat serius.Endi yang menyadari kehadiran keduanya lebih dulu segera mendekati Okta. Dia menyenggol pundak temannya itu dengan lengannya. "Hei. Lihat tuh," ujarnya kemudian."Apa sih?" tanya Okta."Itu lihat dulu." Endi kembali berujar dengan menunjuk keberadaan dua orang yang baru saja

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   70. Solusi Mengusir Okta

    Setelah hampir satu jam berlalu, akhirnya ruangan Melissa pun kembali bersih. Tidak ada lagi bunga, balon atau ucapan-ucapan penyemangat apalah itu yang mengganggu bagi Melissa."Ada-ada saja. Bikin pusing saja." Perempuan itu menggeleng pelan sembari berjalan menuju kursinya.Duduk di kursi kebesarannya, Melissa tampak berpikir beberapa saat. "Tidak bisa seperti ini. Dia benar-benar mengganggu. Aku sudah tidak nyaman," ujarnya dengan kesal.Melissa meraih gagang telepon dan menghubungi seseorang. "Pak. Tolong ke ruangan saya," ujar Melissa. Setelah mendapat persetujuan dari seseorang di seberang sana, Melissaol pun menutup kembali teleponnya lalu menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Dia mengembuskan napas kasar.Tak lama, suara ketukan terdengar. "Masuk," ujarnya kemudian.Pintu terbuka, menampilkan sosok pria paruh baya yang tak lain adalah kepala HRD perusahaan ini. Pak Miko, yang bisa dikatakan salah satu orang terperc

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   69. Kejutan yang Memuakkan

    Lisa menatap foto mendiang Papa dan mamaya dengan senyuman merekah. Entahlah. Sejak tadi, dia senang melakukan hal itu. Dia membayangkan seandainya mereka ada di sini. Biasanya, seorang anak yang membayangkan hal itu mereka akan sedih. Namun, tidak dengan Lisa.Pak Bowo yang melihat itu mengerutkan kening. Dia pun ikut duduk di samping cucunya. "Kamu lagi apa?" tanyanya kemudian.Lisa menoleh lalu tersenyum. "Eh Kakek." Dia menggeleng. "Lisa hanya lagi lihatin foto Papa sama Mama," ujarnya jujur."Kamu kangen, ya?" tebak Pak Bowo dan melihat cucunya itu yang mengangguk.Lisa kembali menatap foto kedua orang tuanya. "Mama cantik ya, Kek? Papa juga tampan." Dia terkekeh geli."Em ... awas nanti kedengeran papa Argo, dia cemburu loh." Pak Bowo berujar.Tidak tahu saja kalau di sana ada Argo yang sedang mengawasi mereka dengan menyandarkan pundak pada dinding dan tangan yang dilihat di depan dada.Lisa tertawa keci

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   68. Keputusan Bersama

    Malam itu, mereka mengadakan acara barbeque di halaman depan villa. Cuaca sedang baik, langit cerah bertabur bintang, menciptakan suasana yang sempurna untuk makan malam di luar ruangan."Untung saja langitnya cerah. Tidak hujan." Pak Bowo menatap langit dengan perasaan senang.Tuan Bagus mengangguk. "Iya. Kita bisa mengadakan acara ini di halaman.""Tenang, Kek. Lisa sudah minta sama Tuhan agar malam ini tidak hujan. Makanya dikasih terang," ujar Lisa dengan lucu yang mana langsung mengundang tawa semuanya."Bnarkah?" tanya Pak Bowo."Iya dong." Lisa langsung tertawa ketika kakeknya menggelitiki. Dia meminta ampun.Mereka tidak hanya membakar daging, tetapi juga sosis dan beberapa makanan lainnya. Semangat dan kebahagiaan menyelimuti mereka, membuat suasana semakin meriah. Tawa dan canda terdengar di antara suara api yang menyala dan aroma masakan yang menggugah selera.Lisa tampak bersemangat, membantu membalik daging

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   67. Belanja Bersama

    Argo, Melissa, dan Lisa pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan yang akan mereka gunakan untuk acara makan di villa nanti. Argo melihat belanjaan sudah banyak. Dia pun mencabik alih dari tangan Melissa."Ada yang mau dibeli lagi?" tanyanya kemudia.Melissa mengangguk. "Iya. Daging dan ikan." Dia menjawan."Ya sudah. Ayo kita cari penjualnya," ujar Argo. Dia berjalan dengan kantung belanjaan di tangan kanan dan kiri. Sedangkan Melissa menggadeng tangan Lisa."Kamu perlu bantuan tidak?" tanya Melissa pada Argo yang merasa tidak rega karenalriaitu membawa semua belanjaan mereka.Argo menggeleng. "Aman." Mereka pun membeli ikan, daging ayam dan terakhir daging sapi. Ketika mereka tiba di kios penjual daging, Lisa dengan penuh semangat meminta kepada papanya. "Pa. Beli dagingnya yang banyak, ya. Lisa ingin barbeque di depan villa nanti malam," ujar gadis itu kemudian.Argo pun menuruti permintaan putri kecilnya. "Apa yang

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   66. Alasan Nama yang Sama

    Okta membuka pintu apartemennya dengan kasar, suara gebrakan nyaring ketika dia kembali membantingnya untuk menutup. "Akh! Sialan!" teriakannya keras. Dia melepaskan jaketnya dengan kasar lalu membuangnya sembarangan.Napasnya memburu, otot-otot dalam lehernya masih terlihat jelas akibat kemarahan yang dia rasakan saat ini. Atas insiden yanalg baru saja dia alami di rumah mantan mertuanya dulu."Kurang ajar. Berani-beraninya mereka memperlakukan aku seperti itu," ujarnya marah. Dia mengusap hidungnya yang tiba-tiba merasa gatal."Aku datang dengan niat baik, mereka malah mengusirku seperti sampah. Enak saja." Dia membanting tubuhnya pada sofa sembari menatap lurus ke depan dengan tajam."Mereka memang orang yang sombong. Seenaknya mengusir aku dari sana." Dia terus menggerutu tiada henti. Padahal, hal itu terjadi juga bukan karena tidak ada alasan, tetapi karena mereka sudah merasa muak dengan Okta.Dia yang bersalah, tetapi dia yang mera

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   65. Insiden Pagi Hari.

    Melissa juga tampak terkejut dengan keberadaan Okta di sini, meski di dalam hatinya, dia sudah bisa menebak alasan kedatangan Okta. Lelaki itu masih belum menyerah setelah semua yang terjadi. Hanya saja dia tidak menyangka kalau Okta berani untuk datang kemari.Sedangkan Okta yang mendapat pertanyaan bernada marah itu malah menunjukkan senyumnya. Dia mengulurkan tangan pada Tuan Bagus. "Pa."Sayangnya, Tuan Bagus sudah enggan pada mantan menantinya itu. Dia pun menepis tangan Okta dengan kasar. Okta sempat terkejut, tetapi di memaklumi itu. Iyalah. Dia yang salah. "Saya datang untuk bertemu dengan Melissa, Pa," jawab Okta dengan suara mantap, meski dalam hatinya dia merasakan tekanan besar dari tatapan tajam Tuan Bagus."Tidak ada yang perlu kau bicarakan dengannya lagi! Pergi dari sini sebelum aku menyuruh satpam mengusirmu!" bentak Tuan Bagus tanpa basa-basi dengan menunjuk ke arah luar rumah.Arga yang menyadari keadaan tidak kondusif

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   64. Membujuk Lisa

    Matahari siang itu mulai meredup ketika Arga tiba di sekolah untuk menjemput Lisa. Sepertinya langit akan menjatuhkan air asin dalam jumlah yang banyak. Dia pun menunggu di depan gerbang seperti biasanya.Selalu menjadi pusat perhatian wali murid lainnya karena rata-rata adalah para ibu rumah tangga, hanya dia pria dewasa di sini. Itu sudah menjadi hal biasa bagi Argo.Kadang beberapa dari mereka berani menawari Arga untuk menjadi menantu mereka.Tak lama, Argo melihat Lisa berlari menghampirinya dengan tas ransel kecil yang hampir lebih besar dari tubuh mungilnya. Wajahnya berseri-seri penuh antusiasme seperti biasa, membuat Arga tersenyum lebar."Halo, Papa!" sapa Lisa riang, memeluk lengan Arga begitu mereka berjalan menuju mobil."Hai juga, Sayang." Dia mengusap kepala Lisa dengan senyuman."Kita pulang sekarang?" tanyanya kemudian. Dia melebarkan senyum ketika melihat Lisa mngangguk.Arga langsung menggadeng tangan

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   63. Rencana Liburan

    Senja mulai turun perlahan ketika Pak Bowo tiba di kediaman Tuan Bagus. Rumah besar bergaya kolonial itu dikelilingi taman yang terawat rapi, dengan pohon-pohon rindang yang menambah kesan tenang. Pak Bowo disambut oleh seorang pelayan yang membawanya ke ruang kerja Tuan Bagus, tempat pertemuan penting itu akan berlangsung.Tuan Bagus duduk di balik meja kayu mahoni besar, dikelilingi tumpukan dokumen yang tertata rapi. Wajahnya menunjukkan kewibawaan, namun kali ini ada sorot antusias yang berbeda di matanya saat melihat kedatangan sahabat lamanya."Bowo, akhirnya kau datang juga. Duduklah," ucap Tuan Bagus sambil menunjuk kursi di seberang meja.Pak Bowo tersenyum hangat dan duduk. "Bagus. Ada apa? Tumben sekali kau memintaku datang seperti ini. Biasanya kau hanya mengajak mampir ketika kita selesai memancing."Tuan Bagus tertawa pelan. "Kau benar. Aku ingin membahas sesuatu yang lebih pribadi. Tentang anak-anak kita, Arga dan Melissa."

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   62. Saran Dari Riyanti

    Melissa duduk di ruang kerjanya, menatap kosong ke arah meja. Pikirannya masih melayang pada percakapannya dengan sang ayah tadi pagi. Kata-kata beliau masih terngiang di telinganya, membuat hatinya resah. Ia menatap foto mendiang mamanya yang terletak di sudut meja, jemarinya menyentuh bingkai foto itu dengan lembut."Ma, aku harus bagaimana?" bisiknya pelan. "Papa bilang aku harus mulai memikirkan masa depanku ... Tapi aku belum siap. Aku tidak tahu apakah ini benar atau hanya perasaan sesaat."Melissa menarik napas dalam, seolah berharap udara yang dihirupnya bisa membawa serta kegundahan hatinya."Seandainya Mama masih ada, pasti Mama bisa memberiku saran terbaik," lanjutnya dengan suara lirih.Sebenarnya, dia ingin mendatangi Riyanti dan meminta saran mengenai hal ini. Hanya saja, dia juga masih merasa ragu untuk melakukan ini."Hai. Papa bikin aku banyak pikiran aja deh." Dia menumpu dagu pada lipatan tangan.Melissa begitu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status